Rabu, 25 Januari 2017

Movie Review : Cek Toko Sebelah


SINOPSIS:

Adalah sebuah keluarga Tionghoa, keluarga koh A Fuk (Chew Kin Wah) —yang mempunyai dua orang anak laki-laki yaitu Yohan (Dion Wiyoko) dan Erwin (Ernest Prakasa). Dua anaknya memiliki kepribadian yang sangat bertolak belakang, bukan hanya kepribadiannya —kehidupan pribadi mereka pun berbeda drastis. Erwin si anak bungsu yang karirnya sukses dan gilang gemilang. Sementara Yohan si koko yang kehidupannya berantakan semenjak terlibat narkoba dan pernah masuk penjara 3 bulan setelah kematian ibu mereka, —ia bekerja sebagai fotografer yang belum terkenal. Perbedaan ini membuat sang ayah, ingin mewariskan toko kelontong hasil kerja keras nya dengan mendiang sang istri, kepada si anak bungsu yang sukses —Erwin.

Tentu saja ini memicu konflik saudara antara Erwin dan Yohan. Yohan si sulung merasa tidak dihargai dan dilangkahi karena koh A Fuk lebih mempercayai Erwin si bungsu ketimbang dirinya. Yohan merasa itu tidak adil karena Erwin bisa sukses dengan mengorbankan banyak waktu di kantor ketimbang bersama dengan keluarga. Tapi koh A Fuk justru merasa kesuksesan Erwin dalam pekerjaan membuktikan kemampuan Erwin meneruskan toko. Ko A Fuk menilai Yohan tidak mampu mengurus dirinya sendiri semenjak kasus narkoba, ditambah koh A Fuk tidak menyukai istri pilihan Yohan yaitu Ayu (Adinia Wirasti). Di satu sisi, Erwin sendiri sedang berperang dengan dirinya sendiri perihal keputusan koh A Fuk mewariskan toko kepadanya.

Hal itu dianggap Erwin sebagai beban karena sebenarnya ia lebih menyukai pekerjaan dan karir yang ia capai dengan susah payah. Tapi ia juga tidak ingin mengecewakan ayahnya. Hal ini semakin rumit karena pacarnya, Natalie (Gisella Anastasia) juga menentang keinginan Ko A Fuk mewariskan toko kepada Erwin. 

Jadi akhirnya, siapakah yang akan ko A Fuk pilih untuk meneruskan toko-nya? Apakah Erwin si bungsu —yang karir nya sukses dan menjajikan ataukah Yohan si sulung —yang walaupun kelihatannya tidak mampu diandalkan namun sangat peduli dan menomorsatukan keluarga?

Source: Twitter

MY REVIEW:

Setelah terlambat hampir satu bulan, aku akhirnya bisa nonton Cek Toko Sebelah di bioskop. Sudah banyak teman-teman yang merekomendasikan film ini untuk ku tonton. Jujur, sebenernya aku sangat ga tertarik pada awalnya. Gila aja, Desember lalu banyak film keren lain yang harus di tonton, kenapa aku harus nonton film Indonesia? Well, ini merupakan judging yang kejam untuk karya anak bangsa sendiri —aku mohon maaf sebesar-besarnya sama Kak Ernest selaku sutradara, penulis naskah dan aktor film Cek Toko Sebelah. Sebagai karma atas penghakiman yang berat sebelah ini, aku dibuat penasaran habis-habis di awal bulan Januari sama film Cek Toko Sebelah —terutama setelah denger soundtrack-nya yang super sweet itu.

Seakan hukuman-nya belum selesai, sekarang aku harus dibuat malu habis-habis an dengan efek yang ditimbulkan Cek Toko Sebelah —aku jadi sukaaa bangettt sama film ini hahahaha. 


Kenapa aku bisa suka —padahal awalnya ngeremehin banget? Karena film ini punya komposisi yang seimbang banget! Dari komedi, terus masuk ke drama, terus balik lagi ke komedi dan ditutup dengan ending yang manis dan mengharukan. (Siapa coba yang ga nangis liat ending-nya? Aku jelas nangis bombay — ga ada yang nanya, abaikan hahaha). Bahkan ke-lucuan-nya pun gak maksa. Lingkungan yang ada dalam film mengingatkan aku sama toko engkong-ku waktu aku masih kecil. Semuanya jadi lebih lucu 2x lipat buatku karena aku mikir: "It's funny because it's true!!" Ditambah dengan pemilihan lakon dan peran yang sangat pas dengan karakter mereka dalam film. Ernest selaku Erwin yang menjaga ritme film tidak jauh dari komedi dipadu dengan Yohan yang melankolis sehingga memasukkan unsur drama di sela-sela komedi, semuanya bersatu dengan harmonis dalam Cek Toko Sebelah. Ko A Fuk selaku pemeran ayah ternyata bukan saja menjadi pelengkap tapi malah menjadi kunci yang membuat semuanya makin pecah. Beneran, film ini pecahhh banget!

Konflik yang dimasukkan dalam cerita ga berlebihan atau dramatis. Realistis. Secara garis besar aku sangat bisa memahami dan masuk ke dalam cerita film Cek Toko Sebelah. Kehidupan keluarga Tionghoa yang punya toko kelontong, lengkap dengan kebiasaan dan karakteristik-nya. Sederhana namun familiar. Ernest berhasil memasukkan semuanya dengan cantik sehingga tidak perlu menimbulkan isu SARA. Sebenarnya cerita CTS ini sangat simple. Berangkat dari kebiasaan keluarga tionghoa yang selalu memberikan warisan lebih banyak pada anak sulung —sehingga keputusan ko A Fuk memberikan toko pada Erwin memicu konflik antar saudara, hingga penggambaran seorang adik yang mengagumi kakaknya sebagai perwakilan perasaan adik seluruh dunia —membuktikan betapa cermat dan detail-nya Ernest meramu kisah CTS yang sebenarnya biasa ini menjadi luar biasa. It got you like: Ahh I've been there before!


Untuk penokohan dalam CTS, Ernest dengan lihai menggambarkan perbedaan dua karakter yang berbeda mesikpun bersaudara. Termasuk karakter perempuan dalam film ini. Seperti Erwin dan Yohan yang bertolak belakang, Ayu dan Natalie juga sangat bertolak belakang. Susah untuk memutuskan siapa yang lebih kusukai antara Erwin atau Yohan. Akting Ernest pas dengan karakter Erwin yang dia perankan. Belum sebagus Dion Wiyoko sebagai Yohan —yang dapet banget feel-nya, tapi sudah jauh lebih prima dibanding saat dia berlakon di Comic 8. Mungkin karena dia membagi tiga otaknya untuk jadi sutradara, penulis naskah sekaligus aktor utama, akhirnya penampilan akting nya jadi ga maksimal en kurang greget. Justru aku dibuat galau abis dan simpati banget sama aktingnya Dion yang mendalami abis. Muka ganteng-nya plus ekspresi sedih-nya bikin aku berpikir dia si Yohan itu sendiri. Bukan akting. But overall, mereka berdua sama-sama manis. 

Source: Twitter

Tapi kalau disuru memilih antara Ayu dan Natalie, aku akan memilih Ayu. Entah kenapa sejak awal kemunculannya, Ayu langsung menarik perhatianku. Ayu membuatku belajar banyak hal tentang sosok pasangan yang bisa menolong pasangannya. Bukan hanya istri, Ayu adalah gambaran sahabat, ibu, saudara dan wanita dengan mimpi dan integritasnya. Dia tenang namun sangat memikat hati. Aku jatuh cinta dengan caranya menghadapi setiap rintangan kehidupan dan kekurangan suaminya. Latar belakangnya yang tidak disukai oleh mertua-nya —koh A Fuk, juga merupakan kesan mendalam lain yang aku sukai dari Ayu. Adinia Wirasti akting nya cakep banget! Aku suka bagaimana dia menginterpertasikan karakter Ayu dalam film. 


Sementara untuk Natalie, dia dalah gambaran perempuan mandiri yang ambisius. Keegoisannya digambarkan manusiawi dan aku suka bagaimana Natalie akhirnya belajar menekan ego dan menerima Erwin apa adanya. Belajar mendengarkan nasehat orang lain. That's the real relationship! Meskipun belum banyak jam terbang tapi Gisella memerankannya dengan bagus sekali. Nilai tambahan buat CTS, aku suka bagaimana Ernest meramu kedua karakter wanita se-realistis mungkin. Dua karakter wanita ini sama-sama kuat namun kita bisa menyukai mereka meskipun mereka sangat berbeda.


Kalo nulis tentang CTS ga boleh ga ngomongin soundtrack-nya! It's a must! Soundtrack-nya inilah yang bikin aku pengen cepet-cepet lari ke bioskop buat nonton film-nya. Waktu denger judul "I Still Love You" yang dinyanyiin The Overtunes, pikiran pertama yang melintas adalah lagu ini untuk orang yang gagal move on. Aku sempet males banget untuk denger. Tapi takdir berkata lain —alahhhh. Ga sengaja seorang temen muter lagu ini saat aku istirahat leha-leha di tempat yang gelap dan dingin —eh, kok jadi begini penuturannya? Abaikan. Intinya, aku langsung sukaaaaa setelah mendalami liriknya. Terutama suara vocal-nya yang lembut dan romatis gimana gitu, membius sukma —apaan sih ini! :)) Dengan kefasihan berbahasa Inggris yang bagus pula. Liriknya ga bicara tentang orang gagal move on ding! Tapi ini tentang keluarga. Saat tema "keluarga" muncul di kepala, tanpa ragu aku langsung memutuskan HARUS nonton Cek Toko Sebelah. Dan emang CTS bercerita tentang rekonsiliasi keluarga lewat komedi. Tentang hubungan ayah dan anak. Tentang kakak dan adik-nya. Tentang keegoisan versus kedewasaan. Tentang karir versus keluarga —which is so real! Tentang penerimaan dan kompromi. Tentang honesty and trust. Tentang keberanian menghadapi konflik, bukan menghindarinya.

Source: Twitter

That's my humble opinion. Aku masih jauh dari bagus dalam bikin review, ini semua hanya review seorang awam yang jatuh cinta dengan film CTS. Kesimpulannya, CTS adalah garapan film anak bangsa yang layak di apresiasi. Ga sempurna tentu aja, ada bagian-bagian yang aku kurang suka dalam pengembangan ceritanya. Cara Erwin dan Yohan menyelamatkan toko kelontong ayah mereka bisa jadi salah satu contoh. Bahkan ada beberapa peralihan yang bikin mood jadi down. Belum lagi percakapan Natalie dan Erwin yang keminggris. Aku ngerti maksudnya ada dialog begitu, tapi entah kenapa geli aja denger-nya. Dan adegan ending yang hanya klimax antara Yohan dan koh A Fuk, I mean kenapa Erwin hanya jadi patung pajangan aja disana? Dia kan tokoh utama disana, kenapa dia mendadak ga eksis? Sungguh disayangkan! Bahkan kalo boleh jujur penampilan ko A Fuk yang diperankan Chew Kin Wah sedikit lebih menonjol dibanding si Erwin. Yah mungkin karena Ernest harus bagi tiga otak-nya itu tadi ;) 

Source: Twitter

To close my post, for everyone who judges Indonesian Movie like me, please reconsider your decision. Cek Toko Sebelah layak tonton, bahkan putra JokowiKaesang, bersedia menjadi cameo dalam film garapan kak Ernest Prakasa ini. Membuktikan bahwa film Indonesia saat ini sudah jauh berkembang. Last but not least, jangan nonton bajakannya ya! Because we are Indonesian, respect your comrade! Aku pun bela-belain nonton di bioskop dan ga liat di internet walaupun hampir terlambat. Rating-nya 4 dari 5. Happy Watching —mumpung di bioskop masih ada untuk hari ini! ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...