Senin, 09 Februari 2015

February


BROWN EYES


Remember the first day when I saw your face?
Remember the first day when you smiled at me?
You stepped to me and then you said to me
I was the woman you dreamed about


Remember the first day when you called my house?
Remember the first day when you took me out?
We had butterflies although we tried to hide
And we both had a beautiful night


The way we held each others hand
The way we talked, the way we laughed
It felt so good to find true love
I knew right then and there you were the one


I know that he loves me 'cause he told me so
I know that he loves me 'cause his feelings show
When he stares at me you see he cares for me
You see how he is so deep in love

I know that he loves me 'cause its obvious
I know that he loves me 'cause its me he trusts
And he's missing me if he's not kissing me
And when he looks at me his brown eyes tell it so


Remember the first day, the first day we kissed?
Remember the first day we had an argument?
We apologized and then we compromised
And we've haven't argued since


Remember the first day we stopped playing games?
Remember the first day you fell in love with me?
It felt so good for you to say those words
'Cause I felt the same way too


The way we held each other's hands
The way we talked, the way we laughed
It felt so good to fall in love
And I knew right there and then that you were the one


I know that he loves me 'cause he told me so
I know that he loves me 'cause his feelings show
When he stares at me you see he cares for me
You see how he is so deep in love

I know that he loves me 'cause it's obvious
I know that he loves me 'cause it's me he trusts
And he's missing me if he's not kissing me
And when he looks at me his brown eyes tell it so


I'm so happy, so happy that you're in my life
And baby now that your apart of me
You've showed me
Showed me the true meaning of love
(The true meaning of love)

And I know he loves me

I know that he loves me 'cause he told me so
I know that he loves me 'cause his feelings show
When he stares at me you see he cares for me
You see how he is so deep in love

I know that he loves me 'cause it's obvious
I know that he loves me 'cause it's me he trusts
And he's missing me if he's not kissing me
And when he looks at me his brown eyes tell it so

He looks at me and his brown eyes tell it so




Februari

Februari adalah bulan yang sangat berkesan buat aku.  
Setahun yang lalu, terjadi hal yang membahagiakan di hidupku di bulan ini.
Sangat berkesan sampai setahun kemudian, yaitu sekarang, aku berniat merayakan (sekaligus mengenang kembali) kejadian besar yang terjadi setahun yang lalu di bulan ini ^^

Sementara aku lagi dengerin lagu ini dan buka-buka file lama di komputer, aku ga sengaja buka tulisan lama ku di tahun 2008. Semacam diary gitu lah. Begitu baca aku langsung merasa terharu dan deja vu di saat yang bersamaan. Wow.. it's been a long time! Sangat pas dan luar biasa cocok dengan moment-nya. Begitu aku baca kata-kata pertama diary-ku itu, aku langsung berkaca-kaca. Oh my God.... >.<

Sebenernya kejadiannya bukan 2008 tapi 2005, waktu aku masih kelas 2 SMA. Kalau aku buka file yang tahun 2005 aku pasti nemu cerita detail dan proses-nya (yang bahasanya masi ampun-ampun alay-nya) tapi karena aku terlanjur tersentuh dengan kata-kata pertama di file tahun 2008 ini aku jadi males ngebuka yang 2005. Ini soalnya uda bentuk ringkasan, dan bentuk kata lampau. Seperti aku mengulang kembali ceritanya, bukan dalam bentuk Present Tense kaya yang di file 2005. Lebih bagus yang tahun 2008 juga (meski masih alay) hahahha

And here it is...

(Note: Sorry for poor sentences. Aku masih terlalu alay dengan kebiasaanku (meskipun itu aku uda kuliah!!) menulis diary. Jadilah bahasanya sedikit "menjijikkan" untuk dibaca. Beberapa yang ekstrem sudah ku-edit hahahaha)




Someday, in 2008....


"BROWN EYES. Ini lagu yang tak dengerin ketika aku jatuh cinta hahahaha. Waktu pertama kali aku suka sama lagu ini, saat itu aku lagi suka banget sama Jimmy. Teman sekelas di SMA waktu aku masih kelas 2 SMA. Jimmy orangnya ramah, ganteng, baik hati, rame, en selalu bertanya-tanya soal hidupnya. Hmmm, aku jadi pengen nostalgia..hahahahaha

            Ok, karena lagi nganggur, aku cerita ulang ah tentang Jimmy.
            Awalnya aku sangat benci sama Jimmy. Orangnya ruame, suaranya kaya gledek, suka garai orang en suka tepe-tepe (tebar pesona) setengah mati. Muak aku liatnya. Apalagi dia bandel soro en kalo ngomong heemmmppp, jreb..jreb..jreb.. Menusuk soro! Aku pernah jadi korban perkataannya, en itu langsung buat aku membencinya luar biasa..hahahahahahahaha. Masa-masa SMA kelas 1 ^^ 

Trus kelas dua SMA sekelas lagi. En kita mulai kenal, secara kelas 1 sekelas, kelas dua sekelas lagi. Otomatis kenal lah yah.. En dia berubah banget!! Jadi ramah sama aku, trus jadi suka ngageti aku di kelas. Karena aku orang yang mudah sekali kaget, trus latah (n pake acara jingkat segala pas kaget) dia jadi ketagihan ngagetin aku. Asyik katanya liat aku kaget. Diieeeeenggggg...

Awalnya aku cuma merasa dia itu...kocak. Sampe akhirnya, (entah karena apa) aku jadi merasa dia terlihat berbeda di mataku. Padahal aku tau kisahnya dia sama cewek kelas sebelah yang bertepuk sebelah tangan,(karena dia sangat mengumbar perasaannya, jadilah itu uda rahasia umum di sekolah. Swt gak seh??), dan aku juga tau dia ga akan berubah pikiran meski uda ditolak, dan walau aku tau semua itu..aku tetep suka sama dia. Stupid isn't it?  Herannya pula, aku jadi sering cerita-cerita sama dia. Sampe suatu hari dia minta aku buatin dia puisi. Tentang kehancuran. Dead end. Tentang keputusasaan. Tentang yang mati-mati gitu. Aku shock!! Dia se-desperate itukah dengan cewek kelas sebelah?? Sampe kaya orang mau mati?? (Sekarang aku baru tau kalau puisi kehancuran itu bukan tentang cewek kelas sebelah, tapi lebih tentang dia dan keluarganya). Cuma ya tetep aja aku buatin dia puisi meskipun aku ga tau se-desperate apa dia sebenarnya hahaha..
Tapi yang buat aku lebih penasaran dibanding alasan dia minta dibuatin puisi adalah kenyataan dia MEMINTA aku untuk bikinin dia puisi, aku beranikan diri tanya ke dia: ”Kenapa kamu kira aku bisa buat puisi Jim?? Aku ga pinter buat puisi, kamu bisa minta Agit atau Sulu yang lebih jago dari aku” Dan jawabannya dia saat itu yang buat aku langsung tertegun en jadinya makin suka sama dia,hahahahaha. 

Jimmy: ”Gaklah, aku tau kamu bisa Deb, en aku pikir kamu lebih mengerti perasaanku ketimbang mereka. Dan lagi, mukamu kaya penulis hehehehe” 

Gak special sih jawabannya, beneran biasa aja, tapi aku langsung terpesona denger jawaban itu. Dia orang pertama yang menyadari aku suka soro bikin puisi. En aku orang yang suka sekali nulis-nulis. Bahkan sebelum aku sendiri menyadarinya. Itu buat aku memandang dia secara berbeda. Orang ini mengerti aku dan menghargai aku. En aku terkejut pengertian itu dateng dari Jimmy, bukan dari sahabat-sahabatku yang notabene lebih sering menghabiskan waktu sama aku dan sering baca tulisan-tulisanku di map file...

            Seorang Jimmy, salah satu anak populer di angkatanku, en dia mau berteman dengan siapa aja, meskipun aku bukan termasuk kawanan gank-nya. Itu yang buat aku bener-bener merasa dia beda. Di jamanku, yang namanya "nge-gank" itu nge trend banget! Semua yang keren-keren kumpul jadi satu gank. Yang kutubuku en pinter-pinter ngumpul jadi satu gank. Yang super nakal dan tukang bikin masalah kumpul jadi satu gank. Yang ganteng-ganteng, cantik-cantik, dikenal banyak orang ngumpul jadi satu gank. Jimmy salah satu orang yang masuk di gank-gank populer itu. Biasanya mereka-mereka yang di gank itu, sukar untuk berteman dengan orang di luar gank mereka. Palagi yang termasuk biasa-biasa aja kaya aku dan ga terlalu suka menonjol. Jarang lah kumpul atau ngobrol kalau bukan karena sekelas. Tapi Jimmy ga kaya temen-temen gank-nya yang lain. Dia melanglang buana ke siapa aja dan menganggap semuanya teman. Bukan yang "kamu gank-ku" atau "Kamu bukan gank-ku". Secara karakter dan fisik, aslinya dia bukan tipeku blas. Bahkan aku sempet benci mati-matian sama dia waktu kelas 1 SMA. Belum ramenya itu... aduh gak nahan pek! Bising soro arek itu.... Sukae guyonan tok, mbanyol-mbanyol ga jelas, suka garai orang en selalu ngageti aku....haizzzz....swt pokok’e...

            Di saat-saat itulah aku pertama kali berkenalan sama lagu  Brown Eyes. Lagunya Destiny Childs.

            Setiap hari aku muter 10 kali lebih lagu ini. Setelah selesai, aku putar lagi, lagi, lagi, lagi en lagi. Sampe orang rumahku hafal betul ama nadanya hehehehe. En setiap denger lagu ini aku gak akan pernah lupa sama Jimmy. Walaupun aku uda ga suka dia lagi sekarang, tapi aku gak pernah lupa kalau aku pernah suka sama dia. Dia orang pertama yang memperlakukan aku dengan sangat baik. Dia gentleman sekali sama aku. Sejauh ini, aku belum menemukan orang se-gentle itu. Bukan juga Yonathan. Belum ada yang memperlakukan aku kaya Jimmy mengenai perasaanku. Dia cowok yang sangat menghormati perasaanku. Dia menghargai perasaanku dengan sangat baik. Itu yang buat aku akhirnya bisa merelakan dia dengan tulus ke cewek kelas sebelah hehehehehehehe..

            Aku tau sejak awal dia ga akan pernah suka aku. Dunia kita terlalu berbeda. Dan terlalu beresiko buat aku untuk suka sama dia sebenernya. Karena kita emang beda soro. Baik kepribadian, lingkungan, prinsip hidup, pergaulan, dll. Tapi sikapnya ke aku gak pernah jahat atau kurang ajar. Ke aku, dia lebih cenderung sopan. Ga sekurang ajar kaya ama cewek laen. Aku ga tau kenapa dia bersikap kaya gitu, entah karena dia merasa aku orangnya spiritual, jadi dia menghormati hal itu atau ada alasan lain, aku juga ga tau. Dia pernah bilang, aku ga sama kaya cewek yang lain-lain. Bukan dalam arti special, cuma ada sesuatu dari aku yang buat dia ga bisa memperlakukan aku seperti cewek pada umumnya. Dia lebih ke yang.. hati-hati sama aku. Bener-bener menghormati gitu kesannya. Dia kalo ngomong sama aku juga bisa sambil becanda, mayak dll..tapi lain. Ada unsur sopannya gitu.
            Dia kaya sungkan kalo terlalu kasar or kurang ajar ma aku...

(Seven G)

            Sampe akhirnya dia jadi penasaran sekali aku suka ama siapa. Tentu aja aku selalu mbulet setiap kali dia tanya aku naksir siapa. Dia merasa kok aku main sembunyi-sembunyian en ga ngasi tau dia?? Padahal ya dialah orangnya!! Dan ga mungkin kan aku ngaku??? Aku ga segila itu. Tapiiiiii...ternyata dia emang penasaran sekali, tanpa sadar kalau dialah orangnya ha100x. Akhirnya dia cari tau ke semua temenku. Temen-temen deketku saat itu (Seven G), pada bungkam semuanya. Mereka tentu aja menyembunyikannya dengan senang hati. Tapi fatalnya Jimmy trus tanya ke Ivan. Ivan kan emang terkenal ember sekali, jadilah Ivan mengaku ke Jimmy dengan polosnya. Gubrak!! (!@#$%&*). Palagi di saat itu Jimmy uda jadian dengan cewek kelas sebelah setelah dia jatuh bangun mengejarnya. Apa ga bunuh diri namanya kalo saat itu Jimmy tahu aku suka dia?? Aku sebal bukan kepalang. Rasanya pengen motong lidahnya Ivan... Arrrrrrggggghhhhhh...!! 

(Aku sama Ivan)

Tapi, yang ga disangka sikapnya Jimmy pas tau sangat....tidak terduga.
            Karena waktu itu kita sama-sama uda naik kelas tiga (sama-sama anak IPS) en kita beda kelas, jadilah waktu kita buat ngobrol-ngobrol berkurang drastis. Aku jadi merasa jauh ama dia. Tapi itu gak pa-pa, soalnya kan sekarang dia uda jadian. Aku akan lebih sakit ati lagi kalau tetep deket ama dia di saat dia lagi berbahagia (dengan cewek lain) kaya gitu. Tapi ga disangka, dia kayanya berusaha cari waktu buat ngobrol berdua ama aku. Waktu itu uda jam pulang sekolah, karena uda kelas 3 makanya ada bimbel. Trus dia lagi nungguin pacarnya bimbel di kantin. Aku juga lagi nunggui Nono bimbel, jadilah waktu itu aku kumpul ama dia di kantin bareng-bareng. Ma anak-anak yang lain juga sih, cuma aku lupa sapa aja waktu itu hehehe. Trus tiba-tiba anak-anak yang lain pada pergi sendiri. Kita ditinggal berdua, tanpa sengaja sih, tapi kesempatan itu langsung dipake Jimmy buat ngomong blak-blak’an ama aku. Waktu itu dia uda denger dari Ivan sih, jadi aku sempet kikuk waktu tau berdua aja ama dia. Cuma aku berusaha tetep cool (hahahahahaahha)

            En dia tiba-tiba ngomong: ”Sekarang gimana perasaanmu ke aku Deb? Aku sudah tau semuanya...” sambil mandang mataku lurus-lurus. Jantungku hampir copot saking kagetnya. Aku ga nyangka dia akan mengangkat topik ini!! Oh my God!! Sumpah, aku langsung salting! (’Sialan Ivan iki!’ Aku maki-maki dia terus dalem hati :p) Aku cuma bisa senyum-senyum en cengengesan ga jelas. Langsung keringetan pek aku...>.< Trus dia nyambung lagi: ”Maaf yah..”

            Kalau tadi aku kaget kaya disambar gledhek, kali ini aku membeku. SHOCK! Hah?? Maaf?? Jimmy minta maaf?? For what???? Aku tertegun pek. Sungguan. Aku cuma jawab (dengan begonya): “Hah?”. En dia langsung menjelaskan semuanya: “Maaf, karena aku ga bisa membalas perasaanmu. Maaf, kalau aku menyakiti perasaanmu.... Aku ga bermaksud untuk melakukannya. Aku tau pasti sakit banget buat kamu melihat aku dan Livia en apa yang terjadi sekarang ini. Bukannya aku ga suka sama kamu, tapi...di hatiku sudah ada orang lain. Sejak lama. Dan aku ga bisa menemukan orang lain yang bisa menggantikan dia di hatiku. Jadi, aku bener-bener minta maaf...”

            Caranya dia minta maaf waktu itu...ga terlupakan!! Aku masih inget banget nadanya pas ngomong, caranya dia liat aku, bahkan sikap tubuhnya waktu mengatakan semua itu. En itu buat aku langsung merasa ga sakit hati lagi. Aku cuma bisa diem. En aku bener-bener speechless. Seumur hidup, aku gak pernah dibeginikan sama orang. Maksudku, ketika aku bertepuk sebelah tangan aku selalu berusaha agar orang yang aku sukai itu ga tau perasaanku. Atau bahkan kalo mereka tahupun, biasanya mereka selalu meremehkan aku. Mereka pasti menghina-dina perasaanku. Mereka bahkan pernah sempet mengolok-olok aku. Itu pernah tak alami pas SMP, makanya aku benci banget ama Jimmy awalnya. Karena pikirku, dia pasti sama aja kaya yang lain (en kebetulan orang yang pernah melukai aku pas SMP itu ya temennya dia). Dan aku bener-bener kaget karena Jimmy berbeda.

            Dia juga bilang: ”Aku akan selalu berdoa yang terbaik buat kamu. Suatu saat nanti, aku tau..akan ada orang lain yang jauh lebih baik dari aku, pasti jauh lebih baik dari aku en dia akan menerima kamu apa adanya. Kamu orang yang baik Deb..”

Seharusnya aku patah hati dia bilang gitu. Tapi percayalah, aku sangat bahagia saat dia bilang itu ke aku. Aku cuma merasa, dia bener-bener memperlakukan aku dengan baik yah?? Dia menghargai banget perasaanku. Dia sangat menghormati rasa sukaku sama dia. Saat dia mengatakan semua itu, aku tau ada perasaan bersalah di mukanya. Matanya juga sedih. En dia sangat-sangat menyesal sudah melukai aku. Itu buat aku merasa...’kamu layak bahagia Jim. Kamu sangat layak bahagia dengan orang yang kamu pilih. Seandainya Livia bisa bikin kamu kaya gini, aku rela aku patah hati en mendoakan kebahagiaanmu sama dia’. Saat itu aku bener-bener terharu. Aku merasa, ’Tuhan..aku ga menyesal pernah suka sama dia. Aku ga menyesal aku patah hati karena dia. Dia memberi aku pelajaran yang berharga tentang perasaanku sendiri. Dia mengajari aku banyak hal soal ketulusan dll’. Aku merasa banyak sekali belajar selama aku suka sama Jimmy. Dan ketika dia mengatakan semua itu, jadi lebih mudah untuk aku merelakan dia. Jadi lebih mudah merasa biasa aja saat dia gandengan tangan sama pacarnya. Kata-kata itu memudahkan aku untuk melupakannya. Dan saat itu aku emang sempet nangis (pas udah di rumah), karena aku sadar..aku menyukai orang yang baik. Walaupun aku tau dia bukan yang terbaik buat aku. Aku dulu sempat merasa, aku salah menyukai orang. Aku yakin Tuhan ga akan setuju aku suka dengan orang yang "liar" kaya dia. Tapi melalui dia, aku merasakan perlakukan laki-laki yang sangat berbeda dengan teman-temanku kebanyakan. Orang yang jauh lebih beriman dari dia, belum tentu bisa memperlakukan aku sebaik itu. Tuhan rasanya kaya menghadiahi aku sikapnya Jimmy itu. Yang terakhir, yang bisa aku kenang. Bukan apa-apa, hanya kenangan aja. Itu membekas soro buat aku. Aku ga tau apa pendapat orang lain kalau dengar cerita ini, tapi aku lihat sendiri en aku merasakan sendiri gimana muka en nadaya Jimmy ketika dia bilang itu semua ke aku. Itu gak terlupakan. Walaupun dia menolak aku, aku merasa dia kaya membuka jalan buat aku. Supaya hidupku lebih baik. Aku ga kaya orang ditolak. Itulah kenapa aku bilang dia gentleman sekali. Dia tau kata-katanya itu akan buat aku terluka bagaimanapun juga. Tapi dia tetep berusaha buat aku merasa berharga walaupun dia menolak perasaanku.

En padahal seharusnya dia ga perlu mengatakannya ke aku. Bilang maaf en segala macam yang lain. Karena toh, buat apa? Dia kan udah bahagia sekarang? Kalo dia tetep pura-pura ga tau kan juga gak pa-pa? Aku juga ga akan keberatan seandainya dia berbuat begitu. Justru mungkin aku bakal lega-lega, karena pikirku dia ga tau. En dia ga perlu ambil resiko buat melukai perasaanku dengan mengatakan semua itu. Tapi aku kenal Jimmy kaya apa. Aku tau dia sengaja mengungkapkan itu ke aku karena dia menghargai aku. Selama ini dia anggep aku seperti sahabat. Walaupun bukan sahabat baik, tapi aku tau dia percaya ama aku. Setiap kali dia pengen cerita hal-hal serius, dia dateng ke aku. Yah walaupun gak all the time, tapi aku tau dia merasa aku beda karena aku bisa mengerti perasaannya. Maybe dia anggep aku dewasa, tegar, whatever..aku ga tau. Hanya aku mengerti alasan kenapa dia mau mengatakan semua itu ke aku. Dia gak mau bersikap egois ke aku. Dia tau kalau dia gak bilang apa-apa, itu akan lebih mudah buat dia. Tapi buat aku?? Dia merasa itu gak akan mudah. Dia tau banget aku terluka, untuk itulah dia merasa perlu untuk bilang maaf. Dia merasa sangat bertanggungjawab kalau aku menangis di belakangnya. Karena itu dia mengatakan permintaan maafnya dengan sangat serius, pribadi en mandang mataku langsung waktu mengatakannya. Karena aku tau dia berusaha menyampaikan rasa bersalahnya, rasa menghargainya, rasa menyesalnya lewat matanya, seandainya dia kurang pinter mengungkapkannya. Karena semua itulah aku bahagia saat itu. Di saat terakhir, dia memberikan rasa menghargainya ke aku. Itu cukup buat aku mengerti semua perasaannya.
Hal itu yang ga pernah aku temukan di cowok-cowok yang lain.

(Aku and Jimmy waktu kelas 2 SMA)

Kenapa aku bilang, dia gentleman sekali. Beberapa orang yang aku ceritain soal ini tercengang. Mereka pikir, bagaiman mungkin Jimmy yang pencilak’an kaya gitu, yang ga tau adat, yang berandalan, ga pernah mikir sebelum ngelakuin sesuatu, bisa melakukan hal kaya gitu ke aku. Mereka ga nyangka soro. Aku juga. Tapi aku yakin, Tuhan yang buat semua itu jadi seperti itu. Tuhan memberikan aku pelajaran yang sangat berharga melalui Jimmy ini. Itulah kenapa aku ga pernah melupakan cerita tentang si Jimmy ini. Berkesan banget soalnya buat aku. Lebih berkesan dibanding ama Yonathan. Yonathan aja ga pernah bersikap segentleman itu ke aku. Walaupun Tuhan memakainya dengan cara en tujuan yang lain sih buat hidupku hehehehe..."

(Seven G, Me, and Jimmy)

Di saat aku menulis ini, aku cuma sekedar nostalgia karena lagu Brown Eyes memang kenangan tentang Jimmy. Bukan tentang orangnya sih, tapi tentang suatu masa, ketika aku masih kelas 2 SMA. Masa-masa itu luar biasa berkesan. Bukan karena Jimmy aja, itu salah satunya, tapi bukan yang terutama. Waktu kelas 2 SMA itu aku aslinya pengen pindah kelas. Karena aku sebagian besar ga kenal sama penghuninya. Aku masih inget banget pertama masuk kelas 2, aku langsung pengen nangis dan lari ke kantor wakasek. Aku inget betul gimana aku mohon-mohon sama pak Heri untuk bisa pindah ke kelas lain. Tapi itu ga dikabulkan. Alhasil dengan berat hati aku mau tetep stay di kelas itu karena ada Yoyo. Saat itu emang cuma dia sahabatku dan orang terdekatku di kelas baruku. Ga nyangka, justru kelas 2 SMA itu titik awal perubahan drastis di masa SMA-ku. Aku bisa mengerti kenapa banyak yang bilang masa SMA itu masa yang paling menyenangkan dalam hidup, dan masa-masa yang ga terlupakan selamanya. Selain aku sangat bersenang-senang dengan hidupku (nilai raport naik drastis, perubahan prinsip hidup, teman-teman dan kumpulan baru, pelayanan di gereja), aku juga mengalami yang namanya jatuh cintaMasa-masa itu punya soundtrack, dan inilah soundtrack-nya. Setiap aku dengar lagu ini, masa-masa itu kembali terputar di kepalaku dan seringkali (dulunya) buat aku ketawa sendiri.

Well, kalo sekarang aku baca lagi, sungguan aku antara pengen ketawa ngakak sama pengen nangis. Lucu dan sedikit berbeda dari yang aku kira ending-nya. Siapa yang menyangka, kalau sekarang aku malah pacaran dengan Jimmy? Siapa yang menyangka kalau semua yang terjadi di SMA itu bakalan berlanjut bertahun-tahun kemudian saat aku dan Jimmy uda lebih dewasa? Jimmy dan aku SAMA SEKALI ga pernah berpikir kita akan menjadi seperti ini. Pertemuan lagi setelah SMA aja bisa dianggap kejadian tak terduga tersendiri. Jimmy berlanjut pacaran dengan Livia sampai tahun 2010, lima tahun pacaran, dan mereka putus. Saat mereka putus itulah aku dipertemukan sama Jimmy lagi.

Mana pernah aku duga kalau saat dia putus dia bakalan dateng lagi ke Bethany? Yang aku tau memang dari jaman SMA aku selalu ajakin dia ke gereja. Karena saat itu belum masuk youth, adanya Remaja Nginden, aku selalu ajakin dia untuk dateng. Beberapa kali dia emang dateng, aku luar biasa senengnya setiap kali dia dateng. Saat itu aku sudah merasa sekali kalau dia ini butuh Tuhan. Ada sesuatu yang selalu buat aku penasaran tentang Jimmy. Aku selalu bertanya-tanya apa itu. Aku merasa dia ga akan bisa lepas dari hal itu sampai dia ketemu Tuhan. Tapi aku ga pernah tahu apa yang salah bahkan sampai akhirnya aku menyelesaikan perasaanku sama dia waktu SMA. Waktu kuliah aku putus kontak sama dia. Jarang ketemu. Ga pernah ngobrol lagi. Akupun akhirnya suka sama orang lain dan mencoba pacaran. Pacar pertamaku inilah cinta pertamaku, jadi bukan Jimmy lo cinta pertamaku itu. Memang sebelumnya aku pernah naksir Jimmy, tapi belum bisa dibilang cinta pertama. 

Saat aku pacaran itu aku sempet ketemu Jimmy lagi, dia dateng sendirian ke acara Remaja Nginden. Saat itu aku ngeliat lagi, hal yang selama ini buat aku bertanya-tanya, apa sih yang salah dalam hidupmu itu? Aku lihat lubang hitam di matanya yang ga bisa dia tutup sendiri. Aku pikir setelah pacaran, lubangnya akan menutup. Ternyata enggak, masih menganga dan kelam seperti dulu. Aku ga bisa untuk ga peduli, aku akhirnya mencoba untuk tau kabarnya, saat itulah aku buat pacarku cemburu karena dikira aku masi ada hati sama Jimmy. Aslinya aku hanya ingin tahu, lubang apa di hatimu yang buat matamu keliatan kaya gitu Jim? 

Waktu berjalan, aku putus dari cinta pertamaku, aku berusaha move on dan aku ga pernah kontak sama Jimmy lagi. Ada beberapa kali ketemu lagi di kampusku karena Livia satu kampus ama aku tapi ya cuman say hay gitu aja. Sampai akhirnya aku mulai dekat sama Vanny, Noppy, Steven dll. Ternyata mereka ini masi kontak sama Jimmy bahkan sering main futsal bareng-bareng tiap jam 10 malem. Jimmy pun kenal beberapa anak gereja dan beberapa kali kumpul sama mereka sepulang futsal. Ga lama Steven ajak Jimmy dateng ke Youth. Waktu itu Remaja Nginden uda ga ada diganti Youth. Aku kaget sekaligus senang waktu ketemu Jimmy lagi di Youth. Bukan senang karena masih ada rasa, atau teringat kenangan lalu, atau CLBK dll, aku senang hanya karena aku ketemu temen lama ku lagi. Just it. Kita langsung heboh. Otomatis. Dulunya kan satu SMA, kalo ketemu lagi pasti langsung pada tanya kabar gimana dll dll dll. Jimmy orangnya kan heboh, aku pun ketularan heboh. Secara natural, aku deket lagi sama Jimmy. Dulu emang kita deket sebagai sahabat (di luar aku naksir dia dan segala macem itu), ketemu lagi ya balik sahabatan lagi. Apalagi aku dan Steven waktu itu bener-bener galau berdua. Jimmy sebagai temennya Steven dan orang terdekatnya Steven waktu itu, jadi penengah antara aku dan Steven. Di saat yang sama Jimmy juga curhat ke aku en Steven tentang hubungannya ama Livia. Yap, dia akhirnya putus dan bener-bener patah hati. Karena masalah hati yang parah kita bertiga alhirnya dekat banget en selalu renteng bertiga. Jalan bareng bertiga, nonton bertiga, guyonan di mobil bertiga. So much fun! Akirnya aku dan Jimmy berakhir sebagai sahabat kental dan lebih dekat dibanding waktu SMA dulu minus perasaan apapun. Pure sahabatan. Aku ga CLBK sama sekali (bahkan lagi naksir orang lain saat itu) dan dia sendiri juga asik cari cewek baru pengganti Livia.


(Jimmy, Steven and Me)

Masalah muncul waktu aku sama dia terjebak dalam prasangka saling suka. Well, masa-masa yang penuh gejolak dan gossip. Entah kenapa anak-anak yang liat aku kumpul sama Jimmy merasa kita ini lebih dari sahabat. Saat kita guyon, ngobrol, ilok-ilok'an, tukaran mulut ga penting, bahkan waktu teriak-teriak pun terlihat seperti saling mencintai. Aku sama Jimmy sampe bosen menjelaskan dan menyangkali semua itu. Memang seheboh apa sih kita kalo kumpul kok sampe menanggap kita special dibanding sama yang lain? Steven pun lama-kelaman menjauh karena dia juga merasa demikian! Sumpah itu bikin bete banget. Kejadian yang terjadi selanjutnya sungguh ga terkendali. Jimmy lalu ditaksir Veve, dia jadi galau en tanpa pikir panjang mengambil keputusan untuk jadian sama Veve, aku dianggap patah hati dengan keadaan itu (padahal sama sekali enggak), dan akhirnya status kami berdua jelas. Sahabat. 

Aku ga lama kemudian jadian sama Hizkia dan masing-masing sementara ada di posisi yang jelas. Tapi entah kenapa bahkan dengan status punya pacar masing-masing, masih aja ada yang menganggap aku dan Jimmy ini seharusnya lebih dari sahabat. Saat itu kita BETE banget. Ehm, aku sih yang bete, Jimmy kayanya don't care dan ga ambil pusing. Veve selalu jealous dengan aku, bahkan Hizkia pun begitu. Aku bener-bener muak saat itu karena orang-orang SELALU berpikir aku dan Jimmy ada apa-apa. Padahal, saat itu, percayalah, aku jujur ini, kita ga ada apa-apa. Kita beneran sahabatan. Kalau waktu ngobrol atau cerita kita heboh ya itu karena kita cocok aja, bukan karena ada perasaan! Aku mulai diinterogasi apakah beneran ga ada apa-apa sama Jimmy? Padahal saat itu Jimmy masih status pacar orang. Bahkan saat dia baru jadian pun, aku kena getahnya dengan ditanyai sama kakak dari pacarnya Jimmy waktu itu, apa aku sebenernya naksir Jimmy? Sungguh, seandainya aku bisa buat mereka baca pikiranku kaya kemampuan Edward gitu, aku pengen mereka baca pikiranku biar mereka percaya. Aku LELAH jadi target yang selalu ditanyai apa aku ada perasaan apa enggak sama Jimmy hanya karena di masa SMA aku pernah naksir sama Jimmy! Kaya itu belum cukup, banyak sekali yang ngomong sama aku kalau seharusnya yang jadi pacarnya Jimmy itu aku bukan pacarnya dia saat itu karena buat kebanyakan orang aku lebih cocok dan sepadan sama Jimmy. Bisa bayangin ga kira-kira gimana perasaanku saat Jimmy masi pacar orang, aku dibilangin kaya gitu? Ditambah kenyataan kalau pacarnya saat itu sering cemburu sama aku. 

Masih ditambah saat itu aku bergaul dengan orang yang ga suka dengan Jimmy. Udah deh, hancur sudah. Aku dilarang temenan sama Jimmy, dilarang kumpul sama Jimmy, disuru berhenti jadi sahabatnya. Saat itulah aku meledak. Aku ga lagi peduli apa kata orang. Pacarnya mau cemburu? Silahkan, makan itu cemburu! Orang yang ngelarang aku temenan sama Jimmy, meskipun dia juga temenku, aku tolak mentah-mentah permintaannya. Saat itu aku juga capek lo aslinya. Kenapa sih aku dan Jimmy sejak ketemu lagi selalu dibuntuti gossip dan pertanyaan seputar taksir-menaksir? Apakah itu sudah tanda ato gimana aku juga ga tau sih hahahahahha

Setelah pasang surut kehidupan, Jimmy jadian dengan si A lalu putus, aku juga jadian dengan si B trus putus, kita ketemu lagi, trus Jimmy jadian dengan siapa, aku jadian dengan siapa, masing-masing putus lagi, menjomblo bersama, aku jadi merasa hidupku dan hidup Jimmy ga pernah bener-bener jauh. Seperti selalu ada link yang menghubungkan kita berdua. Entah itu mantan pacarnya, entah itu lokasi, entah itu temen-temen yang lain, seperti selalu ada kontak dengan Jimmy dan ga pernah yang bener-bener putus hubungan. Kita baru menyadari itu setelah jadian. Proses untuk jadian dengan Jimmy pun ga semudah dan segampang seperti keliatannya. Buanyak sekali yang terjadi sampai ke tahap memutuskan untuk pacaran.

But, yang berharga untuk aku dari semua kejadian ini adalah, cara kita menemukan jalan untuk akhirnya bisa bersama. Bukan hanya karena perasaan. Bukan hanya karena dijodoh-jodohkan. Bukan karena dikejar umur. Bukan karena keinginan mencoba-coba kalau pacaran jadinya gimana? Bukan karena hal-hal yang sepertinya sudah jelas. Ada kerumitan dan proses njelimet yang harus aku lalui. Harus banyak berdoa dan nangis-nangis dulu sama Tuhan. Harus mengalami ini dan itu, tapi akhirnya keputusan itu dibuat bersama. Buat aku itu luar biasa dan sangat membekas. Brown Eyes adalah permulaan yang membuat aku mengingat bagaimana semua ini berawal. Karena itu aku selalu merasa tersentuh tiap denger lagu ini. "Itu hanya kenangan milikku". Aku merasakan perasaan semacam itu hahaha..

Kalau aku bicarain ini rasanya pengen men-detail dan jelas banget gitu. Masi banyak hal yang pengen aku share karena di hidupku, ketika aku mendapatkan hal yang bener-bener besar, aku selalu struggle luar biasa. UNAS. Kuliah. Multimedia. Skripsi. Semuanya aku lalui dengan banyak banget ujian dan proses. Ga pernah sekalipun aku mencapai sesuatu yang besar di hidupku dengan cara yang biasa. Semuanya penuh perjuangan dan dalam prosesnya SELALU mengubah banyak hal di hidupku ke depannya. Satu-satunya hubungan yang aku gapai dengan penuh perjuangan dan air mata ya hubunganku dengan Jimmy ini. Penuh pembelajaran dan penuh dengan pengikisan diri sendiri. Bahkan dimulainya sudah sejak lama tanpa aku sadari. Now, I'm just want to thankful for what I've been through...

For me, it's all good and beautiful.. Thanks God ^^



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...