Senin, 24 Agustus 2015

Book Review: Fangirl by Rainbow Rowell

Author: Rainbow Rowell
Original language: English
Genre: Young-adult fiction
Rating : 4/5








Sinopsis dari Cover Belakang:

Cath dan Wren—saudari kembarnya—adalah penggemar Simon Snow. Oke, seluruh dunia adalah penggemar Simon Snow, novel berseri tentang dunia penyihir itu. Namun, Cath bukan sekadar fan. Simon Snow adalah hidupnya!

Cath bahkan menulis fanfiksi tentang Simon Snow menggunakan nama pena Magicath di Internet, dan ia terkenal! Semua orang menanti-nantikan fanfiksi Cath.

Semuanya terasa indah bagi Cath, sampai ia menginjakkan kaki ke universitas. Tiba-tiba saja, Wren tidak mau tahu lagi tentang Simon Snow, bahkan tak ingin menjadi teman sekamarnya! Dicampakkan Wren, dunia Cath jadi jungkir balik. Sendirian, ia harus menghadapi teman sekamar eksentrik yang selalu membawa pacarnya ke kamar, teman sekelas yang mengusik hatinya, juga profesor Penulisan Fiksi yang menganggap fanfiksi adalah tanda akhir zaman.

Seolah dunianya belum cukup terguncang, Cath juga masih harus mengkhawatirkan kondisi psikis ayahnya yang labil. Sekarang, pertanyaan buat Cath adalah: mampukah ia menghadapi semua ini?

MY REVIEW:

Cath adalah remaja kutubuku yang memiliki saudara kembar identik bernama Wren. Mereka berdua sama-sama menyukai Simon Snow, novel berseri tentang dunia sihir. Bahkan Cath dan Wren rajin menulis fan fiksi versi mereka sendiri mengenai Simon Snow dengan nama pena Magicath dan Wrenegade di website Fanfixx.net, salah satu website fan fiksi paling digandrungi dan paling besar di negara mereka. Cath pikir tidak akan ada yang berubah ketika dia dan Wren akhirnya akan masuk ke universitas. Cath berencana terus menulis fan fiksi mengani Simon Snow bersama dengan Wren dan berbagi kamar di asrama saat kuliah. Namun Cath harus kecewa setengah mati ketika mengetahui bahwa Wren berubah.

Wren mulai meninggalkan Simon Snow. Wren tidak mau lagi menuliskan cerita Simon Snow yang mereka garap bersama, Carry On Simon. Ia ingin punya teman sekamar lain di asrama, bukan Cath. Bahkan Wren mengubah gaya rambut identik mereka menjadi potongan bob pendek. Wren ingin memasuki dunia baru di universitas dan bersenang-senang dengan kehidupan baru-nya. Tanpa dibayang-bayangi oleh kehadiran Cath kemanapun ia pergi. Wren juga rajin ikut pesta dan perkumpulan-perkumpulan baru di jurusannya. Cath kesepian, ia merasa perubahan Wren mengkhianati persaudaraan mereka. Ia membenci keadaan yang mengharuskannya berbagi kamar dengan Reagan, senior nya di Universitas yang selalu membawa pacarnya ke kamar mereka, karena Wren menolak menjadi teman sekamarnya.


Levi, pacar Reagan, sangat baik pada Cath. Ia selalu tersenyum dan berusaha untuk mengenal dan dekat dengan Cath. Tapi Cath bukan orang yang suka bergaul dengan orang lain. Butuh waktu lama bagi Cath untuk bisa membuka diri dengan orang lain. Bahkan dengan teman sekamarnya sendiri. Ia lebih nyaman dan bahagia ketika dia menulis fan fiksi mengenai Simon Snow dan menyapa para penggemarnya di website. Cath memang sangat terkenal di dunia fan fiksi, kisah-nya mendapat ribuan hit dan dia hampir disamakan dengan pengarang asli Simon Snow sendiri, yaitu Gemma Leslie T.

Hidup Cath berubah sedikit demi sedikit ketika ia mulai membuka diri dengan Reagan dan cowok yang dikira Cath pacarnya, Levi. Tapi saat ia merasa punya teman dan mulai membiasakan diri dengan dunia perkuliahan, masalah menghadang. Profesor Piper, guru dari kelas Penulisan Fiksi yang diambil Cath, memberinya nilai F atas tugas penulisan fiksi yang dikumpulkan Cath. Biasanya Cath adalah anak kesayangan profesor Piper, tapi profesor Piper tidak menyukai fan fiksi yang dilakukan Cath. Menurut Profesor Piper menulis fan fiksi itu salah satu bentuk plagiarisme. Belum lagi teman sekelasnya, yang ia anggap cute dan membuat Cath sedikit naksir, Nick, ternyata hanya memanfaatkannya untuk tugas akhir yang akan ia kumpulkan ke profesor Piper. Di saat Cath kecewa datang Levi yang selalu menghibur dan menemaninya, untuk sesaat Cath teralihkan oleh kebaikan Levi, tapi Levi juga mengecewakannya. Tidak hanya mengecewakannya, Levi mematahkan hati Cath. 

Di saat hatinya porak poranda Cath menerima kabar mengejutkan mengenai ayahnya. Ayah Cath menderita penyakit mental, bipolar disorder. Semuanya makin kacau saat ayahnya akhirnya jatuh sakit. Tidak ada yang lebih peduli selain Cath. Wren asik berpesta dan mengurus urusannya sendiri. Ia tidak merasa terlalu bertanggung jawab akan keadaan ayah mereka dan sudah cukup lama tidak berkomunikasi dengan Cath. Mereka bertengkar. Wren pun banyak merahasiakan sesuatu dari Cath. Termasuk mengenai ibu mereka yang ingin bertemu. Cath membenci ibunya. Dan ia benci karena Wren mulai membuka hati kepada ibu mereka tanpa bicara dulu dengannya.

Permasalahan yang berubi-tubi dan dunia perkuliahan yang asing dan menakutkan untuk seorang Cath yang introvert, membuat Cath kembali mempertanyakan keputusannya untuk kuliah dan jauh dari ayahnya. Haruskah ia terus melanjutkan kehidupan di kampus, ataukah ia menyerah dan kembali tenggelam dalam dunia nya sendiri?


Well, aku ga bisa mengungkapkan banyak tentang buku yang simple tapi menarik ini. Aku membeli buku ini karena penasaran. Banyak sekali para reviewer buku yang me-review buku ini dan memajang buku-nya di instagram dan media sosial lainnya. Aku menangkap kesan bahwa Fangirl adalah salah satu buku wajib yang harus dibaca oleh para penggemar buku. Merasa tertantang, aku pun beli juga. Jujur, awalnya aku sangat pesimis dengan cerita buku ini. Sinopsis nya tidak terlalu membuatku tertarik. Aku beli murni karena mengikuti trend, demi kekinian. Tapi buku ini tidak disangka menjadi salah satu buku yang kusukai.

Cath bukanlah tokoh utama yang menyenangkan dan mudah disukai. Berkali-kali aku dibuat menghela nafas membaca tingkahnya dan ketertutupannya yang kebangetan itu. Dia luar biasa tertutup dan benci hal baru. Bahkan dia rela makan snack berprotein (semacam SoyJoy) berhar-hari karena dia tidak mau repot-repot bertanya dimana letak ruang makannya kepada orang lain. Dia bahkan tidak mau mencari sendiri karena enggan bertemu orang lain. What the hell Cath! Itu kan parah namanya. Untung ada Reagan yang menyelamtakan Cath dari kelaparan. Belum lagi tingkah Cath menghadapi kebaikan dan keramahan Levi. Kalau aku yang jadi Levi, sudah sejak awal aku cuekin orang seperti Cath. Capek dan bener-bener bikin makan hati mendekati orang seperti Cath.


Walau demikian aku ga bisa membenci Cath. Banyak hal dari Cath yang mengingatkanku sama diriku sendiri. Cath yang idealis. Cath yang terobsesi dengan Simon Snow-nya. Cath yang suka menulis fan fiksi dan mengutak-ngatik cerita di dalam novel kesukaannya. Cath yang membenci perubahan. Cath yang berprinsip keras akan apa yang ia percayai dan sukai. Cath yang selalu merasa bertanggung jawab kepada keluarganya. Cath yang tidak mudah berteman tapi sekalinya punya teman akan menjaga dan menghargai hubungannya dengan temannya itu. Cath yang kalau marah lebih banyak diam dan menghindari orang yang buat dia marah. Cath yang kalau sudah jatuh cinta bisa benar-benar tulus dan tidak mudah melupakan. Cath yang tidak mudah memberi janji tanpa berpikir masak-masak terlebih dahulu, selalu menunggu kepastian. Cath yang selalu bergantung kepada orang lain di saat dia percaya ke orang itu. Goddamn Cath, you really reminded me about myself

Banyak reviewer yang merasa Cath mirip dengan kepribadian mereka. Mungkin karena kami semua para reviewer buku memang terdiri dari orang-orang kutubuku yang tertutup dan cinta kesendirian hahahaha. Aku juga punya obsesi tersendiri dengan salah satu novel sihir terkenal. Simon Snow dan Gemma T Leslie sangat mengingatkanku pada Harry Potter dan J.K. Rowling, serial nover pertama yang membuatku tergila-gila dan menulis fan fiksi. Ya, aku pernah menulis fan fiksi tentang Harry Potter saat aku SMP! Memang tidak segila Cath, yang saking lemahnya dalam masalah hubungan sampai membuat cerita cinta gay, aku masi normal dengan menambahkan diriku sendiri dalam cerita buatanku untuk menjadi pacar Harry. LOL! Okay, forget it.. It's not even better.  I know..

Selain itu gaya menulis Rainbow Rowell ternyata bagus sekali! Aku langsung jatuh hati dan ga bisa lepas dari Fangirl. Ceritanya memang biasa. Bukan spektakuler dan mendebarkan seperti novel ber-genre dystopia, tapi tulisan Rowell menyihir mataku. Aku selalu ingin lebih lebih lebih dan lebih. Aku ketagihan baca tulisan-tulisannya. Mudah dipahami, lincah, segar dan indah. Ga buat aku merasa bosan walaupun ceritanya datar-datar aja. Aku seperti masuk ke dalam dunia Cath dan ikut mengalami suka duka hidupnya. 



Poin plus berikutnya adalah karakter Levi. Pria kurus yang murah senyum, selalu ramah pada Cath dan bekerja di Starbucks.


“No, I know,” Levi said. “But it’s not you. You don’t push through every moment. You pay attention. You take everything in. I like that about you—I like that better.”

Cath closed her eyes and felt tears catch on her cheeks.

“I like your glasses,” he said. “I like your Simon Snow T-shirts. I like that you don’t smile at everyone, because then, when you smile at me.… Cather.” He kissed her mouth. “Look at me.”

She did.

“I choose you over everyone.” 
― Rainbow Rowell, Fangirl

Siapa yang tidak menyukai Levi? Pria kurus ini membuat ku jatuh hati karena kebaikan, kesabaran, keramahan, dan ketulusannya kepada Cath. Cath bukan orang yang mudah dipahami. Tapi Levi menerima Cath apa adanya. Levi memudahkan Cath bergaul dengan dirinya. Levi mementingkan kenyamanan Cath dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Cath. Dia bukan pacar yang sempurna tapi Levi sempurna untuk Cath. Caranya memahami Cath, bersabar dengan pemikiran Cath yang rumit, dan memperhatikan Cath bener-bener bikin aku leleh. Bahkan pernyataan cinta Levi untuk Cath sungguh buat aku berpikir: Adakah di luar sana pria-pria yang seperti Levi? Karena para kutubuku dan manusia-mansuia tertutup ini membutuhkan banyak Levi lainnya. 


Novel ini mengajariku untuk selalu berani keluar dari zona nyaman. Memang awalnya terlihat susah dan menakutkan. Buat aku yang juga tertutup, aku ga suka dengan perubahan mendadak. Aku ga suka dengan hingar-bingar. Aku ga suka menjadi pusat perhatian. Aku ga suka penolakan akan sesuatu yang kupercayai. Aku benar-benar bisa mengerti ketakutan dan cara Cath menolak semua perubahan itu dari dirinya. Menghindari hal-hal yang asing menurutnya. Namun dibutuhkan semua masalah itu untuk merubah ulat menjadi kupu-kupu. Harus ada yang memaksa orang-orang seperti Cath (dan aku) untuk membuka dirinya. Untuk bilang "Oke, aku siap" kepada dunia. Novel ini benar-benar memiliki pesan moral yang sangat bagus. Aku rasa setiap orang mengalami masa-masa seperti Cath. Menghadapi ketakutan terbesar kita dan berusaha menghadapinya. So enjoy this meaningful book


1 komentar:

  1. Hi debra stefani.saya telah membaca novel ini dari perpustakaan sekolah. saya tidak hanya tertarik tapi jatuh cinta pada cath,levi,wren,reagan dan semua tentang fangirl.
    ini yang mengantarkan saya pada blog anda. saya rasa ini bagus dan saya setuju.
    apa kamu tau apakah akan ada kelanjutan dari cath dan levi? jika ya saya harap kamu membaginya,ini akan sangat bermanfaat.


    Ran-

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...