Senin, 02 Oktober 2017

Review Buku : Percy Jackson And The Olympians "The Last Olympian"

Pengarang: Rick Riordan
Tahun Terbit: 2009
Penerbit: Mizan fantasi
Genre: Fantasy, Fiction, Adventure
Negara: USA
Pages: 452 Halaman

Rating : 5/5

Another Review:
Percy Jackson And The Olympians "The Lightning Thief"
Percy Jackson And The Olympians "The Sea of Monster"
Percy Jackson And The Olympians "The Titan Curse"
Percy Jackson And The Olympians "The Battle of The Labyrinth"

Sinopsis dari Cover Belakang:

Akhirnya, ramalan besar itu pun didengar utuh oleh Percy Jackson saat beberapa hari lagi dia benar-benar akan menginjak usia enam belas tahun.

Kekhawatiran memuncak, ketegangan menjadi-jadi.

Kronos dan sekutu para Titan menyusun strategi penyerangan penghabisan dari segala penjuru. Seluruh blasteran di perkemahan pun bersiap untuk pertempuran terdahsyat dalam hidup mereka. Bahkan para dewa pun tak tahu, apakah ini akan jadi akhir dari Olympus, akhir dari Peradaban Barat? Istana Poseidon di ambang kehancuran, raksasa terkuat andalan sang penguasa Titan, Typhon, menyerang kota dan bergeming meski dihadang bertubi-tubi oleh para dewa. Petir Zeus bahkan tak bisa melukainya!

Percy hampir tak punya harapan, kecuali satu jalan keluar yang diusulkan Nico sang putra Hades. Namun, jika keberuntunga tak berpihak padanya, tindakan itu bisa berujung pada kematiannya - dan kemusnahan Bangsa Olympia.

Petualangan Percy, Annabeth, Grover, dan Rachel kali ini akan membuat penggemar seri ini tak berkedip sedikit pun sampai halaman terakhir.



MY PREVIEW:

Akhirnya Ramalan Besar yang konon katanya bikin Annabeth selalu mimpi buruk semenjak kecil diperdengarkan ke Percy. Ramalan yang katanya mengarah ke Percy karena dia anak dari salah satu Tiga Dewa Besar Olympus —Zeus, Poseidon dan Hades. Jadi seluruh cerita Percy Jackson ini diawali dari Ramalan Besar ini —ramalan yang merujuk pada pilihan seorang Pahlawan (demigod) yang akan menentukan keruntuhan Olympus atau bahkan kejayaan-nya. Menurut Chiron dan Annabeth —juga para Dewa, Percy-lah Pahlawan yang dimaksud dalam ramalan tersebut. Pilihan apa yang harus dibuat oleh Sang Pahlawan? Yaitu pilihan untuk bergabung dengan Kronos melawan Dewa-Dewi Olympus atau menyatukan kekuatan dengan para Dewa guna mencegah Kronos mengambil tampuk kekuasaan.

Sebelumnya Thalia dan Nico sempat ikut dalam permainan takdir ini —Thalia karena ia anak Zeus dan Nico karena meskipun lahir di tahun 1930-an ia berhasil hidup hingga kini berkat menetap di Hotel Lotus, ia juga satu-satunya anak demigod dari Hades setelah Bianca meninggal. Kronos mengikutsertakan mereka karena Percy jelas susah untuk dipengaruhi. Kronos membutuhkan pion lain untuk mewujudkan rencananya menggulingkan Olympus. Kronos berhasil mendapatkan Luke sebagai kaki tangannya, jadi kenapa Thalia dan Nico gak sekalian? Tapi Thalia dan Nico sudah mengelurakan diri dari permainan takdir, Thalia mengabdikan diri pada Dewi Artemis sementara Nico masih terlalu muda dan sedari awal dia memang bukan kandidat yang cocok. Benar ia anak Hades, tapi Hades adalah satu-satunya Dewa yang setia pada sumpah-nya untuk tidak memiliki anak demigod demi mencegah perang. Nico adalah anak-nya sebelum ia membuat sumpah. Nico semata-mata masih hidup hingga kini adalah karena Hades sendiri berusaha mati-matian melindungi-nya.

Kenyataan itu menyisakan Percy sebagai satu-satunya demigod yang memenuhi kriteria ramalan —tahun ini ia tepat berumur 16 tahun dan ia anak Poseidon, semua beranggapan inilah saat yang menentukan itu. Perang Akbar yang sudah dipersiapkan oleh para demigod selama bertahun-tahun.




Bangkit-nya Kronos membuat keadaan semakin pelik. Setelah ia menggunakan Luke sebagai bejana sementara untuk kebangkitan-nya yang paripurna, ia berhasil menjebak Percy sehingga menewaskan teman pekemah Percy yang sekaligus pemimpin dari kabin HepastheusCharles Beckendorf. Percy mau tak mau mengikuti rencana Nico untuk memperkuat kesempatan mereka memenangkan perang melawan Kronos, Percy harus mandi di Sungai Styx. Apa gunanya mandi di Sungai Styx sebelum perang? Kalian ingat cerita Achilles juga kutukannya? Kurang lebih setelah mandi di Sungai Styx sekarang Percy sama kaya Achilles gitu deh.

Sayangnya Kronos mengetahui rencana Percy, ia berusaha mencari titik lemah dari rencana Percy. Apabila sebelumnya mereka harus mengutus beberapa demigod untuk menjalankan misi, perang praktis mengubah semua batasan. Kini, semua demigod adalah pelaku misi. Mereka semua meninggalkan Perkemahan dan bergerak menuju Manhattan, melindungi kota Dewa-Dewi dari serangan Kronos. Tidak hanya mereka, bahkan para pemburu Dewi Artemis ikut serta membantu demigod berperang melawan Kronos. Praktis, semua tokoh yang ada dalam buku turut serta dalam perang. Hanya saja Percy diberitahu bahwa salah satu dari mereka adalah mata-mata Luke. 

Siapa kira-kira diantara mereka yang pengkhianat? Lantas, ada satu pertanyaan terakhir yang harus dijawab selain kesibukan mereka menyelamatkan Olympus, siapakah yang dimaksud dengan Dewi Olympia Terakhir?



Sepertinya review kali ini akan lebih panjang dari review-review sebelumnya. Karena, ini buku terakhir dari serial Percy Jackson! And this is definitely THE BEST BOOK from Percy Jackson's series by Rick Riordan! Duh, om Rick rasanya aku pengen banget meluk om kenceng-kenceng karena sudah bikin buku se-asik ini untuk dibaca. Aku janji setelah ini aku akan setia ngikutin semua buku-buku yang om keluarin!

Kalau buku keempatnya bikin aku susah ngelepasin buku karena pengen baca terus dan terus, itu ga ada apa-apanya dibanding buku kelima ini. Beneran deh, aku ga rela melepaskan buku ini barang cuma sebentar. Meskipun tebel dan ceritanya intense dari awal sampe akhir, aku ga bisa berhenti baca. Dari awal kita sudah disuguhi adegan kematian yang bikin nyesek. Ditambah kenyataan bahwa buku ini dibuka dengan adegan Rachel en Percy lagi jalan-jalan di pantai! Terus si Rachel berani-beraninya nyium Percy sebelum Percy berangkat menjalankan misi dengan Beckendorf! 


Astaga, minta di-lombok beneran deh ini si Rachel! Percy pake acara bingung ga jelas gitu nangggepinnya. Bikin aku langsung kegi berat en pengen cepet balik halaman supaya bisa melupakan adegan nyebelin itu.

Sebagai saran, kalau sebelumnya ada yang kaya aku —agak gak merhatiin temen-temen Percy di Perkemahan Blasteran karena mereka cuma muncul sambil lalu, well kayanya belum terlambat untuk baca ulang dan mulai mengingat nama-nama mereka. Karena banyak dari mereka yang terjun ke dalam perang melawan Kronos. Keberadaan mereka ini menjadikan peperangan jadi sangat menarik. Mereka bikin perang terasa kaya Running Man —acara variety show-nya Korea Selatan? Tau kan? Kalau ga tau ya kebangetan, tinggal di dunia bagian mana sih?! Becanda! Intinya, perang jadi ga ngeri-ngeri amat berkat keikutseratan mereka. 


Travis and Connor Stoll

Walaupun lucu-nya juga bakal ga klimaks kalau bukan diceritakan dari sudut pandang Percy, tapi aku mulai ikutan sayang (cieee) sama teman-teman Percy di Perkemahan. Mereka saling bahu-membahu dan bekerjasama untuk melawan pasuka Kronos. Dan meskipun peran mereka juga masih ga terlalu banyak tapi banyak dari mereka yang berperan penting. Seperti Connor dan Travis Stoll dari Kabin Hermes —mereka ini favorit-ku be te we selalu lucu kalo ada mereka hahahaha, Silena Beauregard dari Kabin Aphrodite, Michael Yew dan Will Solace dari Kabin Apollo, Clarisse dari Kabin Ares dll.


Will Solace


Dalam buku ini Percy sering sekali mimpi. Ia banyak mendapat petunjuk dari mimpi-nya itu. Dari buku-buku sebelumnya juga sering nya begitu sih. Mimpi dan penglihatan yang dialami demigod itu semacam cara para Dewa untuk membantu anak-anaknya dalam menjalani misi dan menemukan petunjuk. Tapi buku ini juara deh, mimpi dan penglihatannya banyak banget. Selain mimpi Percy juga banyak mendapat penglihatan atau semacam ditarik dari dunia nyata ke dalam ruang dan waktu yang berbeda tapi di saat yang bersamaan. Bingung? Yah, baca sendiri aja lah supaya bisa lebih memahami maksudku. Meskipun itu artinya Percy juga sering mimpiin Rachel. Jeez, ngapain sih Percy pake acara mimpiin Rachel segala? Ga cuma sekali tapi berkali-kali pula! Padahal mimpi tentang Rachel juga ga penting-penting amat loh! *penting sih, aku aja yang sentimen sama Rachel



Tapi sebagai kompensasi, Percy juga banyak dapat penglihatan tentang Annabeth. Yah tepatnya kilasan balik masa lalu Annabeth waktu Annabeth ketemu Luke dan Thalia pertama kali. Sebagai bonus, Percy juga jadi banyak ngeliat Luke. Hal yang dia sendiri ga suka sebenernya hahaha. DAN! Ada satu penglihatan Percy yang aku SUKA banget! Yaitu penglihatannya waktu dia mandi di Sungai Styx. Dudududuh, penglihatan itu bener-bener menjelaskan segalanya. Perasaan Percy, orang yang paling dia sayangi, apa yang menggerakkan Percy untuk berperang sekuat tenaga, juga alasannya untuk bertahan hidup sampai akhir. Penglihatan itu simple tapi makna-nya dalem banget. Aku ga bisa berhenti tersenyum setelah baca bagian itu :)

Yang membawa ku untuk berkomentar tentang Percy dan Annabeth!! OMG, there's A LOT of things about them I want to discuss! Ini harus dibahas, because there's A TON about them that feels really sweet in this book! Buku ini menggambarkan semua perkembangan positif yang aku harapkan bisa terjadi di antara Percy dan Annabeth. Makasi banget om Rick udah bikin aku menyukai buku ini di luar nalar karena adegan Percy-Annabeth yang bikin melting  :) Aku SUKAK BANGET proses kedua-nya untuk sama-sama menyadari perasaan mereka untuk satu sama lain. Kayanya uda ga penting lagi buat Percy untuk boong sama diri sendiri bahwa Annabeth special buat dia dalam buku ini. Awal reuni mereka ditandai dengan debaran jantung Percy yang menggila waktu ngeliat Annabeth. Padahal Annabeth ga lagi dandan —mereka kan dalam siaga satu perang mana sempat Annabeth dandan? Artinya, keberadaan Annabeth aja uda mampu bikin jantung Percy jumpalitan, Annabeth ga perlu berusaha bikin Percy pengen nyium dia. Annabeth cuma nongol di depan Percy en jantung Percy langsung kolaps —makan tuh fakta Rachel! Dilanjutkan dengan kesadaran dari Percy bahwa Annabeth bertambah cantik dewasa ini —karena sebelumnya di mata Percy Annabeth cuma terlihat imut (aaawwwww).


Entah karena aku yang bias atau emang Percy jadi memperhatikan Annabeth lebih dari yang sudah-sudah? Buku ini bercerita dari sudut pandang Percy, tapi ada kalanya aku bisa tau dengan detail apa yang dilakukan Annabeth maupun apa yang kira-kira Annabeth rasakan. Lebih dibanding tokoh lainnya. Kaya fokus Percy sepanjang buku adalah Annabeth. Terutama saat perang dengan Kronos. Annabeth selalu ada di pandangan Percy —terutama kalau mereka lagi barengan. Keberadaan Annabeth memang sangat penting untuk Percy. Soalnya kalau bukan karena Annabeth, Percy mungkin uda koit di pertengahan buku. Intuisi Annabeth, kecemerlangan-nya sebagai anak Dewi Athena yang pandai mengatur strategi, juga keteguhan hatinya untuk selalu mempercayai teman-temannya, membantu Percy dengan cara tak terduga. Bener kalau Dewa Pan di buku sebelumnya bilang bahwa Annabeth memegang peranan walaupun ga seperti yang ia harapkan. Terutama di detik-detik terakhir pertarungan mereka dengan Kronos. Tanpa Annabeth Percy ga akan bisa memahami arti sepenuhnya dari Ramalan Besar. Dibantu Rachel juga sih, tapi mari abaikan saja bagian itu lalala...





Yang bikin aku lebih happy lagi, meski harus berhadapan dengan sakit hati-nya sendiri —Annabeth harus pergi menyelamatkan Rachel demi Percy, dan fokus Percy kali ini bukan Rachel tapi Annabeth! Lagi-lagi Percy harus dibuat terpesona dengan kehebatan Annabeth mengatasi krisis. Way to go girl! Silahkan gigit jari Rachel, moment itu aku menari-nari bahagia karena Rachel jelas kehilangan satu poin di mata Percy! *terus aja sentimen ke Rachel, Deb!*

Habis dia nyium Percy di awal buku! Aku terlanjur Bencik!!

That's why ketika takdir Rachel akhirnya dinyatakan di perempat akhir buku, aku langsung memaafkan ulah Rachel yang mencium Percy tanpa permisi. Bukan salah Rachel juga kalau dia naksir Percy, tapi karena aku nge-ship Percy dan Annabeth bangettt, adegan itu bikin aku kezel sama Rachel. Sementara di lain sisi, aku harus berterima kasih sama Luke. Berkat Luke-lah, Percy finally get over himself and admit his feeling. Aku ga pernah nyesel sempet nge-crush sama Luke di awal kisah ini. Aku mungkin bisa memahami Annabeth banget dalam cerita ini. Dia bisa melihat Luke lebih dari yang lain karena dia mengenal Luke lebih lama dibanding yang lain. Pada akhirnya, kepercayaan Annabeth ke Luke-lah yang menyelamatkan Luke. OMG, I really love Annabeth!! How can I'm not love this girl? She's smart, brilliant, strong and so adorable!





Menjelang akhir, bukan Rick Riordan namanya kalau ga ngasi plot twist. Sebenernya ada cukup banyak plot twist bertebaran di buku ini. Kayanya om Rick berkomitmen untuk menjawab semua misteri di dalam buku ini dengan cara yang ga biasa. Aku ga berhenti dibuat tercengang, harap-harap cemas, shock, ternganga, terus menelan ludah, cekikian sendiri en bersiul kagum juga reaksi aneh-aneh lainnya saat baca buku ini. It's feels like roller coaster ride experience. Nah, sepertinya istilah itu pas banget untuk menjabarkan perasaan pembaca saat membaca Percy Jackson —sama kaya naik roller coaster. Di akhir cerita kita akan merasa lega, seneng, puas, dan bahagia. Tapi di saat yang sama kita juga pengen naik lagi dan merasakan sekali lagi perasaan berdebar-debar, kaget, terguncang, takut dan rasa lega saat semua akhirnya berakhir.


The Messing God

Lalu, apa aku ga punya sepatah dua kata untuk para dewa dalam seri ini? Aku masih ga menyukai para dewa. Menurutku mereka BUKAN dewa tidak ada entitas kekal yang separah mereka. Bahkan sepertinya di akhir kisah ini, mereka-lah yang belajar sesuatu dari para demigod. Ketika Percy menolak menerima reward yang berhak ia terima —dengan alasan yang super sweet (benci deh ga bisa bahas ini karena takut spoiler), aku merasa para dewa ga hanya belajar sesuatu dari Percy dkk, tapi mereka juga enggan mengakui kalau mereka seringkali melakukan kesalahan. Sekali lagi menguatkan pendapatku kalau mereka bukan Tuhan. Bisa hancur mina dunia ini kalo mereka beneran eksis. Dari buku pertama sampai kelima, mereka ga ada baik-baiknya tuh —kecuali beberapa dewa semacam Hestia, Artemis dan mungkin Athena (mereka pun kadang rese). Tapi Hera dan Zeus? Makasih banyak, siapa aja GA BUTUH dewa kaya mereka dalam kehidupan nyata.

I have a good time reading this series! Jadi aku merekomendasikan buku ini untuk siapa saja yang menggemari cerita ringan yang lucu dan berbau-bau ke-pahlawan-an. Awalnya aku ga tertarik baca seri ini karena banyak temanku yang bilang Percy Jackson itu ceritanya payah. Film-nya gatot di bioskop (Hey! Siapa bilang? Berkat film-nya aku jadi naksir Logan Lerman tauk!) terus cerita Ancient Greek yang diangkat om Rick ga sesuai sejarah. Well, kita ga pernah tahu apa-apa sampai kita baca dan coba sendiri. Kalau aku cuma nelen aja cerita temenku tanpa mencoba baca sendiri, sampai detik ini aku ga akan pernah kenal dengan para demigod kocak ini. I read it myself and turn out that I really LOVE this series. So, try and read it by yourself!

Logan Lerman as Percy Jackson
Sekarang aku uda ga sabar baca lanjutan kisah Percy dan teman-temannya dalam seri lanjutan yang ditulis om Rick, Heroes of  Olympus! Akhir kisah Percy dalam "Percy Jackson And The Olympians" memang sudah selesai tapi bukan berarti masalah Percy sudah selesai. Seperti yang sudah diramalkan oleh Rachel —Rachel? Bikin ramalan? Kok bisa? Yah, you must read this book to know the reason why *giggles*, ada yang namanya Ramalan Tujuh



Dalam ramalan itu disebutkan kalau Ketujuh Demigod harus bersatu untuk mencegah kebangkitan musuh yang lebih kuat dari Kronos. Ugh, siapa kira-kira musuh baru yang bakal lebih merepotkan dari Kronos? What matter is aku masih bisa ketemu percy dan Annabeth di serial Heroes of Olympus. Juga lima demigod lain yang termasuk dalam Ramalan Tujuh! This is feels great, karena jujur aja aku masih ga siap untuk say goodbye ke Percy. 

See you at Heroes of Olympus series! Adios! 

"And it was pretty much the best underwater kiss of all time"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...