Selasa, 18 Agustus 2015

Book Review: Champion by Marie Lu

Author Marie Lu
Country United States
Language Indonesia
Series Legend (series)
Genre Dystopian, young adult
Preceded by Prodigy
Rating : 5/5











Sinopsis dari Cover Belakang:

Perang kembali pecah. Pihak Republik dan Koloni saling mencurigai satu sama lain sebagai dalang di balik penyebaran virus baru yang mematikan. Kali ini, Koloni berada di atas angin karena bersekutu dengan Afrika. Untuk bertahan, Republik harus menemukan vaksin dari virus tersebut, dan jawabannya ada dalam diri Eden, adik Day. Atas perintah Elector, June harus membujuk Day untuk menyerahkan satu-satunya keluarga yang dimiliki pemuda itu.
Setelah semua penderitaan dan kehilangan yang mereka alami karena Republik, sanggupkah Day dan June memberikan pengorbanan yang lebih besar lagi untuk negara ini? Dan masih adakah secercah harapan bagi keduanya untuk menjalani hidup bahagia bersama?
Jangan lewatkan akhir yang mengejutkan dan mengharukan dari trilogi bestseller karya Marie Lu ini!


MY REVIEW:

Rakyat akhirnya percaya kepada Anden berkat bantuan Day. Setelah melewati berbagai kejadian di Koloni dan berhasil kembali ke Republik, Day akhirnya memberikan pernyataan langsung untuk mendukung Anden sebagai elektor baru Republik yang berbeda dengan elektor sebelumnya. Dengan demikian, Day mendapatkan Eden kembali dalam kehidupannya. 

Setelah 8 bulan lamanya Day dan June tidak bertemu satu sama lain, Day yang sedang fokus dengan pengobatan Eden diundang untuk menghadiri perayaan ulang tahun Anden. Day yang terbiasa melewatkan rapat, pertemuan, dan apapun yang berhubungan dengan tugas kenegaraan berniat untuk menolak hadir seperti biasanya (apalagi cuma acara makan malam ulang tahun Anden), namun kali ini Day tidak mampu untuk menghindar karena June sendiri yang mengundangnya (sekaligus memohon) untuk hadir. Undangan Anden kepada Day tentu saja bukan sekedar mengajak makan malam tapi ada sesuatu yang ia inginkan dari Day. Permintaan lainnya, yang membuat pengorbanan Day tidak ada habisnya demi Republik. 

Republik dalam masa perang. Perang sungguhan. Ada virus yang menyebar di medan perang Koloni yang diduga berasal dari senjata biologis Republik sehingga menyebabkan wabah di Koloni. Koloni merasa Republik menyatakan perang dengan menularkan virus, karena itu Koloni menolak perjanjian perdamaian dengan Republik dan menyatakan perang kepada Republik. Koloni meminta bantuan dari Afrika (negara adidaya kedua setelah Antartika) untuk berperang dengan Republik. Republik yang tahu bahwa tidak ada kesempatan menang melawan Koloni yang dibantu angkatan militer dari Afrika, segera mencari bantuan dari negara adidaya terbesar di dunia, Antartika. Namun semua itu sia-sia bila Republik tidak menyediakan serum untuk menghentikan wabah. 

Sumber dari virus yang mewabah di Koloni adalah virus yang sama dengan yang ada di tubuh Eden. Diduga virus itu merupakan hasil uji coba ayah Anden di masa pemerintahannya yang lalu. Satu-satunya cara untuk menemukan serum dari virus tersebut adalah dengan kembali meminjam tubuh Eden untuk dicari anti-virus yang terlanjur menyebar. Day TENTU SAJA keberatan bila Eden harus diikutsertakan dengan percobaan lain mengingat Eden merupakan satu-satunya anggota keluarganya yang tersisa. Setelah semua yang Republik lakukan kepada dirinya dan keluarganya, Republik masih saja meminta pengorbanan dari Day. 

Belum berhenti sampai disana, Day harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa perang berlangsung sengit di Republik. Koloni berhasil merebut ibu kota Republik sehingga mereka semua terpaksa mengungsi ke L.A untuk berlindung. Bila ini terus dibiarkan maka tidak akan ada satupun dari mereka yang bisa bertahan. Di saat genting tersebut Koloni menawarkan perjanjian dengan Day dengan memanfaatkan June.

“You drive me insane June. You're the scariest, most clever, bravest person I know, and sometimes I can't catch my breath because I'm trying so hard to keep up. There will never be another like you. You realize that, don't you? Billions of people will come and go in this world, but there will never be another like you.”

June. Wanita yang sangat dicintai Day, yang Day tidak akan pernah sanggup untuk kehilangannya, yang selalu menjadi alasan hatinya berdetak kencang dan salah tingkah tanpa alasan. Day tidak sanggup kehilangan June, karena itulah tawaran Koloni begitu menggiurkan untuk diterima. Tapi June juga penyebab hatinya berdenyut menyakitkan setiap kali ia mengingat keluarganya. June jugalah penyebab mimpi buruknya setiap malam. Penyebab rasa pahit yang ia kecap setiap bayangan orangtuanya terlintas di kepalanya. June adalah sumber kesakitannya saat ia kembali ke rumah lamanya dan menangis tersedu-sedu mengingat apa yang terjadi di sana terakhir kali ia pulang ke rumah. June adalah alasan dia bahagia dan sedih di saat yang bersamaan.

Perang dan cinta yang tertuang bersamaan dalam buku ketiga dari Trilogi Legend ini merupakan puncak dari semua intrik, konspirasi dan tragedi dari kisah ini. Seperti apakah nasib Republik setelah menghadapi Koloni, apakah serum dari virus tersebut bisa didapatkan, dan apakah Day dan June akhirnya dapat bersatu semuanya terjawab dengan indah di akhir buku.


Well, tidak seperti review yang sebelum-sebelumnya, aku tidak akan mengatakan banyak tentang buku ini. Champion adalah penutup sempurna untuk Trilogy Legend. Hanya itu yang bisa aku tuliskan. Saking sempurna-nya, aku masih bisa merasakan kehampaan yang menggigit setelah menyelesaikan buku ini. Seperti ada yang ikut hilang di dalam hati seusai menutup bukunya. Trilogy ini merasuk ke dalam hati dan pikiranku lebih dari Dystopia mananpun yang pernah aku baca (dan tonton). Kisahnya sempurna dan dituliskan dengan sangat baik pula. Jelas ini membuat Marie Lu menjadi J.K. Rowling kedua di hatiku. 

Marie Lu masih belum kehilangan sentuhan ajaib-nya. Malah semakin luar biasa di buku ketiga ini. Plot twist dan mengejutkannya selalu ada. Kenyataan bahwa Champion merupakan buku terakhir dan banyak rahasia telah terungkap lewat Prodigy, sama sekali tidak menyurutkan ketegangan dan kejadian tidak terduga di buku ini. Banyak hal yang menjadi kejutan dan menohok di buku ini.

Contohnya pernyataan Thomas yang begitu membekas di hatiku: 
"I took an oath June. I am still bound by that oath. I will die with honor for sacrificing everything I have-everything-for my country.. And yet, Day is a legend, while I am to be executed." His voice finally breaks with all his anger and inner torment, the injustice he feels. "It makes no sense."I stand up. Behind me, guards move toward the cell door. "You're wrong," I say sadly. "It makes perfect sense.""Why?""Because Day chose to walk in the light." I turn my back on him for the last time. The door opens; the cell's bars make way for the hall, a new rotation of prison guards, freedom. "And so did Metias.” 
Waktu aku baca bagian ini aku sempet berhenti sebentar dan merenungi semua yang dikatakan Thomas. Buatku  masuk akal sekali dia mempertanyakan semua itu. Aku sempat merasa bahwa Thomas separo benar tapi kemudian aku menyadari bahwa jawaban June benar. Manusia punya kehendak bebas, kita diberi hak isitmewa untuk memilih. Kita punya kebebasan memilih, meskipun kita ada dalam pemerintahan siapapun dan otoritas manapun. Bahkan Tuhan juga sangat menghargai kehendak bebas kita, itulah kenapa kita diberi kehendak bebas, untuk menginginkan sesuatu dan memutuskan sesuatu, bukan hanya untuk menuruti apapun yang diperintahkan ke kita. Pada akhirnya semua tergantung pilihan kita. Thomas dan Day punya pilihan mereka sendiri, itulah yang membuat mereka jauh berbeda. Pilihan mereka.

Kisah cinta Day dan June merupakan favoritku di buku ini. Dari semua buku, kisah cinta di buku ini yang paling menyakitkan sekaligus paling menyentuh. Aku suka bagaimana Day mengungkapkan perasannya untuk June dan juga sebaliknya. Mereka bukan pasangan yang mengumbar keromantisan dan rasa cinta seperti Edward dan Bella di Twilight, walaupun aku bisa jamin rasa cinta mereka berdua sama besarnya seperti pasangan Twilight. Aku suka bagaimana Marie Lu membungkus kisah cinta Day dan June menjadi sebuah kisah yang hanya bisa menjadi milik mereka berdua. Orisinalitas yang briliant untuk sebuah kisah cinta. Ga pernah aku bisa merasa "selesai" dengan Day dan June, mereka sudah memberikan rasa cinta yang lain dalam seleraku. Mereke berdua memang sangat serasi dari awal, mungkin inilah cinta yang sesungguhnya. Cinta yang tetap terjaga walaupun tanpa kata -kata puitis, tindakan heroik, dan pengorbanan dramatis. Cinta yang nyata. Bukan yang selalu ada dalam kebanyakan novel. Cinta yang bertahan melewati rintangan seperti apapun, bahkan waktu. Semakin lama, cinta itu bukannya pudar tapi malah timbul seperti emas. Lebih murni dari yang sebelumnya. 



Aku suka banget pengorbanan yang dilakukan June dalam buku ini. Itu bukti cinta yang dewasa. Bener-bener sebuah gambaran cinta yang dalam, lebih dari kisah cinta romantis manapun yang pernah aku temukan di novel fiksi terjemahan. Jenis cinta yang akir-akir ini menjadi definisi paling akurat di kamusku. 


“I can feel his presence here in every stone he has touched, every person he has lifted up, every street and alley and city that he has changed in the few years of his life, because he is the Republic, he is our light, and I love you, I love you, until the day we meet again I will hold you in my heart and protect you there, grieving what we never had, cherishing what we did. I wish you were here.

I love you, always.” 

Terlepas dari perang dan kisah cinta di buku ini, sebenarnya aku sangat tertarik dengan Antartika. Negara adidaya yang digambarkan dalam kisah Legend ini super awesome! Modern dan canggih. Jujur, aku pengen sekali merasakan tinggal di sana dan mendapatkan semua fasilitas yang ada di negara itu. Bahkan aku merasa sistem poin yang mereka usung sangat menarik. 

Akir kata, bintang lima untuk buku yang luar biasa memukau ini. Terima kasih Marie Lu karena sudah membuat dunia fiksi makin berwarna dan menyenangkan untuk disimak berkat karya tanganmu. Ga sabar rasanya mendengar kabar film-nya akan dibuat dan dirilis secara resmi. Aku ga akan menyerah untuk menggu film-nya dibuat dan tayang di bioskop!


Here's The Link for The Prequel:
Review Legend
Review Prodigy

2 komentar:

  1. heii, bener banget, aku juga cinta banget sama kisah june dan day, marie lu emang hebat. seperti tulisan kamu, buku ketiganya sempurna banget, dan selama aku baca buku 1 sampai 3 aku selalu terbayang-bayang karna ceritanyaa bener2 merasuk kedalam hati. selama 16 tahun aku hidup trilogy ini adalah yang terbaik setelah HARRY POTTER.

    BalasHapus
  2. Download novel champion versi pdf sila kunjungi link berikut :
    https://myebooknovel.blogspot.com/2020/07/champion-marie-lu.html

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...