Senin, 10 Agustus 2015

Book Review: Legend by Marie Lu


Author: Marie Lu
Country: United States
Language: Indonesia
Series: Legend (series)
Genre: Dystopian young adult Science Fiction
Followed by: Prodigy and Champion
Rating: 5/5






Sinopsis dari Cover Belakang:

Tahun 2130. Amerika Serikat telah terbagi menjadi dua wilayah: Republik di Barat dan Koloni di Timur. Keduanya menghadapi perang saudara yang tak ada habisnya. Seakan itu belum cukup, rakyat Republik di rumah-rumah kumuh harus menghadapi wabah penyakit dan konflik kesenjangan sosial.
Day, warga miskin Republik, mempunyai puluhan catatan kriminal dan tak punya rekaman sidik jari maupun potret diri. Selama lima tahun, pemuda itu menjadi buronan paling dicari, terlebih setelah dia dituduh membunuh Metias, salah satu tentara militer Republik.
June, adik perempuan Metias dari ranah elite dan calon prajurit militer, bersumpah untuk memburu Day demi membalas dendam atas kematian kakaknya, sekaligus mengabdi pada Republik. Namun, kenyataan berkata lain saat June dan Day saling jatuh cinta. Bagaimana hubungan keduanya berlanjut? Dan apakah yang akan dilakukan June untuk menghadapi intrik dengan Day serta negaranya?

MY REVIEW

Akirnya aku ketularan juga dengan demam Legend yang beberapa waktu lalu sempet mewabah di berbagai blog buku yang kubaca (entah di internet maupun di instagram). Saat baca review-review itu aku hanya mikir: "Masa sih trilogy ini sebagus itu?" Jujur aku memang sempet bosan dengan genre Dystopia yang sedang marak setelah The Hunger Games muncul di bioskop. Setelah The Hunger Games, muncul banyak film yang serupa, sebut aja Divergent dan The Maze Runner yang sudah terbukti sukses di daftar film-film box office. Kesuksesan dua film itu membuat semua teman-temanku berbondong-bondong ke toko buku untuk koleksi semua novel-nya. Mereka jelas menularkan virus membaca yang sudah lama sekali aku tinggalkan semenjak sibuk kerja di kantor. Dari yang baca hanya di kala senggang, berkat novel dystopia yang diangkat jadi film, mendadak kesukaanku sama membaca meningkat lagi lebih gila dibandingkan dulu.

Tanpa berlama-lama, here it is, my review about the most epic Dystopia novel I've ever read!


Kalau Di Hunger Games kita akan ketemu distrik-distrik, di Divergent kita akan ketemu faksi-faksi, di The Selection nya Kiera Cass kita akan ketemu kasta-kasta (walaupun ga termasuk action tapi The Selection termasuk novel Dystopia juga, walaupun cewek banget dan beda topik, aku cuma maksa aja masukin sebagai pembanding :p) di Legend, kita akan selesai dengan semua itu (Thank's God!), aku termasuk orang yang lelah sekali dengan segala macam penggolongan, jadi aku bersyukur Legend memberikan nuansa yang berbeda. Walaupun ga jauh juga dari keadaan kota (atau negara) yang memiliki jenjang sosial sangat besar. Si kaya dan si miskin. Yang berasal dari keluarga terpandang dan dari keluarga biasa. Dari kalangan pejabat dan kalangan rakjat jelata. 


Dalam Legend, negara Amerika Serikat terpecah menjadi dua yaitu Republik dan Koloni. Republik biasa disebut Wilayah Barat dan Koloni biasa disebut Wilayah Timur. Sejak awal buku ini dibuka, tidak ada penjelasan kenapa mereka terpecah menjadi dua, keadaan Republik dan Koloni langsung digambarkan sudah terpecah menjadi dua, saling berebut kekuasaan dan dalam kondisi perang.

Tanpa peduli dengan kerusuhan negaranya, hiduplah seorang kriminal negara Republik, yaitu Day. Dia adalah buronan Republik yang disebut-sebut sebagai penjahat paling dicari dan biasa bekerja sendiri dalam setiap aksinya melawan negaranya sendiri. Republik sendiri dipimpin oleh seorang presiden (yah katakan saja begitu) bernama Elector Primo. Republik menjadi negara yang sangat kuat bidang militer-nya di bawah kepemimpinannya. Di buku ini dia diceritakan menjabat lagi sebagai pemimpin dalam masa kepemimpinan yang ke-11. Berapa kali menang pemilu coba kalo sudah sampai masa jabatan ke 11? Di Republik ada yang disebut Ujian. Guna Ujian itu adalah untuk menilai apakah generasi muda di Republik memiliki gen yang baik untuk bisa bekerja kepada pemerintahan dan siap berperang melawan Koloni. Sementara bagaimana sistem pemerintahan di Koloni, aku masih kurang tau karena fokus buku pertama dari trilogy ini masih berfokus pada Republik dan sistem pemerintahannya.

Lulus tidaknya seorang anak dalam Ujian ditentukan dari nilai yang dia dapat saat Ujian. Dengan standard nilai 1500 untuk yang tertinggi dan 1259 untuk yang terendah. Di bawah itu, mereka dinyatakan tidak lulus. Walaupun 1500 adalah nilai tertinggi, jarang sekali ada anak yang mampu mendapat nilai sesempurna itu. Sehingga Republik memberikan jenjang nilai 1450-1499 sebagai modal yang cukup bagi mereka untuk hidup berkelimpahan sampai tua di Republik, mereka yang lulus dengan nilai itu bisa bekerja di pemerintahan. Kategori dibawah itu, yaitu jenjang nilai 1250-1449, dinyatakan sebagai anak-anak yang layak mendapatkan pendidikan sampai kuliah dan mampu hidup berkecukupan. Sementara jenjang nilai 1000-1249 dinyatakan sebagai nilai pas-pas an. Karena itu merupakan jenjang terendah. Mereka yang mendapatkan nilai itu hanya berpuas sebagai buruh pabrik dan tidak akan diijinkan kuliah. Sehingga praktis mereka akan menjadi golongan orang miskin di Republik. Di bawah nilai 1000 mereka dinyatakan tidak lulus, dan setelah mengikuti ujian mereka tidak akan dipulangkan kembali ke rumah orang tua mereka namun langsung dibawa ke kamp buruh. Orang tua yang kehilangan anak-nya karena tidak lulus ujian akan diberi uang 1000 notes untuk mengganti kehilangan yang dirasakan.

Salah satu anak yang tidak lulus dan berhasil menghindar tinggal di kamp buruh adalah Day. Sebenarnya Day bukanlah nama sesunggunnya, itu hanyalah nama samaran yang dia gunakan untuk menutupi jati dirinya yang sebenarnya dari Republik. Day bukan sembarangan kriminal. Ada alasan kuat mengapa dia menjadi kriminal paling dicari dan diburu di Republik. Dibalik penampilannya yang sangat tampan, Day juga pintar. Dia cerdas, gesit, kuat dan mampu menganalisa keadaan dengan cepat bahkan saat sedang terjepit. Semua hal mengenai Day tersembunyi dari Republik, bahkan wajah dan penampilan fisiknya pun tidak terindentifikasi. Republik hanya memiliki sidik jari Day, tidak lebih dari itu. Day merupakan kriminal yang dipuja di kalangan kumuh Republik. Dia mencuri, merampok bank, menghambat perang demi menolong orang-orang miskin dan juga keluarganya, tapi tidak pernah (bahkan menolak) membunuh dalam setiap aksinya. Meskipun ibu nya menganggap dia sudah mati, Day lah yang selalu membantu keluarganya diam-diam dengan memberikan uang maupun keperluan lain dari aksi jalanannya selama ini. Yang tahu Day masih hidup hanyalah kakak laki-laki-nya, John yang selama ini menjadi perpanjangan tangan Day menghidupi keluarganya.

Hidup Day seketika berubah dengan cepat dalam petualangan mematikan semenjak dia melihat petugas pemerintah menandai rumahnya dengan tanda X bergaris. Tanda yang menyatakan bahwa dalam rumah itu terdapat penduduk yang terkena wabah penyakit dan harus dikarantina. Untuk menyelamatkan Aden, adik Day yang terkena wabah penyakit, maka Day masuk ke rumah sakit dan berniat mencuri vaksin untuk menyembuhkan adiknya. Insiden itulah yang mempertemukan Day dengan Metias, kapten yang berada di bawah pimpinan Komandan Jameson, dan dituduh sebagai penyebab dari kematiannya.

June, adik dari Metias, dendam pada Day detik itu juga ketika mendengar kabar kematian kakak-nya yang disebabkan oleh aksi Day. Kebalikan dari Day, June adalah lulusan terbaik Republik yang digadang-gadang akan menduduki posisi penting di pemerintahan, tepat setelah ia menyelesaikan kuliahnya. Meskipun umurnya masih 15 tahun, dia sudah bergabung di Drake, Universitas paling bergengsi di Republik. Sama seperti Day, June juga sangat pintar. Dia luar biasa cerdas, jago analisa, kuat dalam berargumen, jago menggunakan senjata dan sangat terlatih. Ditambah dengan kenyataan bahwa dia adalah anak langka yang mendapat nilai 1500 saat Ujian. Penampilan fisik June juga tidak kalah mengagumkan, dia cantik bahkan lebih dari cantik, wajah June sangat elok. Sebelum June membenci Day dengan sepenuh hati, (berbeda dengan orang-orang kebanyakan di pemerintah yang semuanya membenci dan memburu Day dengan ganas)  June adalah fans Day. June selalu berlatih sangat keras untuk mengalahkan aksi-aksi spektakular yang pernah Day lakukan saat aksi jalanannya. Bukan untuk mengalahkan Day, terlebih-lebih hanya untuk menyaingi kemampuan Day yang ia anggap luar biasa. 

Setelah kematian kakak-nya, June ditugaskan langsung dalam misi penangkapan Day. Ini merupakan misi pertamanya dari Republik. June bertekad akan menangkap Day dengan tangannya sendiri.

In my mind, I make a silent promise to my brother's killer.
I will hunt you down. I will scour the streets of Los Angeles for you. Search every street in the Republic if I have to. I will trick you and deceive you, lie, cheat and steal to find you, tempt you out of your hiding place, and chase you until you have nowhere else to run. I make you this promise: your life is mine.”― June, Legend

June dan Day akirnya bertemu lewat insiden di kedai minuman. Tanpa saling mengetahui identitas masing-masing mereka berkelana bersama di sektor Lake. June yang tidak mengetahui identitas asli June, berhutang pertolongan kepada Day. Day sendiri berterima kasih pada June karena menyelamatkan Tess, satu-satunya sahabat yang dimilkinya dalam pelariannya. June, yang belum mengetahi identitas asli penolongnya, mengagumi ketangkasan dan kepandaian Day. Day, yang sama butanya mengenai identitas asli June, terpesona pada June sejak pandangan pertama (sebenernya dua-duanya saling terpesona di detik yang sama). Masa-masa itulah yang mengembangkan perasaan cinta di hati masing-masing. 


Hingga June akirnya tanpa sengaja mengetahui identitas asli Day. Meskipun dia langsung jijik dan muak saat mengetahui identitas asli Day, June tetapp tidak bisa menghilangkan perasaan suka-nya pada Day secepat itu. Karena itulah June mengatur renacana penangkapan Day (dengan memanfaatkan keluarga Day) tanpa melibatkan aksi pembunuhan di dalamnya. Tapi yang terjadi tidaklah sesederhana yang direncanakan June. Semuanya berubah di luar kendali dan June, yang berhasil menangkap Day, menjadi bertanya-tanya pada diri sendiri, benarkah yang sudah dia lakukan?


Dari masa-masa kebersamaannya dengan Day, June menganalisa bahwa Day seperti yang selalu dibicarakan. Dia mencuri, cekatan, dll tapi dia tidak terlihat seperti kriminal yang akan membunuh untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Bahkan saat Day dipenjara dan June menginterogasinya, Day mengatakan hal yang sama. Bahwa dia tidak akan membunuh dalam setiap aksinya. June akhirnya menyelidiki ulang kasus kematian kakak-nya. Apakah selama ini Republik mengkambinghitamkan Day? Atau apakah Day berbohong mengenai kematian kakaknya? Siapa yang harus ia percayai? Logika. Saat semuanya tidak bisa dipercaya dan carut marut, kau selalu bisa mempercayai logika. Itulah prinsip yang selalu dipegang June.

Dan apakah logika akan menuntun June pada kebenaran? Siapakah yang harus June adili untuk kematian kakak-nya?


Legend. Dengan plot dan cerita se-awesome ini, gimana mungkin aku ga jatuh cinta? Dari semua novel dystopia yang pernah aku baca, bahkan yang sudah di film-kan, ga ada yang bisa menangkap hatiku (alahhh) seperti Legend. Aku ga bisa berhenti membaca. Aku bukan tipe orang yang suka menghabiskan novel dalam satu kali baca atau satu hari. Setipis atau setebal apapun sebuah novel, membaca itu kenikmatan buatku. Aku ga suka buru-buru menyelesaikan sebuah novel hanya karena ingin membuktikan aku pembaca yang cepat. Buatku membaca itu seperti menikmati anggur terenak di dunia. Aku menyesapnya perlahan-lahan. Setiap isapan aku nikmati tanpa buru- buru mengisi ulang gelas. Itulah yang selalu terjadi setiap aku membaca buku. Ketika aku menemukan momentum dalam sebuah novel, aku akan berhenti membaca dan coba kembali menelaah dalam pikiranku momentum yang barusan aku baca. Saat baca Legend, aku melanggar semua aturanku sendiri. Aku tidak bisa berhenti, novelnya kaya sudah lengket di tanganku.

Jarang sekali ada buku yang bisa buat aku lupa daratan seperti itu.

Aku jatuh cinta pada Day bahkan ketika membaca chapter pertama. Aku langsung suka caranya melihat segala sesuatu. Aku suka bagaimana dia menjelaskan dirinya. Aku bisa langsung tau karakter Day hanya dari cara dia melihat segala sesuatu. Buatku dia jauh lebih keren dari Four maupun Peeta


Day adalah karakter utama pria yang sangat sesuai dengan tipe ku. Dia digambarkan luar biasa tampan, dengan campuran Kaukasia dan Asia secara fisik, juga otak yang luar biasa cerdas. Day memang pendek, tapi berat badannya ideal dengan tinggi badannya. Kekurangannya, Day orang yang mudah tersulut emosi, itu wajar karena dia hidup di jalanan. Jauh dari rumah bahkan semenjak umur 10 tahun. Kita bisa mengharap emosi macam apa yang bisa terbentuk dari seorang anak yang sudah meninggalkan rumah di umur semuda itu? Bila dibandingkan dengan June yang sangat berhati-hati dan jago analisa, Day memang kalah satu point. Tapi June sekolah sampe jenjang kuliah. Dia dilatih untuk menjadi aset negara yang berharga. Tentu ada perbedaan besar antara Day dan June walaupun mereka sama-sama pintar. Lagipula June perempuan, menurutku sebagai seorang tentara, identitas June sebagai wanita justru memperkuatnya, bukan melemahkannya. Dia gabungan antara logika dan perasaan yang briliant. Insting dan hati nurani-nya melebur menjadi satu kesatuan yang solid, membentuk June yang tak terkalahkan. Di buku ini June masi terombang-ambing antara kebohongan dan fakta, aku rasa wajar kalau dia sedikit terlihat rapuh dan bingung. Disebut-sebut bahwa June yang sesungguhnya akan muncul di buku kedua, Prodigy.

Terjemahan buku ini sangat bagus, mudah dibaca, lugas, dan ringkas. Sudut pandang Day dan June ditulis bergantian di setiap chapter, bukannya membingungkan tapi justru seru dan jelas. Gak seperti Divergent atau Hunger Games yang awal-awalnya selalu membosankan dan susah dibayangkan, Legend sangat ringkas. Mungkin karena gaya tulisan Marie Lu yang ringkas inilah Legend sangat mudah dinikmati. Sama sekali ga bikin bosan dari depan samapi belakang.


Selain menyukai dua karakter utama, aku juga suka banget sama kisah cinta Day dan June. Mereka bukan pasangan yang wajar. Jauh dari serasi kalau boleh dibilang (walaupun buatku mereka serasi, jauh di dalam bukan hanya di permukaan). Mereka bertemu dalam kekacauan dan prasangka akan satu sama lain, buta dengan informasi mengenai satu sama lain, namun dalam ketidaktahuan dan kekacauan itu, mereka langsung saling mengagumi satu sama lain. Bukankah itu yang disebut takdir? Day dan June memiliki agenda yang bertolak berlakang satu sama lain, kenapa mereka ga langsung ketemu sebagai musuh? Kenapa June harus ditolong oleh Day padahal sebenarnya mereka bermusuhan? Kenapa pertemuan mereka malah menjauhkan mereka dari kebencian yang makin menjadi-jadi? Cara mereka bertemu, itu yang mengubah segala agenda dan tujuan mereka masing-masing, itu mengubah segalanya. Buatku mungkin itu yang disebut takdir.

Aku juga suka cara Marie Lu mengembangkan perasaan Day dan June terhadap satu sama lain. Mengetahui kenyataan pahit memang tidak mudah. Baik Day maupun June punya alasan untuk saling benci sampai mati, walaupun sebenarnya mereka berdua sama-sama korban. Tidak ada hal romantis diantara mereka kecuali ciuman yang dilakukan spontan. Entah kenapa justru kebencian mereka satu sama lain yang dicampur dengan perasaan suka satu sama lain malah menyentuh hatiku dan buat aku berkaca-kaca. Bittersweet. Pahit dan manis di saat yang bersamaan. Kuatnya perasaan mereka dibuktikan lewat kepercayaan, kerinduan, dan keinginan untuk melindungi. Buatku itu jauh lebih kuat dari adegan romantis manapun. Meskipun akan selalu ada kepedihan yang sangat kental di antara kisah cinta mereka, aku berharap sekali mereka bisa saling berdamai dengan masa lalu masing-masing. Di buku pertama ini, masih belum terdeteksi seperti apa hubungan Day dan June nantinya, tapi aku sangat berharap pada akhirnya mereka menemukan kebahagiaan.

Marie Lu membuat nya semasuk akal mungkin. Tanpa sesuatu yang berlebihan dan terlalu cepat. Semuanya seperti sebab-akibat yang menumpuk numpuk menjadi satu. Sungguh deh, baca buku ini memancing begitu banyak pertanyaan dalam benak ku mengenai rupa seorang pemimpin negara yang sesungguhnya. Begitu banyak teka-teki, konspirasi dan hal-hal mengejutkan yang mematahkan hati. Apakah di dunia nyata hal-hal seperti ini juga terjadi? Saking banyaknya buku dystopia yang menuliskan konspirasi pihak yang berkuasa dalam ceritanya, mau ga mau aku jadi tersugesti bahwa di dunia nyata hal ini juga pasti terjadi. Hanya sebagian besar dari kita ga tau apa yang disembunyikan oleh para negara adidaya (Well, jadi semakin jauh nih). 


Intinya, Legend sangat layak untuk dibaca oleh para penggemar novel dystopia. Aku sendiri langsung memberikan rating lima. Ga peduli cover dalam versi bahasa Indonesia jelek-nya minta ampun. Kalau lihat versi aslinya aku jadi kepingin nangis. Ga bisakah Indonesia memilih cover yang lebih baik kalaupun ga bisa membeli hak cipta cover aslinya? At least, make something elegant like an original version! Yah, sudahlah..yang penting terjemahannya bagus, font yang digunakan ga menyakitkan mata, jarang ada kesalahan ketik dan sudah menerjemahkan sampai buku ketiga!

Ga sabar rasanya segera baca buku kedua dan merampungkan trilogy ini. Secara aku sudah sangat terlambat untuk mulai menikmati buku ini >.< Banyak kabar beredar kalau buku ini akan di-film kan juga! Woah, aku sangat berhartap itu bukan hoax! Aku ga sabar untuk melihat Legend dalam versi layar lebar. Ga sabar untuk tau siapa yang terpilih memerankan Day dan June. Siapa yang memerankan Metias, dan bagaimana mereka mengolah cerita dari buku ini ke layar lebar. It will be so epic!


Here's the link for The Sequel:
Review Prodigy
Review Champion

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...