Senin, 03 Juli 2017

Book Review : A Monster Calls By Patrick Ness

Pengarang: Patrick Ness
Tahun Terbit: 2012
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Genre: Fantasy, Fiction, Horror
Negara: London, England (United Kingdom)
Pages: 216 Halaman

Rating : 5/5

Sinopsis dari Cover Belakang:

Sang Monster Muncul Persis Lewat Tengah Malam. Seperti Monster-Monster Lain. Tetapi, dia bukanlah monster seperti yang dibayangkan Conor. Conor mengira sang monster seperti dalam mimpi buruknya, yang mendatanginya hampir setiap malam sejak Mum mulai menjalani pengobatan, monster yang datang bersama selimut kegelapan, desau angin, dan jeritan… Monster ini berbeda. Dia kuno, liar. Dan dia menginginkan hal yang paling berbahaya dari Conor. Dia Menginginkan Kebenaran.

Dalam buku karya dua pemenang Carnegie Medal ini, Patrick Ness merangkai kisah menyentuh tentang cinta, kehilangan, dan harapan. Ia menulisnya berdasarkan ide final Siobhan Dowd, penulis yang meninggal akibat kanker. 

Ini memang kisah sedih. Tetapi kisah ini juga bijak, kelam namun lucu dan berani, dengan kalimat-kalimat singkat, dilengkapi gambar-gambar fantastis dan keheningan-keheningan yang menggugah. A MONSTER CALLS merupakan hadiah dari penulis luar biasa dan karya seni yang mengagumkan.


It is not what I want from you, Conor O'Malley, it said. It is what you want from me.
"I don't want anything from you," Conor said.
Not yet, said the monster. But you will.

MY REVIEW:

Connor O'Malley adalah bocah 13 tahun yang setiap malam —tepat pukul 00.17, mendapat tamu mengerikan berupa Monster pohon yew tua besar, yang berasal dari lahan pekuburan dekat rumahnya. Awalnya ia mengira kedatangan monster itu merupakan salah satu dari mimpi buruk nya yang lain —selain mimpi buruk yang selalu menghantuinya semenjak ibu-nya menjalani perawatan akibat kanker. Namun pagi harinya, Connor mendapati bukti kehadiran monster itu di kamarnya —monster itu bukan mimpi. Ia nyata. Dan ia datang untuk menceritakan tiga kisah kepada Connor. Setelah cerita yang ketiga selesai diceritakan, ia meminta Connor mengungkapkan cerita yang keempat. 



Stories are important, the monster said. They can be more important than anything. If they carry the truth.


Sebuah kebenaran. Kebenaran yang harus dihadapi oleh Connor. Masalahnya, justru kebenaran yang ingin diungkap sang monster DARI Connor adalah hal yang paling ditakuti Connor. Ia terus-menerus dibuat bingung dengan kehadiran sang monster dalam kamarnya. Kenapa sang monster mendatanginya? Connor merasa tidak pernah memanggil sang monster. Sang monster-lah yang selalu mendatanginya dan menceritakan kisah-kisah yang akhir kisahnya membuat Connor semakin tidak menyukai sang monster maupun kisah yang ia ceritakan. Tapi bukan sang monster yang memanggil Connor. Justru Connor lah yang memanggil sang monster. Apa alasan Connor memanggil sang monster?

“You think I tell you stories to teach you lessons? the monster said. You think I have coming walking out of time and earth itself to teach you a lesson in niceness?” 


Finally, I made review for this book! I'm a little bit proud with myself! hahahaha. Memang sangat terlambat dari yang seharusnya, but better late than never. Rite? :D (alibi). This book leave me silent in depression. Yeah, this book will make you feel sad —but surprisingly it's a beautiful feeling nonetheless. 


Aku sudah nonton film adaptasi-nya sebelum membaca bukunya —tapi sudah dengar tentang 'ketenaran' buku ini sejak lama. Jadi ketika aku memutuskan untuk baca bukunya, aku sudah tahu jalan cerita buku ini dari awal sampai akhir. So, there's no surprise event or etc. Tapi itu sama sekali TIDAK mengurangi kesukaan-ku maupun penghayatan-ku waktu membaca buku maha bagus ini! (Okay, 'maha bagus' emang sedikit lebay). Meskipun sudah lihat film-nya, membaca buku-nya tetap memberi dampak tersendiri.

Jujur, aku agak lupa dengan ending di film-nya (LOL). Kalau aku ga salah ingat ending-nya ga jauh berbeda dari buku. Tapi ketika membaca buku-nya, aku kembali merasakan perasaan yang sama dengan perasaan yang aku rasakan selesai lihat versi film-nya. Depression yet beautiful written story I've ever know

Sebenernya perasaan 'tertohok' yang aku rasakan jauh lebih kuat ketika lihat film-nya. Bisa jadi itu karena akting si pemeran Connor (Lewis MacDougall) yang bener-bener bagus aku bisa merasakan kepedihan, kesakitan, ketakutan bahkan patah hati yang ia rasakan di akhir film. Tidak ketinggalan efek suara Liam Nesson sebagai sang monster, yang kelam namun dalam —namun tidak terlalu menyeramkan. Menjadikan versi film-nya menyentuh dan layak tonton! Sama bagus-nya dengan versi novel.  Aku sukses dibuat menangis melihat adegan akhir film ini. Itu emang adegan pamungkas. Dalam novel pun adegan itu sungguh menguras emosi. Aku senang adaptasi filmnya menerjemahkan adegan itu dengan luar biasa bagus. It's feel so real and deep. Really deep.

“There is not always a good guy. Nor is there always a bad one. Most people are somewhere in between.” 

Walaupun ga semua orang bisa menikmati genre dan cerita semacam ini —terbukti dari teman-temanku yang bosan setengah mati waktu nonton film ini, tapi buat aku yang sangat menyukai cerita dengan makna dan nilai-nilai yang bagus buku ini masterpiece! Buku ini berbeda dari fairytale kebanyakan, yang hanya menceritakan kebaikan melawan kejahatan —dimana kebaikan selalu menang. No no no.. buku ini lebih berbicara tentang kenyataan hidup. Bahwa manusia ga hanya terbagi dalam dua golongan —orang baik dan orang jahat aja. Terkadang manusia ada di antara-nya —bagian ini diwakili oleh kisah pertama yang diceritakan oleh Sang Monster, itu kisah favoritku be te we :D 

“Because humans are complicated beasts, the monster said. How can a queen be both a good witch and a bad witch? How can a prince be a murderer and a saviour? How can an apothecary be evil-tempered but right-thinking? How can a parson be wrong-thinking but good-hearted? How can invisible men make themselves more lonely by being seen?

Buku ini juga berbicara tentang kenyataan hidup yang terkadang tidak adil —shit happens and stories don't always have a happy ending. This book will tell you a lot about that.


Pada akhirnya, buku ini (atau kisah ini) adalah jenis buku yang akan meninggalkan kesan yang cukup dalam (dan lama) bahkan setelah kita sudah selesai membaca. Semua kisahnya akan membuat kita melihat ke dalam kehidupan kita sendiri —maupun kehidupan di sekeliling kita. Sometimes people hate bad ending or sad ending, well menurutku sad and bad itu lebih ke arah perspektif ya :) Dulu aku juga paling ga bisa dengan kisah yang ga happy ending. Tapi sekarang sudah insaf —alah. 

Beberapa orang berpikir bahwa menjadi bahagia atau happy adalah tujuan hidup. Tapi aku ga merasa HARUS begitu. In life, what matter is what you do. Lakukan hal yang benar. Apakah itu membuat kita bahagia atau tidak, sejauh kita melakukan hal yang benar, it always matter. That's why I really love this book. It helps you learn more about life or maybe learn more about yourself.
“If you speak the truth, the monster whispered in his ear, you will be able to face whatever comes.” 

Lima bintang buat kisah Connor dan Sang Monster! * * * * *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...