Jumat, 04 November 2016

Review Buku : Finding Audrey by Sophie Kinsella

Author: Sophie Kinsella
Originally Published: 2015
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Genre: Young Adult
Country: United Kingdom
Pages: 364 pages
Rating : 4/5

Sinopsis dari Cover Belakang:

Audrey menderita gangguan kecemasan. Masalah psikologis ini sampai menganggu kehidupan sehari-hari gadis berusia 14 tahun itu. Kemajuan konsultasinya dengan Dr. Sarah pun berjalan perlahan.

Namun, ketika bertemu Linus, teman abangnya, Audrey jadi bersemangat. Ia merasa nyambung dengan cowok itu, bisa bercerita tentang berbagai ketakutan yang dirasakannya.

Saat persahabatan mereka semakin erat dan kesembuhannya semakin nyata, hubungan romantis yang manis terjalin di antara mereka. Hubungan yang bukan Cuma menolong Audrey tapi juga seluruh keluarganya.

MY REVIEW:

Audrey Turner adalah remaja 14 tahun yang menjadi korban bullying dan terpaksa menghabiskan hidupnya di dalam rumah —karena ia menderita gangguan kecemasan berlebihan bila bertemu dengan orang lain maupun berada di tempat ramai. Ia selalu menggunakan kacamata hitam tanpa sanggup melepasnya. Meskipun itu di dalam rumah ataupun saat-saat ia terpaksa harus keluar rumah untuk berobat. Ia tidak mampu menatap mata orang lain semenjak kejadian bullying yang dialaminya, meskipun itu mata kedua orangtuanya sendiri sekalipun. Hanya mata Felix —adik Audrey yang berumur 4 tahun, yang sanggup Audrey tatap tanpa menggunakan kacamata hitamnya. 


Kegiatan sekolahnya mendadak berhenti dan ia harus bolak-balik rumah-rumah sakit untuk melakukan perawatan dan juga sesi terapi dengan Dr. Sarah. Keadaannya begitu parah sehingga kedua orangtua nya harus meluangkan waktu khusus untuknya. Ibu Audrey —biasa dipanggil Mum, sengaja berhenti kerja dan fokus pada kesembuhan Audrey. Hal ini mengakibatkan Mum —yang sekarang selalu berada di rumah, jadi punya banyak waktu untuk memarahi kakak laki-laki Audrey —Frank. Karena Frank kecanduan main game onlineLOC (Land of Conquerors). LOL. Ia main LOC 10 jam dalam sehari.

Akibat kecanduan yang tak kunjung selesai ini, akhirnya pertengakaran antara Mum dan Frank adalah menu sehari-hari Audrey. Di lain sisi, kecanduan Frank terhadap game LOC membawa sahabat Frank, sekaligus teman satu tim-nya bermain LOC —Linus, sering datang ke rumah dan mau tak mau Audrey harus bertemu dengannya. Awalnya Audrey kabur dan luar biasa gugup saat bertemu Linus. Tapi sahabat kakaknya yang memiliki senyuman seperti irisan jeruk itu sangat mempengaruhi Audrey. Ia tidak hanya ganteng, tapi Linus juga satu-satunya orang yang mampu mendekati Audrey dan memberikan efek signifikan terhadap perkembangan kesembuhan Audrey. 

Audrey memang membaik setelah bertemu Linus. Tapi Mum masih selalu cemas dan mengkhawatirkan keadaannya. Seakan itu belum cukup, salah satu pelaku bullying yang mengakibatkan Audrey menderita seperti ini, tiba-tiba ingin bertemu dengan Audrey. Mum sangat menentang hal itu tapi Audrey berkeras ingin mencoba. Sanggupkah pertemuan mereka membuat keadaan Audrey menjadi lebih baik seperti yang Audrey kira? Ataukah justru sebaliknya? Dan ketika Audrey mendadak menghilang dari rumah setelah kejadian itu, Mum mengira Linus lah yang yang bertanggung jawab atas semuanya. Benarkah Linus penyebab hilang nya Audrey dari rumah?


Akhirnya, setelah 6 bulan vakum menulis review sebuah buku, I'm back

Thanks to Sophie Kinsella dan bukunya Finding Audrey yang sanggup membangkitkan kesukaanku membaca buku dan menulis review pada porsi maksimal. Buku ini, walaupun mengangkat tema yang cukup umum menurut pemikiranku, ternyata sangat menghibur dan tidak disangka-sangka sanggup membuat aku terbahak-bahak di tengah-tengah proses aku menyelesaikannya. Gaya penulisan Sophie Kinsella sangatlah mudah dimengerti tapi di saat yang sama juga sangat menarik hingga aku tidak bisa berhenti membacanya. Meskipun ditulis dari sudut pandang orang pertama —yaitu Audrey, tapi percakapan antara Mum dan Frank tetap sangat lucu dan mudah dipahami. Selain itu meskipun ceritanya hanya berkubang dalam kehidupan Audrey yang monoton, ceritanya jauh dari membosankan dan perkembangannya dari awal sampai akhir cerita sangat bagus. Seperti grafik yang tegak lurus ke atas, begitulah cara Sophie Kinsella meramu kisah Audrey, terus naik dan tidak kehilangan momentum-nya sedikitpun. Ending-nya sendiri tidak mengecewakan dan sesuai dengan harapanku.


Hal positive lain dari cerita tentang kisah Audrey yang-mengalami-gangguan-kecemasan ini adalah tema keluarga yang diusung oleh Sophie Kinsella. Keluarga Audrey digambarkan sangat penyanyang. Meskipun Mum adalah ibu yang cerewet, mudah marah, selalu berusaha tegas kepada anak-anaknya, dan sedikit kolot tapi Mum adalah ibu yang luar biasa. Dia mencintai keluarganya. Tidak lupa menyebutkan Dad yang walaupun sering digambarkan mengalah dan pasif saat Mum sudah mendominasi, tapi tetap ayah yang lovable dan lucu di saat-saat tertentu. Belum lagi Frank! Astaga, dia tokoh favoritku setelah Linus. Frank itu karakter paling menghibur dalam buku ini. Sarkasme dan kesinisan-nya benar-benar menghidupkan cerita sampai-sampai aku harus berhenti membaca dan memberikan penghargaan khusus untuk kesinisannya dengan tertawa terbahak-bahak selama beberapa menit. Pertengkaran Frank dan Mum selalu menjadi bagian yang seru saat membaca buku ini. 

Source: Here

Dan Linus. My God, siapa yang tidak akan jatuh hati pada Linus? (Maaf, tapi aku akan memberi satu paragraf tersendiri untuk mengomentari karakter Linus). 


Bukan hanya Audrey, aku pun akan dengan mudah tertarik dengan pria macam Linus. Kesopanan-nya, kebaikan-nya, juga kesabaran-nya dalam menghadapi Audrey dan seluruh anggota keluarga Audrey yang unik bin ajaib, benar-benar luar biasa. Belum lagi latar belakang Linus yang selalu sabar terhadap nenek-nya yang sudah tak sehat secara mental di rumah. Tidak heran ia punya kesabaran khusus dalam mendekati Audrey. Ditambah gambaran Audrey akan karakter Linus, 

"Dia tampak gugup, dan sejenak aku mengira dia akan kabur, tapi kau tahulah, Linus bukan orang yang suka kabur. Setelah kira-kira lima detik, dia maju dengan penuh tekad dan menatap kami semua bergantian, terutama Mum. Dan yang terakhir aku"

Bagaimana bisa kita menolak laki-laki gentleman seperti Linus? Dia bukan orang yang lari ketakutan terhadap masalah. Dia bukan laki-laki yang mundur hanya karena kesalahapahaman. Dia bukan laki-laki yang mudah sakit hati hanya karena gertakan. Hatinya lembut dan mudah memaafkan. Dia laki-laki yang menghadapi masalahnya dengan gagah berani namun tetap sopan —dan mempesona, kalau boleh kutambahkan <3

“Tapi, Audrey, begitulah hidup. Kita semua memiliki grafik bergerigi. Aku tahu aku begitu. Naik sedikit, turun sedikit. Begitulah hidup.”

Untuk nilai-nilai yang bisa dipetik dan pesan moral-nya, aku harus acungi jempol untuk Sophie Kinsella. Dibandingkan Shopaholic series, aku jauhhhhhh lebih suka Finding Audrey. Nilai yang berusaha diajarkan jauh lebih mengena. 


Audrey, dengan penyakit dan pengalaman bullying yang ia alami, belajar arti kehidupan saat ia melihat ibu, ayah dan keluargnya banyak berkorban untuknya ketika dia sakit. Ia yang selalu takut dan bersembunyi dalam penyakitnya akhirnya menyadari bahwa kesembuhan dirinya tergantung pada keputusannya. Ia menyadari bahwa pada saat seseorang sakit, orang itu akan terlalu fokus pada dirinya sendiri sehingga mereka tidak menyadari usaha dan pengorbanan orang lain untuk membantu kesembuhan mereka. Audrey tidak memiliki kendali atas dirinya sendiri. Kecemasannya yang berlebihan diakibatkan oleh pikiran-pikiran negative dan ketakutannya yang berlebihan. Semua itu mengandalikannya sehingga ia selalu takut dan ingin menyembunyikan diri. Tapi saat ia menyadari bahwa harus ia yang memegang kendali atas tubuh, pikiran dan ketakutannya, maka keadaannya membaik. 

Kekurangan dari buku ini adalah tidak ada keterangan maupun penjelasan mengapa Audrey mengalami bullying dan seperti apa bullying yang ia alami sehingga ia terjebak dalam penyakit gangguan kecemasan secara berlebihan. Mungkin Sophie Kinsella ingin fokus pada efek yang bisa ditumbulkan dari kegiatan bullying dan bagaimana peran serta keluarga, dokter, maupun sahabat dan teman dekat sangat berpengaruh bagi para korban bullying

Overall, buku ini sangat layak dibaca bagi penyuka genre young adult maupun fans Sophie Kinsella. Menghibur, ringan, dan memberikan pesan yang sangat bagus tentang kehidupan.


Well, ga disangka review ini jadi lebih panjang dari yang aku harapkan. Buku yang bagus selalu mampu mengembalikan mood untuk menulis. So, enjoy this beautiful book. I hope I can see you again with another review. Soon. See ya! ^^ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...