Rabu, 12 Agustus 2015

Book Review : Prodigy, Marie Lu

Author: Marie Lu
Country: United States
Language: Indonesia
Series Legend: the Series
Genre: Dystopian, young adult
Preceded by Legend
Followed by Champion
Rating : 4.5/5








Sinopsis dari Buku:

Setelah berhasil meloloskan diri dari eksekusi publik, Day yang ditemani oleh June lari ke Las Vegas. Mereka memerlukan bantuan Kelompok Patriot untuk menyembuhkan luka tembak di kaki Day, menemukan Eden, serta menyelundup ke Koloni. Sebagai balas budi, Day dan June harus membantu menyulut pemberontakan rakyat Republik dan membunuh Elector yang baru, Anden. June bersedia melakukan apa pun demi Day, namun instingnya mengatakan bahwa Anden tidaklah sekejam Elector sebelumnya dan rencana pembunuhan ini adalah sesuatu yang salah. Selain itu, ada yang mencurigakan dalam diri Razor, pemimpin Kelompok Patriot. June berusaha membuat Day sepaham dengannya, tapi Day sudah terlanjur digelapkan oleh amarah pada pemerintahan Republik.
Dalam dunia yang kacau balau ini, masing-masing pihak berpegang teguh pada apa yang mereka yakini. Pihak manakah yang pada akhirnya akan menang? Berhasilkah June meyakinkan Day untuk menyabotase rencana pembunuhan Elector? Dan setelah semua ini berakhir, dapatkah June dan Day tetap bersama?

MY REVIEW

Untuk sementara June dan Day lolos dari kematian. Tapi tidak bisa disangkal bahwa Day butuh pertolongan. Segera. Tembakan di paha nya oleh komandon Jameson melemahkan Day dan membuat repot June yang menemaninya dalam pelarian. Untuk bisa selamat dari tangkapan serdadu militer, June harus meminta tolong kembali pada Patriot, kelompok pemberontak Republik. Namun tidak pernah ada yang gratis dari Patriot, setelah June memberikan 200.000 Notes nya pada Kaede (anggota Patriot) untuk meloloskan Day dari eksekusi Publik, June tidak punya apa-apa lagi untuk digunakan sebagai imbalan agar Patriot mau menolong Day. Beruntung Day adalah salah satu kriminal yang sejak lama selalu diincar Patriot untuk bergabung karena kemampuannya, Patriot bersedia menolong Day dan June dengan syarat mereka harus membantu dan ikut serta dalam rencana Patriot menyulut revolusi di Republik.

Keadaan Republik sedang rapuh. Hal itu karena Elector Primo yang Agung telah wafat, jabatannya diwariskan kepada anaknya yang masi muda, Anden Stavropoulos


Anden masih sangat muda, ia masih berumur 20-an, sangat tampan dengan kewibawaan yang menurun dari ayahnya, tapi masih belum berpengalaman dan kinerjanya tidak disukai oleh para senator dan kongres Republik. Razor (ketua kelompok Patriot) menginginkan Day dan June terlibat dalam rencana besar Patriot, membunuh Anden dan menggulingkan pemerintahan Republik. June mendapat tugas untuk kembali ke tangan Republik dan mendekati Anden agar mendapatkan kepercayaan Anden sepenuhnya sementara Day tetap bersama kelompok Patriot sebagai orang yang menarik pelatuk ke kepala Anden.

Awalnya June menerima begitu saja rencana Razor dan memilih bekerja sama dengan Patriot, tapi lama kelamaan dia merasa ada yang aneh dari Razor. Dia curiga Razor tidak sepenuhnya jujur kepada mereka mengenai Anden. Juga alasan dia menginginkan Anden mati. Day yang sangat membenci Republik setelah apa yang telah Republik renggut darinya (keluarganya), menuruti perintah Razor dengan penuh semangat. Ia menginginkan Republik hancur. Tapi semua menjadi sangat rumit ketika Day harus melihat kenyataan bahwa Anden tertarik pada June. Bukan sebagai aset negara saja tapi benar-benar terpesona terhadap June. Meskipun Day dan June tergabung dalam misi yang sama namun selama misi berjalan, Day tidak dapat bertemu dengan June. Hal ini memicu banyak kesalahpahaman di antara Day dan June.

June, sang genius Republik, berbalik mencurigai Razor setelah dia bertemu langsung dengan Anden. Anden yang ia temui berbeda dengan Anden yang diceritakan oleh Razor. Anden tidak seperti Elector sebelumnya yang otoriter, Anden sangatlah mementingkan kepentingan rakyat. Anden memiliki banyak rencana untuk mengubah Republik. Anden secara pribadi meminta bantuan June untuk membantunya mengubah sistem pemerintahan di Republik, termasuk melawan para senat dan kongres yang tidak pernah menyetujui keputusan-keputusannya. Di balik kegalauan June akan niat Anden untuk mepercayainya, June juga harus menghadapi ketertarikan Anden yang lebih kepadanya. Dia mencintai Day tapi tidak dapat ditolak Anden adalah pasangan yang ideal untuknya. Day pun ikut galau ketika mengetahui sahabat terdekatnya, Tess, punya perasaan yang lebih untuknya. Tess menginginkan Day memilihnya alih-alih June. Bagi Day sendiri, jika ia memilih Tess maka ia akan terhindar dari segala mimpi buruk dan perbedaan yang membentengi hubungannya dengan June. 

Tapi apakah benar itu yang Day dan June inginkan?

Pada akhirnya Day dan June harus memutuskan, siapa yang harus mereka bela. Apakah mereka harus terus mengikuti rencana Razor ataukah mempercayai Elector yang baru? Di satu sisi, Day dan June dihadapkan pada kenyataan pahit hubungan mereka yang selalu dibayangi kenangan menyakitkan. Mereka juga harus memilih, mengikuti kata hati atau mengikuti kemungkinan terbaik? 

Semua rasa sakit Day untuk Republik juga rasa duka yang belum hilang darinya menyulitkan Day untuk menilai keputusan June. Bahkan ketika June sudah memutuskan, Day masih belum tahu apa yang harus ia putuskan. Mampukah Day melihat kenyataan sesungguhnya di balik semua rasa marah di hatinya? Mampukah June membuktikan pada Day bahwa keputusannya benar? Semuanya terjawab dengan sangat luar biasa di akhir buku ini.


Seperti yang aku bilang di artikel sebelumnya, bahwa untuk mengetahu kemampuan June yang sesungguhnya, kita harus membaca Prodigy. Karena lewat buku inilah Marie Lu menggambarkan dengan sangat baik betapa cerdas dan briliant-nya aset berharga Republik ini, sang Prodigy. 

June dengan cepat menyadari ada yang tidak beres dari penilaian Razor terhadap Anden. Ditambah dengan begitu mudahnya anggota Patriot menggunakan akses-akses aman untuk mengelabui tentara Republik. June berperan besar di buku kedua ini untuk mengubah keadaan negara Republik. June lah yang menguak semua misteri yang ditutupi oleh Republik. June juga akhirnya berhadapan langsung dengan pembunuh kakak-nya. Pertemuan itu sungguh menguras emosi juga begitu mencengangkan sampe aku sendiri menganga membaca bagian itu. Ga heran kalo reaksi June histeris setelah mendengarnya. Akupun akan melakukan hal yang sama jika jadi June. 


Di buku ini kita juga disuguhi banyak sekali fakta mengenai sejarah Republik. Kalau di buku pertama kita seakan kurang informasi mengenai Republik, di buku ini semua jawabannya disediakan. Mengapa rakyat begitu membenci Republik dan memuja Day, sang pembela kaum kumuh. Mengapa ada orang-orang seperti komandan Jameson yang begitu kejam. Juga, mengapa seorang tentara setia seperti Metias, memutuskan untuk meretas dan menyelidiki file-file orang yang sudah meninggal di jaringan Republik. Semuanya digambarkan jelas oleh Anden, sang Elector baru Republik.

Bahkan kita diajak mengintip Koloni sebentar. Apa yang ada di sana, bagaimana tipe negara-nya, bangunannya, dan tipikal pemerintahannya. Menarik sekali untuk tahu seperti apa bentuk Koloni sebenarnya, musuh utama Republik. Kota yang berkilauan, pikir Day selama ini. Namun walaupun Koloni memang berkilauan (mirip sekali dengan Amerika Serikat yang sekarang), tapi aku merasa sistem pemerintahannya tidak kalah menyedihkan dengan Republik. Ada sesuatu yang aneh di Koloni, firasatku bilang begitu. Ga tau ini bener apa enggak sih, masi dugaan aja.

Ada beberapa reviewer yang mengatakan bahwa Day semakin lemah di buku-buku berikutnya. Performanya berkurang dan menjadi lebih lemah. Sementara June semakin cerdas dan semakin kuat. Menuruku, itu SALAH BESAR. Buatku, Legend punya rasional nya sendiri. Aku ga ngerti kenapa beberapa orang begitu tidak menyukai karakter Day dan mengatakan dia sok jagoan. Aku kira Marie Lu memang tidak bisa menyenangkan semua orang, tapi menurut standar pemikiranku, aku melihat benang merah yang kuat mengapa Day dibuat semakin manusiawi. Aku tidak akan bilang lemah, karena manusia selalu punya batas. Tidak bisa kita mengharapkan manusia itu selalu kuat dan tahan banting. Bahkan perang pun akirnya merusak mental seorang yang bermental  baja seperti Katnis Everdeen (kalau kita lihat ending dari The Hunger Games). Perlu disadari pula, bahwa sejak awal kekuatan Day adalah keluarganya. Keluarga adalah kekuatan dan kelemahan Day. Dengan cerdas June memahami hal itu dengan sangat baik.



Di buku ini, Day dan June bertukar posisi. Kalau di Legend, June lah yang berduka. Karena itu dia tidak bisa berpikir dengan baik dalam mengambil segala keputusan. Semua keputusannya malah mengakibatkan penderitaan untuk orang lain. Di buku ini, Day lah yang berduka. Ia begitu sedih hingga ia melakukan segalanya tanpa berpikir. Dia hampir kehilangan semua yang ia miliki. Ia menjadi seperti June yang dulu, yang tidak bisa berpikir dengan benar. Kelemahan June yang paling mencolok adalah dia seorang tentara yang terlatih. Dia memang sangat cerdas, kuat, dan sebagainya, itu memang ada di dalam gen-nya. Semua kehebatannya dipandu dengan kesetiaan kepada negara, membuat dia bisa sekeras batu dan dingin di dalam hatinya. Dia tidak melihat kepentingan orang lain, yang ia lihat adalah tujuan dan kepentingan negara. Meskipun itu berarti harus menyakiti dan menghancurkan hidup seseorang. Buat June, kehancuran seorang kriminal adalah harga setimpal untuk menyelamatkan negara. June dididik seperti itu semenjak ia kecil. Tidak heran ia lebih kuat dari Day, yang sejak kecil diajar untuk mengalah dan melakukan lebih banyak bagi keluarganya yang miskin. Ia melihat ibu-nya berkorban untuk nya dan saudara-saudaranya semenjak ia dilahirkan. Itulah alasan mengapa Day melakukan aksi jalanan menolong orang miskin. Negara tidak cukup peduli pada rakyat miskin, tapi Day peduli karena ia juga orang miskin. 

June dianggap terlalu sempurna. Helooo.. Ini Los Angeles tahun 2130! Jangan bandingkan June dengan manusia jaman sekarang dong! Kita 100 tahun ketinggalan dengan kehidupan mereka. Kalau 100 tahun yang lalu, orang-orang jaman dahulu akan menganggap kita manusia super, karena anak kecil sudah fasih menggunakan hape dan cepat tanggap belajar bahasa asing. Anak jaman sekarang lebih pintar dibanding anak jaman dulu. Begitu pula dunia yang digambarkan Marie Lu tahun 2130. Seorang Day yang sama cerdasnya seperti June aja bisa selamat dari eksperimen yang dilakukan Republik ke otaknya. Walaupun akirnya Marie Lu dengan baik hati menyumbangkan ide logikanya di akhir buku ini mengenai dampak eksperimen itu ke otak Day. Bahkan di dunia kita yang sekarang, kita akan menemui anomali-anomali atau kekhususan seseorang. Ada yang IQ nya sangat tinggi, ada yang tingginya mencapai 200 meter, ada yang bisa begini begitu, Marie Lu menggambarkan orang-orang khusus seperti itu bisa menjadi pahlawan. Mereka menggunakan kelebihan mereka dengan baik. Buatku, itu masuk akal dalam dunia Legend. Bukan dunia nyata tahun 2015 ini (heavy sigh).


Tidak bisakah orang-orang melihat bagaimana Marie Lu membentuk karakter di bukunya dan menyelaraskan semua itu dalam dunia dystopia yang dibuatnya? Buatku semua itu selaras dan membaur dengan indah, beserta tragedi-tragedi menyedihkan yang terjadi berikutnya. 

Kembali ke hubungan Day dan June yang serba rumit. Seperti semua perbedaan itu belum cukup, kerumitan itu masih harus ditambah dengan perasaan Day yang selalu merasa minder dengan status soailnya di hadapan June. June adalah aset berharga Republik, lahir dari kalangan elit, seorang Elector sampai memujanya, apa yang ia miliki untuk dijadikan modal mendapatkan June? Dia pria tulen yang punya harga diri. Pasti menyakitkan melihat jenjang sosial yang begitu berbeda di antara mereka. Believe me, it's true. Status sosial adalah salah satu issue menyakitkan dalam sebuah hubungan. Belum mimpi buruk-mimpi buruk Day yang selalu menghantui dan melemahkan hatinya. Day berada di bawah titik terendah hidupnya. Wajar bila ia menjadi lemah. Terakhir kali aku cek, Day masih manusia sih. Aku ga tau kenapa orang-orang berharap dia bisa jadi Superman. 

Perbedaan mereka terlalu mencolok. Tidak heran Kaede bilang kalo pasangan yang ideal untuk Day adalah Tess. Karena latar belakang mereka sama. Mereka adalah anak terbuang di jalanan. Tess pun memiliki kemampuan untuk membuat Day merasa nyaman. Tess melengkapi Day dengan baik. 


Anden juga merupakan pasangan yang ideal untuk June. Anden berasal dari universitas yang sama dengan June, mereka memiliki tingkat intelektual yang sama, June bahkan bisa berbicara dengan Anden sesuka hati tanpa perlu berhati-hati agar tidak menyinggung status sosial. Tapi yang kusuka dari kisah cinta yang digarap oleh Marie Lu adalah, pilihanmu mengubah segalanya. Secocok apapun mereka bersama dengan yang lain, pada akhirnya pilihan mereka lah yang menentukan hati mereka milik siapa. Sejak awal, Day memilih June. June juga memilih Day. Pilihan itulah yang membuat cinta mereka benar-benar nyata. 

Buku ini masih menggunakan dua sudut pandang, sudut pandang Day dan June bergantian. Sama seperti buku pertama. Kalau yang di buku sebelumnya, dua sudut pandang ini menjelaskan kebenaran di mata June dan di mata Day, keduanya menjadi satu rangkuman cerita yang mengagumkan. Karena itulah Legend begitu digemari dan dibilang paling bagus. Karena disana masih terdapat ketegangan di balik sudut pandang Day dan June melihat tipu muslihat yang dilakukan Republik. So epic! Di prodigy sudut pandang ini beralih sebagai hasil analisis Day dan June tentang apa yang terjadi di Republik. Day mewakili pengamatan yang menyeluruh mengenai orang-orang di sekelilingnya, ia melihat dari sudut pandang orang jalanan. Sementara June menganalisa dengan tepat apa saja yang terjadi. Setiap detail yang terjadi sewaktu ketegangan, istilah-istilah militer yang tidak mungkin dimengerti oleh Day, ganti dijelaskan June dengan baik. Keduanya bergantian menganalisa dan memberikan gambaran yang akurat, tepat, menegangkan juga seru. Menambah kekagumanku sama Marie Lu, kok bisa ya dia punya ide untuk menggunakan dua sudut pandang yang berbeda tapi bisa menjadi kesatuan yang solid bila digabungkan. So cool!

Pada akhirnya, apakah Tess memang serasi untuk Day? Apakah Day seharusnya memilih Tess dibandingkan June? Day tahu jawabannya dengan pasti (seperti aku juga tau jawabannya dengan pasti). Sedangkan di hati June selalu ada Day. Semua kesempurnaan Anden tidak bisa mengubah kenyataan itu. Sungguh kisah mereka berdua itu memporak-porandakan perasaanku ketika membaca Prodigy. Aku benar-benar tenggelam di dalamnya. Aku ikut frustasi, sedih dan hancur berkeping-keping membaca setiap isi hati Day maupun June. Mereka masing-masing memiliki aura-nya sendiri, mereka bersinar terang dan kalau mereka bersama-sama sinar mereka begitu menyilaukan dan membutakan. Mereka saling melengkapi lebih dari yang orang lain pikirkan. 



Sekali lagi Marie Lu membuat ku tergila-gila dengan buku-nya dan di saat yang bersamaan membenci setiap kepedihan yang ada di dalam buku ini. Ending dari Prodigy sangat mencengangkan hingga membuatku terdiam beberapa saat, ga mampu berkata-kata. Setelah melihat semua konflik dan perkembangan yang luar biasa, aku harus dihempas lagi oleh kenyataan baru di ending-nya. Rasanya seperti naik roller coster baca buku ini, naik dan turun dengan kecepatan luar biasa. Kadang rasanya pengen segera balik halamannya, di lain waktu pengen banting bukunya, bikin frustasi! Aku hampir-hampir ga sanggup buka lembaran pertama buku lanjutannya, Champion. Masi terlalu kaget dengan ending Prodigy! >.<


Last but not least, aku pengen komentar tentang cover-nya. Cover buku kedua masih tidak memuaskan sama sekali. Tetep bikin aku sebel liatnya, sama kaya yang Legend. Padahal buku asli nya punya sampul yang LUAR BIASA keren. Aku selalu suka novel yang covernya hitam. Entah kenapa itu keliatan elegant di mataku. Prodigy gabungan hitam dan biru, biru-nya cocok pula sama background hitam-nya. Cantik pake banget. Rasanya cocok menggambarkan perasaan yang kurasakan sama ending buku ini. Another bittersweet. Kali ini levelnya lebih parah. Lebih nyesek di hati. 

Well, ga tau harus berharap apa dengan ending Legend. Semuanya selalu tidak terduga dan mengaduk-ngaduk emosi. Aku takut berharap terlalu besar, karena di banding semua dystopia, Legend (terlepas dari pendapat rfeviewer lagi yang ga suka dengan Trilogy ini) sangat masuk akal. Semua yang diceriatakan terasa mengalir, ga dibuat-buat, ga berlebihan, semuanya dibuat dengan porsi yang pas. Aku ga punya argumen lain untuk menyanggah atau mengubah ceritanya. Semuanya sudah terasa sangat cocok tanpa perlu diganti, sepedih apapun efeknya di hati. Fiuhh, satu buku lagi dan semua ini akan selesai. Yup, I'm ready for Champion


Here's The Link for Prequel and Sequel:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...