Kamis, 29 Oktober 2015

Book Review: Inferno By Dan Brown

Book Review

Author: Dan Brown
Originally Published: 2013
Genre: Mystery, Conspiracy Fiction, Thriller
Preceded By : The Lost Symbol
Country: United State of America
Rating : 5/5

Sinopsis dari Cover Belakang:

Tengah malam, Robert Langdon terbangun di rumah sakit dan syok saat mendapati dirinya ada di Florence, Italia. Padahal ingatan terakhirnya adalah berjalan pulang setelah memberi kuliah di Harvard. Belum sempat Langdon memahami keganjilan ini, dunianya meledak dalam kekacauan. Di depan mata, dokter yang merawatnya ditembak mati. Langdon berhasil lolos berkat Sienna Brooks, seorang dokter muda yang penuh rahasia.

Dalam pelarian, Langdon menyadari bahwa dia memiliki sebuah stempel kuno berisi kode rahasia ciptaan ilmuwan fanatic yang terobsesi pada kehancuran dunia berdasarkan mahakarya terhebat yang pernah ditulis―Inferno karya Dante. Ciptaan genetis ilmuwan tersebut mengancam kelangsungan umat manusia, Langdon harus berpacu dengan waktu memecahkan teka-teki yang berkelindan dalam puisi-puisi gelap Dante Alighieri. Belum lagi, dia harus menghindari sepasukan tentara berseragam hitam yang bertekad menangkapnya.

Sang master, Dan Brown, sekali lagi menunjukkan kegeniusan mengolah sejarah, seni, kode, dan simbol dalam sebuah kisah yang tak terlupakan. Setelah The Da Vinci Code, Angels&Demons, dan The Lost Symbol, Inferno kembali menegaskan kejayaan Dan Brown sebagai perajut kisah luar biasa.

MY REVIEW:

"Inferno adalah dunia-bawah yang dijelaskan dalam puisi epik Dante Alighieri, The Divine Comedy, yang menggambarkan neraka sebagai jagat berstruktur rumit dihuni oleh entitas-entitas yang dikenal sebagai "arwah" ―jiwa tanpa-raga yang terperangkap di antara kehidupan dan kematian"

Prolog

Seseorang yang menyebut dirinya Sang Arwah, berlarian pontang-panting di sepanjang bantaran sungai Arno. Dia dikejar-kejar oleh segerombol orang dan diminta untuk mengatakan dimana dia menyembunyikan sesuatu ―yang diyakini oleh sang Arwah adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan umat manusia. Sang Arwah dengan teguh menghindar dari para pengejarnya hingga ia naik ke puncak sebuah menara di Florence. Demi menyelamatkan benda yang ia sembunyikan mati-matian, Sang Arwah melompat dari menara agar para pengejarnya tidak akan pernah menemukan benda itu sampai waktunya tiba ―dimana benda ciptaannya menyelamatkan dunia

Langdon berteriak bangun dari mimpi anehnya ―mengenai perempuan tua cantik jelita dengan rambut perak yang berdiri di seberang sungai merah darah dan memintanya untuk mencari dan menemukann sesuatu yang tak bisa diingatnya― di sebuah rumah sakit. Awalnya ia pikir ia berada di Massachusetts. Semuanya berubah kacau ketika dia menemukan fakta bahwa dia bukan di kota tempat tinggalnya melainkan di Florence, dengan bekas luka tembak di belakang kepalanya. Apa gerangan yang membawanya ke Florence dan mendapatkan bekas luka itu, Langdon sepenuhnya lupa. Saat dia sedang mendengarkan penjelasan dari dua dokter yang merawatnya ―Dr. Brooks dan Dr.Marconi, bahwa dia lupa ingatan jangka pendek karena luka tembak di belakang kepalanya dan datang ke rumah sakit dengan mengucapkan "Very sorry.. Very Sorry" berulang-ulang, datang seorang wanita berambut duri ―yang nantinya diketahui bernama Vayentha dan bekerja untuk organisasi rahasia bernama Konsorsium. Wanita itu menembak Dr. Marconi dengan pistol berperedam tepat di dada. Merasa bahwa wanita itu pulalah yang menyebabkan luka tembak di kepala Langdon, dengan sigap Dr. Brooks membawa lari Langdon dari rumah sakit dan menyelamatkan Langdon dari Vayentha. 

Jauh dari tempat Langdon berada, seorang bernama Provos menunggu kabar dari anak buahnya yang bernama Vayentha di atas The Mendacium, kapal pesiar mewah sepanjang 70 meter, atas kesepakatan yang dibuatnya. Provos menjalankan sebuah organisasi rahasia besar yang menyediakan pelayanan pribadi dan rahasia bagi pihak-pihak yang ingin melakukan kegiatan di wilayah abu-abu hukum. Organisasinya memiliki dua aturan utama; jangan pernah membuat janji yang tidak bisa ditepati dan jangan pernah berbohong kepada klien. Baru-baru ini Provos menerima seorang klien terkenal ―yang luar biasa kaya, dengan tugas unik dan tidak biasa. Klien-nya yang terkenal itu menginginkan tugas itu selesai besok. Sayangnya Provos memiliki hambatan besar (Robert Langdon)  untuk menyelesaikan tugas dari klien-nya yang terkenal ini ―yang tak lain dan tak bukan adalah Sang Arwah yang bunuh diri di awal buku. Di sisi lain, anak buah Provos selain Vayenta ―yaitu Knowlton, mendapat tugas lain yaitu menyiapkan video dari sang klien yang harus disiarkan ke seluruh dunia keesokan harinya. Knowlton merasa ada yang salah dengan video mengerikan yang menggambarkan seseorang menggunakan topeng dokter wabah di abad pertengahan sedang memamerkan benda ciptaannya ―sebuah kantong tak berbentuk yang melayang-layang dalam air berisi cairan coklat mengerikan berbentuk gelatin. Video itu semakin seram karena dilatar belakangi oleh gambaran gua mengerikan yang dipenuhi air dan bermandikan cahaya merah mistis. 

Sementara itu, Langdon yang berhasil lari dari kejaran Vayentha berlindung di apartemen Dr.Brooks ―yang kemudian diketahui bernama lengkap Sienna Brooks. Langdon segera mengakses internet untuk mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi padanya dengan laptop Sienna. Dalam prosesnya tanpa sengaja ia mengatahui sedikit masa lalu Sienna yang berbakat di bidang seni peran melalui logo Le Maschere yang tergeletak di sebelah laptop Sienna.


Logo itu membuat Langdon teringat sesuatu yang lain dalam mimpinya, yaitu seorang yang menyebut dirinya kematian dengan menggunakan topeng dokter wabah abad pertengahan. Langdon tidak mengerti apa kaitan topeng dokter wabah itu dengan apa yang menimpanya saat ini. 

Topeng Dokter Wabah Hitam di Abad pertengahan

Namun ternyata Sienna punya jawabannya. Ia menunjukkan kepada Langdon apa yang ia temukan di keliman baju Langdon saat Langdon mendatangi rumah sakit dengan berdarah-darah malam sebelumnya. Sebuah silinder logam mengilat dengan simbol biohazard di sebelah bantalan hitam seukuran perangko ―kunci sidik jari untuk membuka silinder biohazard itu. Silinder itu berisi stempel dengan ukiran iblis berkepala tiga sedang menyantap tiga manusia di masing-masing mulutnya dan tulisan SALIGIA di bawah ukiran iblis. (Saligia adalah singkatan dari: superbia-kesombongan, avaritia-keserakahan, luxuria-hawa nafsu, invidia-kecemburuan, gula-kerakusan, ira-kemarahan dan acedia-kemalasan ―tujuh dosa besar dalam ajaran Khatolik). Stempel itu adalah pointer Faraday yang menampakkan Map of Hell-nya Botticelli. Satu karya seni besar yang terinspirasi oleh karya seni besar lain. Karya besar lainnya itu asalah tulisan paling terkenal dalam sejarah, Inferno-nya Dante ―gambaran luar biasa mengerikan mengenai neraka. 

Map of Hell
Dibantu Sienna, Langdon menguak misteri-misteri yang belum terpecahkan mengenai semua kejadian yang menimpanya. Mengapa ia mendapat pointer yang memaparkan Map of Hell milik Botticelli, dilanjutkan dengan penemuan selanjutnya setelah Map of Hell, tulisan R pada Malebolge ―bagian paling bawah neraka yang berbentuk corong, parit iblis di Map of Hell. Dalam lukisan sesuangguhnya tidak ada huruf R di Malebolge. 

Gambaran Malebolge

Petunjuk ini menuntun Langdon pada Cerca Trova, tulisan yang ada di lukisan milik Vasari, "The Battle of Marciano". Lukisan itu membawa Langdon dan Sienna ke Palazza Vechio. Disana Langdon menemukan petunjuk lain, Inferno.. cerca trova.. Melihat melalui mata kematian, topeng kematian Dante. Dari sana Langdon dan Sienna menemukan banyak fakta baru. Termasuk identitas Sang Arwah sebenarnya yaitu Bertrand Zobrist, seorang profesor dalam bidang genetika kedokteran yang sangat terkenal dan terkemuka. Juga identitas wanita beramput perak yang cantik jelita dalam mimpinya, yaitu Elizabeth Sinskey, direktur WHO.  Dua orang yang terungkap identitasnya ini akhirnya menguak rahasia mengapa Langdon harus repot-repot memecahkan teka-teki berdasarkan Inferno, puisi karya Dante yang sangat terkenal. 

Topeng kematian - Dante Alighieri
Bertrand Zobrist belakangan tidak terkenal karena kehebatannya tapi justru karena pemikiran yang dia tulis mengenai overpopulasi umat manusia. Zobrist ingin menghentikan overpopulasi manusia dengan mengulang sejarah, mengacu dari Wabah Hitam yang terjadi di Abad Pertengahan. Ia berencana untuk membuat virus yang dapat merampingkan jumlah umat manusia sehingga manusia tidak mengalami kepunahan. Gagasan ini disebut dengan transhumanisme ―yang berlambang H+, dan sangat ditentang oleh Sinskey selaku direktur WHO. Zobrist bekerjasama dengan Konsorsium, mengasingkan diri ―dilindungi dan difasilitasi penuh untuk membuat virus perampingan populasi manusia, yang menjadikannya resmi incaran WHO. Untuk menemukan dimana Zobrist menyimpan virus yang berkemampuan untuk mengancam keselamatan umat manusia itulah Langdon harus berkutat dan memeras otak-nya memahami Inferno. Karena Zobrist menyimpan semua petunjukknya tentang lokasi virus yang ia buat dalam puisi Inferno karya Dante, seniman yang digilai Zobrist gila-gilaan. 


Akhirnya buku ini selesai kubaca! Butuh waktu hampir sebulan ―gila banget, untuk menyelesaikan buku super epic ini. Setelah sekian lama tidak menulis review dan stuck dengan genre buku Dan Brown ―yang jauh dari gampang untuk di-review, aku merasa kaku dan banyak kehilangan kata-kata ketika akan menulis review novel ini. Di samping banyak fakta sejarah yang tidak boleh salah tulis, ada juga halangan lainnya; aku hampir lupa semua keterangan sejarah yang sudah aku baca. Jadi aku harus membolak-balik buku-nya sekali lagi untuk mengembalikan ingatanku tentang adegan-adegan yang harus dijelaskan dalam review. Sebisa mungkin aku tidak mengungkapkan spoiler dalam review yang aku tulis, tapi bahkan untuk menulis pembukaannya saja aku blank. Setelah memeras otak dan menghabiskan waktu hampir berjam-jam akhirnya review ini selesai. Sungguh menguras banyak usaha dan tenaga >.< Apalagi aku memang kurang suka menulis tentang sejarah. 


Sesuai judul-nya, Inferno, novel ini mengupas habis buku bagian pertama dari tiga buku yang menyusun The Divine Comedy-nya Dante Alighieri ―puisi yang menggambarkan perjalanan Dante secara brutal ke neraka, perjalanannya melewati penebusan hingga ia mencapai surga. Dari keseluruhan The Divine Comedy ―yaitu Inferno, Purgatorio dan Paradiso, Inferno-lah yang paling diingat orang. Selain Inferno yang dibahas, si Dante Aleghieri sendiri sangat diagung-agungkan dan disorot dalam buku setebal 644 halaman ini. Melalui buku ini aku jadi banyak tahu tentang Dante ―juga sejarah-sejarah lain yang berhubungan dengan Dante. Ternyata kisah hidup-nya tidaklah terlalu menyenangkan dan aku kagum karena ia mampu membuat tuulisan se-abadi Inferno. Betapa karyanya ini menghilhami seniman-seniman terkenal lain untuk membuat karya yang luar biasa. Bahkan seniman terkenal Michelangelo menulis pujian untuk Dante,

"Tidak pernah ada di dunia, orang yang lebih hebat daripada dia"

Buku ini di luar dugaan sangat seru dan menarik untuk diikuti. Ya, aku emang super bosan dengan penjelasan mendetail mengenai artefak, patung, lukisan, dan gedung-gedung peninggalan sejarah yang digambarkan Robert Langdon dalam buku Dan Brown ini. Tapi aku jatuh cinta dengan alur cerita yang sangat tidak terduga. Seharusnya aku sudah bisa menebak mengingat aku sudah pernah membaca karya Dan Brown yang lain ―The Da Vinci Code dan Angels&Demons, tapi aku rasa Inferno memiliki plot twist yang di luar pemikiranku. Aku benar-benar dibuat terkejut habis-habisan. Jika di paruh awal buku aku menyimpulkan A di pertengahan aku dikejutkan dengan plot twist yang benar-benar mengejutkan. Perempat akhir buku ini sangat menegangkan sehingga tanpa sadar aku ikut gemetar membacanya. I'm so thrilled and I love it! Keadaan inilah yang membuatku memberi rating 5 untuk buku ini walaupun aku bukan pengagum Dan Brown ―aku masih sensitif dengan buku The Da Vinci Code hingga saat ini. 

Hagia Sophia

Hal positif lainnya dalam buku ini adalah, aku jadi bisa belajar sejarah ―walaupun seringkali aku membenci bagian ini. Dan Brown memang ahli meramu sejarah dengan fiksi sehingga terlihat sangat nyata dan masuk akal. Seperti kejadian ini benar-benar terjadi di luar sana. Aku juga menyukai bagaimana dia menggambarkan tempat-tempat bersejarah yang dikunjungi Robert Langdon dalam novel. Aku memuja Italia yang sarat sejarah berkat penuturan Dan Brown mengenai kota penuh turis itu. Aku juga jatuh cinta dengan Hagia Sophia yang ada di Istanbul, Turki. Berkat kunjungan Robert Langdon ke lokasi itu, Dan Brown banyak menuliskan perbedaan Kristen dan Islam dengan harmonis. Tidak digambarkan untuk saling melemahkan tapi justru membuatnya terlihat harmonis meskipun berbeda. Karena itulah aku jadi penasaran setengah mati dengan Hagia Sophia dan Yerebatan Sarayi yang spektakuler.

Basilica Cistern

Patung Medusa di Basilica Cistern

Aku berharap suatu hari bisa mengunjungi semua tempat yang ditulis oleh Dan Brown di novel Inferno ini. Semua tempat yang disebutkan di novel ini memiliki nilai sejarah yang begitu dalam sehingga tidak pantas rasanya menyebut semua gedung-gedung itu sebagai gedung sejarah biasa. Ada kisah yang hidup dan menarik di dalamnya. Itulah yang membuatnya seratus kali lebih indah dari kelihatannya. 


Kabar baiknya, Tom Hanks sekarang sedang menjalani proses syuting untuk film ini. Jadwal tayangnya masih setahun dari sekarang, yaitu Oktober 2016. Aku yakin film-nya akan sebagus ―atau bahkan lebih bagus dari novelnya. Ga sabar rasanya melihat langsung lokasi-lokasi yang ada di buku terwujud nyata  melalui film-nya. See you next year Mr. Tom Hanks! Source: Here

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...