Jumat, 16 Maret 2012

Letting Go

Tema bulan Maret ini di Youth adalah: Forgiveness




Ada sebuah quote yang berhubungan dengan Forgiveness (yang ga pernah aku denger sebelumnya :D) dan quote ini membuatku tertohok, seketika itu juga,  di saat pertama kali aku mendengarnya, dari koordinator Youth Bethany Nginden, ko Daniel Tanutama. Ceritanya, saat itu dia sedang menanggapi sharingku waktu FA (semacam komsel) di Rumah Dalton (FA perdana buat wilayah Rungkut hehehe). Selesai aku sharing, dia langsung dapat pencerahan (katanya dia sih), dan Ko Dan lalu mendeklarasikan quote ini:

 "Forgiveness it's not about forgetting, but forgiveness it's about letting go" 

"Kamu tidak akan pernah bisa melupakan tragedi ataupun persoalan yang pernah menimpa hidupmu di masa lalu, apalagi bila hal itu menyakitkan buat kamu. Sekeras apapun kamu berusaha melupakannya, tragedi itu tidak bisa dihapus begitu saja, tidak bisa kamu anggap tidak pernah terjadi, tidak bisa berharap bahwa nantinya akan terlupakan karena mendadak amnesia, atau bahkan tragedi itu mungkin tidak akan pernah bisa kamu lupakan! Tragedi itu adalah bagian dari hidupmu dan selamanya akan selalu menjadi bagian hidupmu. Yang bisa kamu lakukan hanyalah let it go... Just let it happened. Terimalah bahwa itu bagian dari hidupmu.Yang terpenting bukanlah berusaha membuangnya atau meniadakannya tapi just letting go... Your future not depends on it, terima semua rasa sakitnya. selesaikan semuanya, jangan tahan perasaanmu, jangan pendam sakit hatimu, jangan biarkan luka hatimu membusuk terus-menerus. Just let it go...."



(Aku masih inget banget ekspresi Noppy ketika dia denger Ko Dan menjelaskan hal ini di hadapan kita semua. Noppy pasang muka puassssss bangett plus ngasi kode mata ke aku dari belakang punggungnya ko Dan. Matanya bilang begini "Dengerin tuh Deb...dengerriiinnn!! It's you!!" Aigoooo Noppppppyyyyy.... (-.-)" For your information, it's for you toooooo!! (>.<) Walaupun memang porsi menancap ke hatiku lebih besar daripada ke dia en Vanny sih *sigh*)

Quote-nya ko Dan terngiang-ngiang terus dalam kepalaku sejak saat itu dan di bulan Maret, Tuhan benar-benar membuatku menghidupi tema Forgiveness dalam kehidupanku yang sesungguhnya.....

Minggu pertama Maret, Oke... So many things happens.... Masalah kerjaan, mobil, keluarga dan lain-lain..
Sesaat mengalihkan perhatianku dari Forgiveness...
Tapi saat masuk minggu kedua, tema ini mulai merema dalam hatiku dan mulai membuatku gelisah. Sebenernya sejak minggu pertama sudah kena banget sama kotbahnya pak Yuri Iskandar. Tokoh yang dia pake buat ilustrasi kotbahnya bagus. Mengenai kisahnya Yusuf. Kisah paling tepat mewakili Forgiveness. Ada satu bagian dari kotbahnya yang membuatku ga bisa berkata-kata. Yaitu, ketika dia menjelaskan kalau Yusuf bisa mengampuni saudara-saudaranya hanya karena dia memahami bahwa Tuhan punya rencana yang besar dalam hidupnya. Dia menyadari bahwa melalui sumur, melalui penjara, akirnya dia bisa menjadi tuan di Mesir. Saudara-saudaranya bisa mereka-rekakan hal yang jahat dalam hidup Yusuf, tapi Tuhan menggunakannya untuk mereka-reka kan hal yang baik bagi hidup Yusuf. Ada satu ayat yang mewakili pemahaman Yusuf atas semua sakit hati dan kepahitan dalam hidupnya. 

Di Kejadian 45: 5 "Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku kesini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu" lanjut ke ayat 8, "Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku kesini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir"

Pemahaman Yusuf akan rencana Tuhan dalam hidupnya-lah yang membuatnya bisa mengampuni saudara-saudaranya yang menjual (menyakiti) dia. Tanpa masuk ke dalam sumur, Yusuf tidak akan mencapai Mesir dan masuk ke rumah Potifar. Tanpa fitnah dari istri Potifar, Yusuf tidak akan masuk penjara dan bertemu juru minuman raja. Pak Yuri menjelaskan bahwa rasa sakit yang kita terima saat ini, perlakuan tidak adil yang kita rasakan saat ini, akan menuntun kita pada hal besar berikutnya. Saat ini kita hanya melihat sebagian dari rencana Tuhan, belum seluruhnya. Tuhan sudah merancangkan semuanya, jadi sabarlah dan terus percaya karena suatu saat kita akan mengerti alasan kenapa Ia menginjinkan kita berada dalm keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan ini. Pembahasan mengenai Yusuf ini menyentuh aku luar biasa. Aku ga bisa berkata-kata. Ga bisa membantah. 

Sesaat aku bingung, kok bisa sangat menohok banget ya kotbah ini buat aku? Memangnya aku lagi mengalami tah? Itu semua sudah berlalu sekitar dua bulan. Seharusnya aku sudah baik-baik saja. Oke, aku tau emang pasti akan tertohok. Tapi kenapa aku tertohok sekali (bener-bener yang 'JRUOT!') ya? Terutama ketika pak Yuri bilang: "Saya tau di antara kalian ada orang-orang yang saat ini sedang terluka. Kalian dilukai oleh orang-orang yang sangat kalian kasihi. Susah untuk mengampuni mereka. Tapi marilah kita belajar dari kisah hidup Yusuf, ampuni mereka. Karena Tuhan menggunakan orang-orang yang menyakiti kita itu untuk melimpahkan kehidupan yang berkemenangan di depan kita. Jadi, mau kan mengampuni?" (entah cuma perasaanku aja atau memang benar, ketika pak Yuri bilang tentang dia tau ada orang-orang yang saat ini sedang terluka dan ketika dia mengajak untuk mengampuni, matanya mengarah ke aku. Langsung ke mataku. Aku sampe terperengah. 'Errrr....Benarkah anda melihat jauh ke dalam hati saya pak Yuri??' T.T) Saat itu aku shocked, karena aku tau pak Yuri benar. Aku belum beres di dalam hatiku. Kejadian dua bulan lalu itu masih membuatku 'jreb' gitu tiap mengingatnya. Kaya ada yang menusuk dan rasanya sakit.  Terus pak Yuri ngasi permisalan yang mirip sekali dengan apa yang aku alami, dan sadarlah aku bahwa memang ada yang belum beres dalam hatiku. Aku akirnya mengakui kalau aku masih menyimpan semua luka itu tanpa aku sadari. Kejadian itu masih sangat menyakitkan buat aku... (o-em-gee)

Setelah firman selesai kita berdoa bersama-sama, bikin komitmen dan keputusan untuk mengampuni, pengakuan untuk isi hati kita sebenernya dan selesailah ibadah itu. Yah, selesai begitu saja. Aku pikir aku sudah mau mengampuni. Aku sudah bisa mengampuni. Aku pikir begitu. Hanya pikiranku ternyata...

Masuk Minggu ketiga, tepatnya mulai Senin kemaren (tgl 12 Maret 2012), aku menyadari ada yang tidak beres dalam hatiku. Aku merasa sangat ga nyaman dalam hatiku. Aku dipertemukan kembali dengan orang yang seharusnya sudah aku ampuni. Pertemuannya bukan face to face sih. Aku dipertemukan secara ga langsung. Aku sering ketemu tanpa sengaja di jalan sama dia. Papas'an di jalan, kita makan di tempat yang berdekatan, semuanya tidak lebih dari 10 detik ketika aku lihat dia. Cuma liat mobilnya sekilas, liat sosoknya sekilas tapi itu sudah mempengaruhi aku luar biasa. Padahal dia mungkin ga pernah tau (bahkan sampe saat ini) kalau kita pernah ketemu beberapa kali. Dia tidak menyadari sama sekali, tapi Tuhan mengijinkan aku untuk menyadari dan melihat jelas keberadaannya. Ternyata semua itu menguak semua isi hatiku yang aku pikir sudah tenang, damai, sentosa, baik-baik saja dan sudah mau mengampuni. Setelah pertemuan tidak sengaja itu aku mulai merasakan perasaan-perasaan lain. Kadang aku bisa kaya orang terobsesi, tiba-tiba aku mencari info tentang dia secara diam-diam. Setelah mendapatkan infonya, bukannya lega aku malah semakin sering memikirkan dia. Aku mulai teringat semua hal-hal menyakitkan yang dia lakukan ke aku. Aku teringat semua kenangan-kenangan sebelum dia menyakiti aku, aku bandingkan sekali lagi dengan keadaanku sekarang dan ternyata aku berdarah lagi. Rasa sakit itu kembali kurasakan tanpa aku sadari. Aku lupa kalau aku sudah memutuskan untuk mengampuni dia. Senin-Selasa kemaren adalah puncak rasa tidak terima (marah)ku. Aku ga bisa melihat hal lain. Semua pikiran, perhatian, apa pun yang sedang kulakukan, bahkan mimpiku pun tanpa sadar semuanya mengarah ke dia. Aku bisa merasa marah, kecewa, dan sangat sebel. Aku sendiri juga bingung, sebelumnya aku ga pernah sampe seperti ini. Everythings going fine, semua itu sudah reda seharusnya, masa-masa ini harusnya di awal bukan sekarang. Tapi saat itu, aku ga bisa menahan diriku sendiri, semuanya keluar. Bukan dalam bentuk emosi yang meluap-luap. Tapi dalam bentuk silence. Diam yang aneh. Aku bisa sangat diam. Tapi diam ku itu diam yang ga sehat. Di dalam kepala semuanya berkecamuk, itu membentuk pertahanan sendiri yang ga tertembus nasehat apapun. Aku membarikade kepala dan hatiku dengan ke-diam'an ku. Aku jadi keras kaya batu di dalam. So terrific...

Anya adalah orang pertama yang menyadari keanehan dari sikapku dan dia juga menyadari bahwa setelah proses mengampuni, aku belum bisa let go. Padahal saat semua itu menimpa aku, aku sedang berpikir tentang let go. Aku berpikir, "Aku pasti bisa merelakan semua kejadian ini. Aku bisa kok just let go seperti yang dibilang ko Daniel" Tapi kenyataannya enggak. Aku bukannya ga bisa let go, aku ga mau let it go. Aku pegang erat semua rasa sakit, marah dan kecewa yang ada dalam hatiku dan malah ada perasaan baru muncul. Perasaan, "ini belum selesai" sangat dominan di hatiku (apa ya itu?? Semacam perasaan kejam yang menginginkan dia tidak boleh lenggang kangkung begitu aja sampe aku merasa semuanya selesai). Setiap ada ajakan untuk let go dari hatiku yang terdalam, aku merasa "ga bisa, tunggu sebentar" Dan itu terus menerus terjadi selama 2 hari. Dua hari paling berat, dua hari paling menyengsarakan, dan dua hari paling menyiksa sepanjang tahun ini. Selasa sore, Anya BBM aku.. Dia kirim sebuah quote tentang 'letting go' gitu cuma aku lupa apa. Aku kaget waktu terima bbm nya Anya, kenapa tiba-tiba Anya kirim itu ke aku ya? Itu quote yang aku sudah hafal luar kepala sebenernya. Karena sudah sering aku denger, tapi ketika aku harus melakukannya, jadi lain deh ceritanya hahahahaha. 


Selama beberapa menit aku bbm-an sama Anya, Anya kasi nasihat panjang-lebar tentang 'letting go'. Semua nasehatnya itu benar, aku tau jelas, aku hanya tidak mau melakukannya. Kaya ada sesuatu dalam hatiku yang, "Ga bisa Nya... Aku tau kamu benar, tapi... Aku ga bisa kalo hanya begitu saja. Kasi aku solusi yang lain, please..." Aku bilang ke Anya kalo aku akan berusaha melakukannya. Tapi aku ga bisa melihat apa-apa. Aku tau ada rasa enggan dalam diriku untuk bener-bener mau melakukannya. Akirnya aku memaksa diriku untuk melakukannya. Bukannya lega, aku malah merasa tertekan. Aku ga bisa berpikir. Aku ga bisa merasakan apa-apa. Setiap aku sate, aku denger lagu pujian, semuanya ga bisa menyentuh aku di dalam. Kaya Tuhan cuma bisa jawil-jawil ke aku tapi ga bisa mendekat lebih jauh lagi. Aku ga bisa merasakan Dia memeluk aku, ga bisa merasakan Dia memenuhi aku seperti biasanya. 
Ada satu pesan Anya yang ga bisa aku lupakan begitu saja waktu bbm-an itu(semua nasehat lainnya sudah terlupakan soalnya), "Letting go itu keputusan kak. Hanya kakak yang bisa memutuskan. Anya mau nasehatin kakak dengan berbagai cara ga akan bisa ngefek ke kakak kalo kakak ga memutuskannya sendiri" Aku merasa aku sudah memutuskan saat itu, tapi kenapa begitu berat untuk dijalani? Kenapa masih susah sekali untuk letting go? Aku selalu bertanya-tanya, gimana sih caranya?? Kok aku blind gini rasanya, yapa sih letting go itu? Dan,  apa sih sebenernya masalahku ini???
Anya trus bilang, "Kak, kayanya mesti nonton film Rabbit Hole deh. Film itu bisa ngasi gambaran ke kakak gimana kehidupan orang-orang yang ga mau melepaskan. Mereka stuck kak, mereka ga bisa kemana-mana. Hidup mereka berhenti begitu saja. Banyak hal baik di depan mereka tapi mereka ga sadar dan ga bisa melihatnya. They're hold their past too tight and they never go anywhere. Hidup mereka suram dan mengerikan kak"


Besoknya (hari Rabu) aku, Anya, Veve, Jimmy, Vera, Chika n Glenn nonton bareng di Sutos. Pas nganterin aku pulang (dimana pas di mobil tinggal aku, Anya, Glenn en Jimmy), kita bicarain pembunuhan yang terjadi di Surabaya (Kapas Krampung) dan jadi ga damai sejahtera sendiri hahahaha. Suasananya langsung berubah spooky pek! Aku ga berani turun dari mobil walaupun rumahku di depan mata. Akirnya kita membahas hal-hal lain untuk menyelimurkan pikiran-pikiran dan suasana horror yang sempet terasa. Dari yang ngomongin soal youth jadi malah bicarain masalahnya Anya dan masalahku. Pembicaraan ini jadi panjang akirnya. Setelah Anya share, aku baru menyadari (lagi) kalo ternyata banyak sekali kesamaan dalam kisah kita berdua. Udah kejadiannya cuma beda seminggu, rasa sakit yang dirasakan sama, tipikal orang yang menyakiti juga sama ternyata. Bedanya hanyalah, apa yang aku alami beberapa level lebih parah dari apa yang dialami Anya. Anya sendiri mengakuinya. Kemaren akirnya aku sadar apa yang membuatku ga bisa letting go. Dari obrolan itu akirnya aku mengungkapkan semua sakit hatiku...


Aku bilang ke Anya, Glenn, dan Jimmy yang saat itu ada di mobil:
Aku terluka...
Aku marah...
Aku kecewa...
Aku ga bisa membiarkan semua ini hanya sampe disini saja, aku selalu merasa ada yang belum selesai. Itu buat aku merasa ga bisa melihat apapun di depanku selain perasaan belum selesai ini (intinya, kakiku tertancap di tempat dan kepalaku masih melihat ke belakang untuk menyesali, meratapi dan memikirkan terus: kenapa kok bisa seperti ini?)..
Aku ga bisa melihat diriku sama seperti dulu lagi...
Aku merasa jauh lebih buruk setiap aku ingat semua yang sudah terjadi..
Aku tidak bisa melihat orang lain...
Aku merasa diinjak-injak, ga dihargai, terhina, dan dikecewakan oleh mereka yang terpenting saat itu buat aku....

Aku dikeroyok tiga orang setelah mengungkapkan semuanya. (Aku ga bisa menceritakan semuanya apa yang aku akui saat itu, yang di atas ini cuma beberapa kesimpulan) Mereka marah'i aku bergantian. Mereka semua menyalahkan aku atas apa yang terjadi saat ini dalam diriku sendiri. Apa yang terjadi sebelumnya, memang aku ga bisa berbuat apa-apa, tapi kalau sekarang aku jadi begini itu salahku sendiri! Selama satu jam terakhir mereka ngasi aku amuk'an, nasehat dan banyak pandangan lain. You know, I  (still) can't see it!  I still can't feel anything! Aku ga bisa melihat apa yang mereka lihat. Mereka bicara fakta dari berbagai sisi, tapi aku merasa: "Hei, kok bisa kalian bilang begitu?" Dari kata-kata yang halus sampe kata-kata kasar akirnya mereka keluarkan untuk menyadarkan aku. "Heeellooooo, sudah berapa lama jadi orang Kristen Debra?" Aku sampe takjub lihat bagaimana mereka berusaha untuk membuka mataku yang masih tertutup selubung tebal ini, menyadarkan aku kalau semua ini tidaklah seburuk yang ada di dalam pikiranku dan mati-mati'an membuatku percaya sama semua yang mereka ucapkan. Butuh analogi-analogi, butuh contoh-contoh bahkan butuh Jimmy menyebutkan nama seorang teman (dan beberapa kata sarkastis) yang buat aku seketika ngakak dan akirnya aku bisa mengerti maksud mereka. Di akhir pembicaraan, aku akirnya percaya. Itu pun setelah Glenn dengan baik hati memberikan kesaksian dari hidupnya sendiri dan membodoh-bodohkan pengalamannya itu lalu dengan keras bilang ke aku: "Jangan bodoh ce!!" Luar biasa menyentuh lo kata-kata mereka di mobil saat itu, I'm speechless... 
Dari Anya yang menceritakan masa-masa kelam dalam hidupnya, Jimmy yang berusaha menjelaskan dengan berbagai contoh dan analogi (yang semuanya mbanyol dan sarkastis wakakakakak), Glenn yang sampe tega ngilok-ngilokno kebodohanku, dan mereka bertiga yang akirnya menantang: "Mau jadi apa nanti? Mau kehilangan semua yang sudah Tuhan sediakan demi seonggok kemarahan tidak penting? Mau kehilangan yang terbaik hanya demi ketakutan pribadi?" Banyak lagi kata-kata luar biasa (menyakitkan) yang keluar dari mulut mereka yang ga bisa dituliskan disini. 
Usaha mereka untuk membuka mataku dan mau memahami keadaanku dengan lebih baik sungguh luar biasa. Dimana aku bisa menemukan teman-teman yang mau membuang waktu mereka selarut itu hanya untuk membangunkan kesadaran orang bebal kaya aku?? Mereka bener-bener yang menyadarkan aku akan situasi yang harusnya aku lihat tapi aku memilih untuk tidak mau melihatnya. Aku memilih untuk percaya dengan apa yang aku rasakan dan aku lihat sendiri. Aku susah untuk memepercayai kata-kata orang lain setelah semua kejadian itu. Tapi kemaren, aku mengambil resiko untuk percaya lagi sama kata-kata orang lain. Kata-kata sahabat-sahabatku. 

Dan hari Kamis, tgl 16 Maret 2012 Tuhan sendiri yang akirnya memberikan peneguhan atas semua yang Jimmy, Anya, dan Glenn katakan di mobil. Ga mbuak blass. Semua yang mereka katakan, di kotbahin sama pak Jusuf Roni pas doa malem. 
Kotbah pak Jusuf Roni saat itu mengenai Hana, yang tidak bisa mengandung dan dia harus menerima sakit hati dari Penina (istri kedua suaminya) yang mengolok-ngolok dia karena dia tidak bisa hamil. Satu hal yang harus dilakukan saat menghadapi masalah seperti ini (masalah sakit hati yang dialami oleh Hana, Yusuf, dan banyak orang lainnya yang mengalami sakit hati):


"Janganlah menjadi seperti besi yang keras, karena jika dimasukkan ke dalam air besi itu lama-lama akan berkarat. Jangan juga menjadi seperti kayu yang jika dimasukkan ke dalam air kayu itu lama-lama akan menjadi lapuk. Jadilah seperti spons, yang jika dimasukkan ke dalam air maka ia akan menyerap air tersebut ke dalam tubuhnya"

Besi melambangkan penolakan. Kita terlalu sakit hati sehingga kita menolak rasa sakit hati itu. Kita berontak dari rasa sakit itu. Lama-lama sakit hati itu akan membuat hati kita berkarat...
Kayu melambangkan penerimaan. Kita hanya menerima, menerima, dan menerima. Menerima tanpa penjelasan dan tanpa tau apa-apa. Lama-lama hati kita hanya akan menjadi lapuk. Lemah. Keropos. Lembek dan ga ada bobotnya..
Spons melambangkan pengertian. Kita menyerap masalah itu menjadi bagian dalam hidup kita. Kita mengerti tujuan dari masalah itu untuk apa dan kita menggunakannya untuk mengubah hidup kita. 


Sama seperti bagaimana Yusuf menangani sakit hatinya. Ia memahami maksud Tuhan membiarkan ia mengalami banyak penderitaan dalam hidupnya. Ia memahami tujuan Tuhan yang lebih besar dibalik penderitaan itu. Karena pemahaman melahirkan kepasrahan terhadap Tuhan. Sehingga di dalam masalahpun, ia melihat keajaban Tuhan. Ia membiarkan Tuhan mempersiapkan sesuatu yang besar melalui dirinya dan ia tahu Tuhan akan mengujinya sampai titik terendah dalam hidupnya. 
Bagaimana kita bisa tahu akan maksud Tuhan mengijinkan permasalahan terjadi dalam hidup kita seperti Yusuf? Undang Roh Kudus masuk dalam hidup kita sehingga Ia sendiri yang akan memberikan pengertian (dan juga memberikan rasa keberserahan diri kepadaNya)
Dalam prosesnya pun, Tuhan sebenernya ingin kita menjadi kuat. Seperti seorang yang mau membeli barang, darimana ia bisa nilai barang itu bagus atau tidak? Dari kekuatan barang itu. Sampai kapan barang itu dapat bertahan? Yang terpilih tentunya yang paling kuat dan yang paling lama bertahan. Harga untuk barang seperti itu pastilah yang paling mahal.  Karena ada kualitas pasti ada harga. Seperti itu jugalah yang Tuhan rindukan kepada semua anakNya. Ia suka sekali kepada anak-anakNya yang ketika Ia mengijinkan masalah terjadi, mereka memilih untuk tetap menjadi kuat, tahan banting dan tetap beriman kepadaNya. 
Tapi, ada satu yang menghambat semua itu dapat terjadi. Yang mengganjal Yusuf menjadi tuan atas Mesir, yang mengganjal Hana untuk melahirkan Samuel. Yaitu sakit hati. Hal itu harus dibereskan dulu untuk dapat mewujudkan kisah luar biasa sesudahnya. Lepaskan sakit hati itu. Just simple. Lepaskan sakit hatiku. Let it go.... (back to this topic again)hahaha. 
Seperti Hana yang melepaskan kekhawatirannya, seperti Yusuf yang melepaskan sakit hatinya dan melindungi reputasi Potifar, they're letting go everythings..


Soooooooo, finally..... I decide to let go..... 

(Setelah ditampar-tampar oleh kotbahnya Jusuf Roni yang luar biasa keras malam itu, setelah mendengarkan Anya berdeham-deham ga berhenti di sebelahku sepanjang kotbah dan setelah di bbm Jimmy dengan semangat setelah kotbah selesai. "Deb, kamu doa malam kan? Please bilang ke aku kamu lagi doa malam sekarang. Ini kotbahnya kamu banget Deb!! wakakakakakakakaka". Aiiissshhhhh...!!(>.<) Sungguh hari Kamis itu hari yang unpredictable. Aku sudah lama sekali, sekitar setahunan lah, ga jadi jemaat saat doa malem. Karena biasanya dateng doa malem hanya saat pelayanan aja :p Tapi kemaren, aku akirnya datang sebagai jemaat. Padahal itu wes rencana ga jadi dateng. Pulang kerja, aku cuapek, nguantok, karena Rabu malamnya kurang tidur, Kamis dianter ke kantor jam setengah 7 pagi, aku bener-bener tepar pas pulang kerja. Tapi kok ya mendadak aku bangun dari tidur lelapku, trus cepet-cepet mandi dan berangkat doa malem. Sebenernya uda janjian sama Anya sih siangnya cuma aku ga kuat, langsung geletak di ranjang pas sampe rumah. Ternyata kotbahnya menampar soro lo. Kaya dicelikkan gitu. Karena yang kotbah Jusuf Roni, kata-katanya boookkk...kuerasnya minta ampun!(>.<) Dia juga tipikal pendeta yang kalo kotbah guetu banget en suka teriak-teriak di bagian yang dia tekankan dengan sangat. Masalahnya, bagian yang dia teriak-teriak itu ya bagian yang menampar aku dengan sangat. Sungguan, kaya orang dimarahi habis-habisan aku saat itu sama pak Jusuf Roni T.T En isi kotbahnya itu isa puoooddooo ama yang dibahas Glenn, Anya en Jimmy malam sebelumnya. Memang kalo Tuhan uda pengen ngomong sesuatu itu, dengan segala cara Dia akan membuat aku bisa mendengarkanNya)

Akirnya aku melepaskan semua keinginanku sendiri untuk mempertahankan hak-hak ku. Aku melepaskan semua hak-hak itu hilang dari genggamanku. Aku membiarkan diriku berada di posisi ga berdaya, rentan, ga punya apa - apa lagi untuk bertahan, dan ga punya harga diri untuk dipertaruhkan, aku memilih untuk melepaskan semua hak-hak ku membalas dan  bertahan sendiri. Itulah yang selama ini menghalangi aku untuk letting go. Aku merasa 'belum selesai' karena aku merasa masih bisa melakukan sesuatu untuk membuat keadaanku lebih baik, with my own way. Hak itu harus aku lepaskan semuanya, aku harus mengosongkan tanganku. Aku tidak boleh memegang, mempertahankan, dan membawa apapun. Tanganku harus kosong melompong supaya Tuhan dapat memberikan sesuatu yang baru yang dapat aku pegang lagi...

Melepaskan hak.. 
Melepaskan ego.. 
Melepaskan harga diri.. 
Melepaskan rasa aman ku sendiri.. 
Melepaskan hatiku untuk menerima rasa sakit yang selama ini aku takut hadapi..

Aku takut ketika aku letting go, aku akan semakin merasa sakit. Karena aku memposisikan diriku pada kerentanan, aku menempatkan diriku berada dalam keadaan yang mudah merasa sakit, merasa lemah, menerima kenyataan bahwa ada proses lagi ketika aku sudah melepaskan. Tapi setelah melepaskan, itulah titik awal dari pemulihanku. Bukannya kerentanan yang aku takutkan yang terjadi, tapi justru kekuatan untuk menerima semua itu dengan suasana hati yang lebih baik yang aku dapatkan. 


Seketika itu juga, saat aku melepaskan Tuhan sudah menyediakan yang terbaik sebagai gantinya. Itu yang dijanjikan Tuhan kepadaku. Ada satu ayat yang luar biasa yang dikatakan oleh Hana. Ayat ini ternyata dikutip di tempat-tempat luar biasa di Israel. Kata-kata yang dikatakan oleh wanita yang paling sengsara tapi diubahkan oleh Tuhan menjadi wanita yang penuh ucapan syukur. 

Dalam 1 Samuel 1 : 27 b, "...dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya" 

Semua ini bisa terjadi kalau kita melepaskan sakit hati. Forgiveness it's (really) about letting go
Letting go, ketika benar-benar diputuskan dari hati yang terdalam ternyata hanya se-simple seperti kita meletakkan beban berat yang coba kita bawa dengan kekuatan kita sendiri. Hanya semudah kita meletakkannya di lantai. Di bawah kaki kita. Just simple as that. Aku selalu berpikir, bagaimana caranya? Gimana sih supaya bisa letting go? Letakkan semuanya! Put it down. Hanya seperti itu....
Yang membuat susah hanya persoalan hati. Mau tidak mau. Bukan bisa tidak bisa. Memahami hatiNya. Bukan dengan penolakan yang keras dan penerimaaan yang membabi buta. Semua berawal dari memahami hatiNya. Barulah bisa melepaskan dari hati.. 
It's about decision. It's about heart. 



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...