Jumat, 05 Juni 2015

Book Review: Sabtu Bersama Bapak By Adhitya Mulya

BOO REVIEW


This is my first drive for review a book

#First Book




Title: Sabtu Bersama Bapak
Pengarang : Adhitya Mulya
Penerbit: Gagas Media
Tahun beli: 2015




Rating:
5/5



Ringkasan dari Buku:


“Hai, Satya! Hai, Cakra!” Sang Bapak melambaikan tangan.“Ini Bapak.Iya, benar kok, ini Bapak.Bapak cuma pindah ke tempat lain. Gak sakit. Alhamdulillah, berkat doa Satya dan Cakra.

Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain di samping kalian.Tapi, Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak di samping kalian.Ingin tetap dapat bercerita kepada kalian.Ingin tetap dapat mengajarkan kalian.Bapak sudah siapkan.
Ketika punya pertanyaan, kalian tidak pernah perlu bingung ke mana harus mencari jawaban.I don’t let death take these, away from us.I don’t give death, a chance.
Bapak ada di sini. Di samping kalian.Bapak sayang kalian.” 
Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan penuh kasih. Dan…, tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka. “Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling ngisi kelemahan. Karena untuk menjadi kuat adalah tanggung jawab masing-masing orang. Bukan tanggung jawab orang lain”



My Review


“Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling ngisi kelemahan. Karena untuk menjadi kuat adalah tanggung jawab masing-masing orang. Bukan tanggung jawab orang lain” Cakra

Quote ini sangaaattt berkesan buat aku dari keseluruhan quote-quote lain yang ga kalah bagus-nya di buku ini.

Buku ini sukses bikin aku jatuh cinta dan membuat aku memutuskan, untuk pertama kalinya, menulis review untuk sebuah novel.


Novel ini mengisahkan seorang bapak yang merencanakan dengan SANGAT baik sekali persiapan untuk masa depan keluarganya bila takdir tidak memungkinnya untuk bersama-sama dengan mereka dalam waktu yang lama. Ketika kedua anak laki-lakinya masih sangat kecil, si bapak menerima kabar bahwa hidupnya tidaklah panjang. Hanya tersisa beberapa bulan sebelum tubuhnya kalah oleh penyakit. Tidak menyerah dan bermuram durja dengan kenyataan itu, si bapak malah menemukan cara yang jenius agar dia bisa terus mendidik anak-anaknya walau ajal menjemputnya terlebih dahulu.



Bapak membeli handycam dan merekam dirinya sendiri saat memberikan petuah bagi anak-anaknya. Video-video ini nanti-nya bisa dilihat oleh anak-anaknya saat mereka bertumbuh dewasa. Saat bapak tiada, ibu mengijinkan anak-anaknya melihat video rekaman bapak setiap hari Sabtu.  That's why they called it: Sabtu Bersama Bapak.



Ketika mereka dewasa, video-video rekaman yang disiapkan si bapak untuk ditonton anaknya setiap hari Sabtu sangat membekas dan membantu mereka menjalani kehidupan mereka di kemudian hari. Ketika mereka berhadapan dengan jalan buntu dalam kehidupan mereka, petuah-petuah bapak kembali terngiang dan memberikan mereka semangat dan kekuatan yang baru lagi. Selain itu, petuah bapak juga mengarahkan mereka ke jalur dan cara berpikir yang benar dan dewasa. 



Bagi Satya si anak sulung, petuah bapak membantunya mengatasi permasalahan rumah tangga yang ia hadapi bersama istri dan anak-anaknya. 

Bagi Cakra si bungsu, petuah bapak dia jadikan acuan untuk sukses dalam menemukan pasangan hidup yang tepat. 
Bagi sang ibu, cara bapak merencanakan masa depan keluarga mereka tetap aman bahkan setelah dia tiada, membuatnya mampu menghidupi dirinya sendiri tanpa membebani kedua anaknya.

Overall, this book really really really good...

Setiap membaca halaman demi halaman novel ini, aku selalu dibuat takjub dan terharu dengan pemikiran dan tanggung jawab si bapak. Beliau digambarkan sangat kebapakan. Pria sejati yang bertanggung jawab penuh terhadap keluarga. Pria yang selalu punya rencana hidup dua sampai sepuluh langkah ke depan. Pria yang mencintai keluarganya melebihi apapun. Kebaikan, keteguhan hati dan tanggung jawab si bapak  membuat kisah novel ini jadi sangat menyentuh. Very heartwarming story.




Ga jarang aku jadi berkaca-kaca membaca bab demi bab dari buku ini. Ga cuma mellow buku ini juga lucuuuuu banget. Buku ini punya empat sudut pandang. Sudut pandang si bapak saat memikirkan masa depan untuk anak-anaknya sebelum meninggal, sudut pandang si ibu yang tidak mau menjadi beban anak-anaknya, sudut pandang Satya dan sudut pandang Cakra. Sudut pandang mereka ditulis bergantian dengan alur cerita maju-mundur. 


Kalau disuruh memilih, aku paling suka dengan sudut pandang Cakra. Ketika menceritakan kisah hidupnya, Cakra sangat apa adanya dan kocak. Berbeda dengan Satya yang serius dan ibu yang mellow, Cakta merupakan selingan yang sangat menghibur. Cerita dari sudut pandang Cakra menyoroti kehidupan pribadi Cakra yang masih jomblo bersama dengan rekan-rekan kerja-nya yang ga kalah kocak. Cakra yang selalu minder dengan penampilannya (yang memang kalah ganteng dibanding kakaknya), Cakra yang selalu diminta segera menikah, Cakra yang sering ditolak cewek, Cakra yang selalu di-bully teman-teman kantornya karena status jomblonya di umur 30 tahun lebih, dan Cakra yang dijodohkan ibu-nya supaya cepat menikah benar-benar bagian yang asik dan seru. Kisah Cakra merupakan favortiku di buku ini.




Quote yang aku tulis di atas merupakan quote dari si bungsu Cakra. Can't agree more with him!! *mentang-mentang belum nikah juga, sama kaya Cakra*


Bukan berarti sudut pandang Satya, ibu dan bapak tidak bagus. Mereka juga memberikan kontribusi sendiri dalam novel ini yang sangat luar biasa, tapi aku memang lebih menyukai Cakra yang lucu dan apa adanya. Kisah Satya juga ga kalah seru walau diawali dengan keadaan yang suram. Demikian juga sudut pandang ibu dan bapak yang mengharukan. 



Dengan ending yang happy untuk semua orang di buku ini, aku langsung memberikan rating 5 untuk novel ini! Dari dulu aku selalu menyukai novel yang happy ending. Aku bukan orang yang dengan senang hati memerima twist ending atau sad ending. Aku selalu prefer ke novel yang happy ending. Sebagus apapun kisah novelnya kalau endingnya ga happy, buat aku novel itu tidak sempurna. Sebuah kisah boleh diawali dengan buruk, hancur lebur, kacau balau, tapi yang terpenting adalah ending-nya. 



So, enjoy this heartwarming book. So many lesson, I mean.. so many good lessons, and so many funny conversation!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...