Selasa, 28 Februari 2017

Korean Drama : Goblin


Tahun 2016 adalah tahun keemasan untuk pecinta drama Korea. Sepanjang tahun, drama-drama bagus berhamburan di depan mata. Sebut aja judul-judul seperti Descendants of The Sun, Signal, Lucky Romance, Another Oh Hae YoungMoonlight Drawn By Clouds, Scarlet Heoryeo W, dll. Untuk menutup tahun 2016 dengan spektakuler, ada empat drama super bagus yang tayang hampir bersamaan, mereka adalah: The Legend of The Blue Sea, Romantic Doctor, Weightlifting Fairy Kim Bok Joo, dan Goblin. Empat drama tadi menutup tahun 2016 dengan sangat sempurna. Bisa dibilang empat drama itu termasuk jajaran drama terbaik 2016.


Favoritku dari keempat drama tadi jatuh pada Goblin: The Great and Lonely God. Bisa dibilang Goblin adalah Best Drama of the Year for 2016. Bahkan sebelum kemunculan perdananya di TvN, semua orang sudah ribut membahas —bahkan menunggu-nunggu drama baru garapan Kim Eun Sook ini. Terutama setelah kepopuleran Descendants of The Sun yang mendunia, apakah Goblin juga akan meraih kepopuleran serupa?

Kenyataannya Goblin JAUH LEBIH POPULER dibanding DOTS. Semua hal yang berhubungan dengan Goblin patut diacungi jempol. 

Kalau diajak ngomong tentang Goblin, mungkin aku bisa nyerocos panjang-lebar dan ga bisa berhenti saking suka-nya. Ternyata gak aku aja loh yang kaya gini, banyak dari teman-temanku juga mengalami gejala yang sama setelah nonton Goblin. Kami semua susah move on dan jadi males mau liat drama yang lain —luar biasa gak sih! The Power of Dokkaebi! hahahaha. Jadi buat yang belum nonton Goblin, I give you 5 reason to watch Goblin:



Jumat, 03 Februari 2017

Book Review : Critical Eleven

Pengarang: Ika Natassa
Tahun Terbit: 2015
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Genre: Romance
Negara: Indonesia
Pages: 344 pages
Rating : 5/5

Sinopsis dari Cover Belakang:

Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat—tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing—karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It's when the aircraft is most vulnerable to any danger.

In a way, it's kinda the same with meeting people. Tiga menit pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah—delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan.

Ale dan Anya pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta-Sydney. Tiga menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa, dan delapan menit sebelum berpisah Ale yakin dia menginginkan Anya.

Kini, lima tahun setelah perkenalan itu, Ale dan Anya dihadapkan pada satu tragedi besar yang membuat mereka mempertanyakan pilihan-pilihan yang mereka ambil, termasuk keputusan pada sebelas menit paling penting dalam pertemuan pertama mereka.

Diceritakan bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya, setiap babnya merupakan kepingan puzzle yang membuat kita jatuh cinta atau benci kepada karakter-karakternya, atau justru keduanya.

Source: Tumblr

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...