Rabu, 09 September 2015

Book Review: Unravel Me by Tahereh mafi


Author: Tahereh Mafi
Genre: Dystopia, Young-adult fiction
Followed by: Fracture Me
Preceded By : Destroy Me
Country: United States of America
Rating : 5/5









Sinopsis dari Cover Belakang:

tik tok
           tik tok
                      hampir tiba waktu berperang.

Aku berhasil melarikan diri ke Omega Point, markas dari gerakan pemberontak dan tempat berkumpulnya orang-orang sepertiku yang memiliki kutukan anugerah, kekuatan supernatural berupa sentuhan mematikan. Kupikir akhirnya aku terbebas dari Tatanan baru, bebas dari rencana mereka untuk menjadikanku senjata pemusnah, bebas untuk mencintai Adam. Tidak kusangka ternyata Warner lebih keras kepala, mengagumkan, gigih dari yang kukira. Dia terus mencariku, apalagi setelah tahu dirinya kebal dari sentuhanku.

Masa lalu mengerikan masih menghantuiku, dan masa depanku penuh kehancuran ketidakpastian. Sedangkan masa kini … mengharuskanku untuk memilih antara cinta atau nyawa Adam atau pergi bersama Warner. 



MY PREVIEW:
"You have to deal with who you are and you have to figure out how to live with it. Just like the rest of us"
Kenji Kishimoto, Unravel Me by Tahereh Mafi.

Setelah resmi bergabung dengan Omega Point dan menemukan teman-teman yang sejenis dengannya, Juliette dan Adam mulai mengikuti cara hidup para anggota Omega Point. Di sana Julitte diajak untuk lebih mengendalikan kekuatannya. Setiap hari ia berlatih dan berlatih agar ia dapat memperkuat atau memproyeksikan kekuatannya. Semua orang disana masih tidak bisa menyentuhnya, kecuali Adam, dan Juliette masih dianggap monster oleh kebanyakan orang disana. Juliette yang awalnya bersemangat dan berusaha menerima keadaan dirinya mendadak kembali terpuruk dan merana. Ia membenci keadaan. Membenci kekuatannya. Tidak melakukan banyak kemajuan dengan sesi latihannya. Dan ia juga jadi susah bertemu dengan Adam. Juliette menjadi sentimentil dan sensitif sepanjang hari. Ia merasa menjadi orang paling malang di dunia, merasa tidak cocok dengan Omega Point dan membenci semua hal pada dirinya. Bahkan ia menjadi mudah marah kepada siapa saja.

“I'm always apologizing. Forever apologizing. For who I am and what I never meant to be and for this body I was born into, this DNA I never asked for, this person I can't unbecome” Juliette

Kemarahannya menggila ketika ia merasa ada yang tidak beres dengan Adam. Castle (pemimpin Omega Point) berusaha untuk mengetahui kelebihan Adam, kenapa ia bisa menyentuh Juliette, dsb tapi Adam terlihat memburuk setelah sesi-sesinya bersama Castle. Bahkan Adam terlihat sedih dan bingung. Ia merahasiakan sesuatu dari Juliette. Juliette, yang tidak ingin kehilangan satu-satunya orang yang bisa disentuhnya dan dicintainya, mulai marah pada Castle (yang di-kira-nya menjadi penyebab perubahan Adam) dan hampir saja meruntuhkan Omega Point akibat kekuatannya yang tidak bisa dikontrol. Castle marah padanya, tapi Juliette tidak memiliki alasan untuk membalas kemarahan Castle karena kebenaran akhirnya terungkap. Juliette mengetahui kelebihan Adam yang sesungguhnya dan merasa terluka karenanya. Adam bukanlah manusia super yang dikiranya selama ini. Juliette tetaplah mematikan bila terus-menerus menyentuh Adam atau membiarkan Adam menyentuhnya. Adam bukan-lah pengcualian untuk kekuatannya, bahkan Juliette bisa membunuh Adam bila terus-menerus menyentuh Adam.

“All you do is sit around and think about your feelings. You’ve got problems. Boo-freaking-hoo,” Kenji says

Juliette tidak diijinkan sedih berlarut-larut oleh Kenji. Sebab Kenji-lah yang bertanggung jawab melatih dan menangani Juliette secara langsung di Omega Point. Tidak hanya melatih kekuatannya tapi Kenji juga melatih pertahanan mental Juliette. Tidak ada yang bisa mendekati Juliette, karena Juliette tidak mau peduli pada orang lain, selalu menutup diri, dan bermuram durja sepanjang hari. Juliette terlalu patah semangat untuk bisa menerima kekuatannya dan mengatasi ketakutannya pada dirinya sendiri. Semua orang ia anggap membenci dirinya dan dia tidak mau repot-repot berusaha membuka diri dan memperhatikan orang lain. Hanya Kenji-lah yang mampu menembus pertahanan diri Juliette dan bergaul dengan Juliette setiap harinya di Omega Point. 



Waktu yang tersisa untuk perang yang akan disulut Omega Point tidak lama lagi, mereka semua harus sudah siap untuk berperang. Namun siapa sangka bahwa pihak Tatanan Baru lah yang menyatakan perang terlebih dahulu. Mereka mendapat panggilan langsung dari ayah Warner, sebuah undangan pribadi, untuk menemuinya secara khusus di Sektor 45. Well, kita semua tahu apa yang akan terjadi bila ayah Warner menampakkan wajah kepada seseorang dengan terang-terangan lewat penjelasan Warner di buku  Destroy Me, tapi Juliette dan para anggota Omega Point tidak tahu hal itu. Pertemuan Juliette dengan ayah Warner memicu perang yang berakibat pada terungkapnya kebenaran-kebenaran lain. Begitu banyak misteri yang pelan-pelan terungkap. Kebenaran-kebenaran yang mencengangkan.


Kelebihan Adam. Kelebihan Warner. Perasaan Warner pada Juliette yang semakin dalam. Juga identitas ayah Warner yang sebenarnya. Semua itu begitu mengejutkan dan masih harus ditambah dengan perang yang memanas di antara anggota Omega Point dan Tatanan Baru. Jelas ayah Warner bukan lawan yang mudah. Sanggupkah Juliette dan kawan-kawannya menang melawan ayah Warner yang kejam dan luar biasa keji itu? Lalu sanggupkah Juliette menolak perasaan Warner yang begitu terang-terangan dan tulus itu?


Baiklah, akhirnya buku dua selesai kubaca dan... aku makin terjebak dan terperangkap dalam pesona Warner. Bisa dibilang kalau buku kedua ini briliant. Sangat briliant. Aku suka semua kejutannya. Aku juga suka dengan perkembangan tiap karakter di buku ini. Unravel Me, jauh lebih bagus dibanding Shatter Me. Yang membuatku merasa buku ini bagus? Tentu saja karena porsi Warner sangat banyak di buku ini! Walaupun dia mulai muncul (dan terus muncul setelahnya) di bagian paruh kedua buku, tapi itu lebih dari cukup. Karena seperti biasa, kemunculan Warner selalu mengubah rotasi cerita dari yang biasa-biasa saja jadi penuh kejutan, intrik, penuh daya tarik, dan sexy.



Source : Here
Sekarang aku bisa positive dan dengan blak-blak'an mengungkapkan bahwa bukan Adam karakter utama pria di buku ini. Yah, dugaanku, feeling-ku, dan intuisi-ku, sekali lagi tepat. Warner-lah tokoh utama pria di buku ini! Warner! Bukan Adam! (aku gembira! *bledosin balon*). Kenapa? Karena dia selalu muncul dengan segudang perbedaan. Dia arus yang kuat dan tajam, membelokkan keadaan, cerita, narasi dan intrik ke arah yang jauh lebih menarik. Dia yang menggerakkan cerita ini jadi super asik untuk disimak. Setelah membaca Destoy Me dan Unravel Me, tidak diragukan lagi bahwa Warner-lah silver lining dalam kisah ini. Oh My God, saking lega-nya dengan perkembangan ini aku jadi ingin memuji diri sendiri. Aku cukup cerdas untuk mengetahui dengan tepat siapa yang harus diberi perhatian lebih dalam cerita super nge-twist milik Tahereh Mafi ini.
(bukan bermaksud memuji diri sendiri, I'm just too excited. Please don't get it wrong hahahaha)

Sebisa mungkin aku tidak ingin mengungkapkan terlalu banyak, aku terlalu excited untuk menuliskan SEMUA hal yang aku sukai dari buku ini, tapi  takutnya hal itu malah membeberkan semua kejutan dan plot twist yang ada di buku. Well, aku tidak ingin semua orang jadi kehilangan minat membaca setelah aku dengan bodoh-nya membocorkan bagian terbaik. Contohnya, ending Destroy Me ternyata langsung berlanjut dan tersambung di perempat pertama buku Unravel Me. Bisa dibilang double plot ini sungguh luar biasa. Karena kita jadi bisa tahu apa yang dipikirkan Warner saat itu dan apa yang dipikirkan Juliette di lain pihak. Benar-benar moment yang dramatis. Saat Warner memikirkan Juliette (dan pengakuannya yang super sweet di buku Destroy Me!!), tak jauh dari tempat dia berdiri, Juliette sedang memikirkannya. Memperhatikannya. (Oke, bisa dibilang ini sedikit spoiler, mianhae)


“If you're not happy, just leave. Don't cheat. Doesn't take a genius to figure that shit out. - Kenji” 
Perkembangan baik lainnya di buku ini adalah karakter Kenji Kishimoto. Bila di Shatter Me kita menganggap dia adalah teman Adam  di pangkalan militer Warner yang annoying dan selalu ingin tahu, di buku ini kita bisa tahu sosok Kenji yang sebenarnya. Dia bukan lah orang sembarangan. Posisi nya di Omega Point juga posisinya di hati para anggota Omega Point (terutama di hati Castle) melebihi dugaanku. Bisa dibilang aku lebih menyukai Kenji dibanding Adam. Karena Kenji itu sangat dewasa. Dia si sanguin yang sering menjadi pusat perhatian dan mudah akrab dengan siapa saja. Tapi bukan saja sanguin yang menghebohkan, dia juga sahabat yang baik. Dia bisa membaur dengan Juliette dengan sangat baik. Lebih baik daripada Adam malah. Aku sangat suka caranya dia memarahi Juliette, menegurnya, bahkan mempermalukan Juliette dengan sindiran dan kata-katanya yang pedas. 

“It’s stupid, and it’s ungrateful. You don’t have a clue what everyone else in the world is going through right now. You don’t have a clue, Juliette. And you don’t seem to give a damn, either.” Kenji

Banyak sekali quote-quote dari Kenji yang begitu bagus-nya, menampar Juliette dan sangat layak diucapkan pria sejati. Dia bertindak lewat mulut dan caranya yang tidak kelihatan. Good job Kenji! I like you!

"You’re not with your shitty parents anymore. You’re not in that shitty asylum, and you’re no longer stuck being Warner’s shitty little experiment. So make a choice,” Kenji says. “Make a choice and stop wasting everyone’s time. Stop wasting your own time. Okay?"


Kita bisa mengetahui hubungan Warner dan ayahnya lebih dalam di buku ini. Penyiksaan jenis apa, tekanan macam apa dan masa lalu apa yang membuat Warner tercipta menjadi mahluk dingin yang ditakuti di sektor 45. Begitu banyak hal mengenai Warner yang salah kaprah di buku Shatter Me dibetulkan dan di dikuak sedikit demi sedikit di buku ini. Yang bisa aku katakan hanyalah, ayah Warner, Komandan Anderson, adalah ayah paling kejam yang bisa dimiliki seorang anak. Luka Warner bukan hanya luka fisik, luka Warner jauh lebih dalam dari itu. Ia menyembunyikan semuanya dengan sangat baik di balik penampilannya yang sempurna. Bahkan Warner punya tatto, dua tatto tepatnya. Di lokasi tubuh yang tidak diduga dan seringkali tidak terlalu mencolok. 



Warner ini benar-benar karakter paling indah di buku ini. Dia gambaran yang tepat untuk sebuah karya seni. Kita harus benar-benar ahli dan jeli untuk tahu semua keindahan di dalamnya. Sepertinya Tahereh Mafi ingin menyampaikan banyak pesan lewat kisah ini melalui karakter Warner. Mengenai penampilan. Bahwa penampilan itu ilusi dan mereka sangat lihai menipu.


Bagian yang paling aku sukai di buku ini adalah saat-saat Juliette menghabiskan waktu dengan Warner. Sungguh aku bisa membaca bagian itu berulang-ulang. Tentang Warner yang mengungkapkan bahwa dia sudah membaca jurnal Juliette, dan menghafal-nya, juga bagaimana ia berusaha mengenal Juliette lebih dalam. Semua kata-kata Warner untuk Juliette di buku ini sangaaatttttt indah. Aku tidak keberatan untuk menuliskan semuanya disini, semuanya layak ditulis, tapi sekali lagi itu hanya akan mengungkapkan lebih banyak hal-hal spektakuler di buku ini. Itu hanya akan merusak minat dan seni membaca orang lain. Too much spoiler

Aku kadang merasa para penulis ini sengaja menggunakan trik yang sama dalam menulis fiksi. Buku pertama dibuat minim informasi sehingga para pembaca bisa mati karena penasaran, saat kita mendapat buku kedua dan berharap mendapat jawaban, mereka selalu menghancurkan hati para pembaca dengan plot twist dan perkembangan cerita yang menyakitkan. Buku kedua dalam trilogy adalah buku yang harus selalu diantipasi oleh para pembaca. Akan banyak kejutan yang bisa membuat kita sesak membacanya. Termasuk buku Unravel Me ini.


Sebenarnya aku mau menuliskan banyak hal mengenai Adam. Bila Warner mendapat porsi lebih banyak dan lebih detail, Adam sebenarnya mendapat porsi cukup untuk menjelaskan siapa dirinya sejauh ini. Bisa dibilang Adam adalah tokoh yang seperti bom waktu. Dia kejutan yang sebenarnya. Tapi setelah Unravel Me, ada novel pendek sebelum Ignite Me yaitu Fracture Me. Sama seperti Destroy Me versi Warner, Fracture Me ada lah versi Adam. Kita akan lebih banyak mengetahui siapa Adam lewat Fracture Me. Fracture Me jauh lebih pendek dibanding Destroy Me, jadi sepertinya akan lebih jelas bila semua hal tentang Adam ditulis bersamaan dengan review Fracture Me.

Ending buku ini begitu bagusnya sampai rasa-rasanya aku ingin melewatkan Fracture Me versi Adam dan langsung membuka bungkus plastik novel Ignite Me punyaku hahahaha. Aku tidak sabar membaca buku ketiga dari Trilogy super epic ini. Aku memberikan lima bintang untuk Unravel Me dan mulai bisa menerima cover aslinya yang lagi-lagi simbol mata satu. Sejujurnya aku lebih suka cover versi Indonesianya karena benar-benar sesuai dan menggambarkan dengan baik sekali sosok Juliette dalam buku ini (model-nya cantik pula). Aku pun berjuang setengah mati untuk bisa mendapatkan buku kedua ini di toko buku Surabaya. Bisa dibilang buku ini jarang ada. Cukup sulit ditemukan. Entah karena kurangnya peminat atau bagaimana, susah sekali mendapatkan buku ini.


Last but not least, aku mau mengungkapkan kekecewaanku dengan versi Indonesia novel ini. Aku tidak pernah tahu bawa sebuah novel juga bisa kena sensor. Aku pikir hal-hal seperti sensor, hanya terjadi pada film. Aku berkali-kali membaca Chicklit saat masih SMA dan semua adegan-adegan dewasanya diterjemahkan dengan gamblang. Tapi KENAPA buku Unravel Me kena sensor??!! Bagian yang disensor bagian yang sangat bagus pula! Yah, itu memang adegan Warner dan Julitte yang sangat intens, tapi mereka bukan sedang melakukan hubungan sex. Bila dibandingkan dengan novel Chicklit yang aku sebutkan tadi, adegan ini tidak ada apa-apanya. Jujur ini mengecewakan dan membuatku sesaat tidak mau membaca versi Indonesia-nya dan memutuskan membaca versi aslinya lewat internet. Memang kelihatannya itu tidak ada apa-apanya tapi menurutku,  itu mengubah banyak hal. Semua yang berhubungan dengan Warner dan Julitte tidak seharusnya dihilangkan karena itu berlanjut pada cerita selanjutnya. Aku benci sekali harus menerima bahwa adegan itu kena sensor. 

Hufftt, ini hanya pendapat pribadiku tapi sungguh aku sangat menyayangkan hal ini. Entah untuk alasan apapun yang mungkin baik, aku tetap tidak bisa menerimanya. Itu seperti merusak sebuah karya seni. Seperti memotong sebagian kecil dari sebuah patung atau mewarnai sebuah lukisan sendiri. Sekecil apapun perbedaannya, itu merusak sebuah karya seni. Itu merusak intisari novel ini. Kalau memang ada yang perlu disensor sekalian aja ga usah diterjemahkan sejak awal dibanding harus memotong bagian dalam novel itu. Apalagi itu bukan bagian yang seharusnya perlu di sensor. Ya Tuhan. Benar-benar bikin sebel dan frustasi! 




The Prequel: 

The Sequel:

2 komentar:

  1. Kalau buku impor unravel me/ignite me original (atau masih berbahasa inggris) yang terbit di Indonesia, kena sensor ga kak? Moga" jangan pliss, aku udh lumayan kecewa banget versi indonesianya kena sensor..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hemm harusnya enggak kalau buku impornya, yang di sensor cuma versi terjemahannya aja

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...