Sabtu, 16 Desember 2017

Book Review : Heroes of Olympus "Mark of Athena"

Pengarang: Rick Riordan
Tahun Terbit: 2012
Penerbit: Disney Hyperion Books
Genre: Fantasy, Fiction, Adventure
Negara: USA
Pages: 586 Pages

Rating : 5/5

Sinopsis Dari Cover Belakang :

Rencana Annabeth menjemput Percy dengan damai ternyata gagal dilakukan. Leo mengacau membuat perkemahan Jupiter memburunya. Namun, misi Ramalan Tujuh harus tetap dilaksanakan. Dibayangi kejaran para mata-mata dan pasukan demigod Roma, Percy, Frank, Hazel, Jason, Piper, Leo dan Annabeth tetap berusaha mencegah rencana jahat Gaea, berlayar menuju negeri kuno di Roma.

Dalam perjalanan penuh tantangan itu, Annabeth yang baru saja merasakan sedikit kebahagiaan setelah bertemu Percy, menyimpan kegalauan. Titah sang Ibu, Athena, untuk mengikuti Tanda Athena dan menghancurkan Roma terus membebaninya. Haruskah dia mengkhianati Percy dan teman-teman Roma barunya demi mengikuti Tanda Athena?

Bersama empat narator, Mark of Athena akan membawa kita ke dalam petualangan melintasi angkasa dan samudra yang penuh jebakan dan terror mengerikan.


MY REVIEW:

"Wisdom's Daughter Walks Alone"

Argo II tiba di Perkemahan Jupiter sesuai rencana. Awalnya mereka dilarang mendarat karena dianggap sebagai ancaman —dan juga karena demigod Romawi dan Yunani tidak seharusnya bertemu menurut kebaikan mereka sendiri. Pertemuan kedua perkemahan ini dikhawatirkan hanya akan mengakibatkan perang saudara. Para Dewa-Dewi sendiri sedang menderita sakit kepala berat akibat kedua kepribadian mereka (satu Yunani satu Romawi) memaksa eksis di saat bersamaan. Semua ini dimulai semenjak pertaruhan yang dilakukan Hera —yaitu mengirim Jason ke Perkemahan Blasteran dan mengirim Percy ke Perkemahan Jupiter. Tapi menurut Juno —atau Hera, hanya itulah satu-satunya cara agar mereka bisa mengalahkan Gaea dan pasukannya. Itulah saat ini tujuan para penumpang Argo II, datang dengan damai untuk mencapai persatuan. Sekaligus untuk menjemput sahabat mereka, Percy Jackson.

Awalnya semua berjalan dengan baik. Reyna menyambut Annabeth, Jason, Piper dan Leo di Perkemahan Jupiter dengan cukup ramah. Dan akhirnya, Percy dapat bertemu lagi dengan Annabeth! Pertemuan mereka sangat menguras emosi mengingat mereka berpisah 8 bulan lamanya —tapi itu bisa dibahas nanti. Masalahnya sekarang, Leo mengacau. Ia menyerang Perkemahan Romawi —yang serta merta menganggap hal itu bentuk pengkhianatan. Mereka memutuskan perang dan berniat menghancurkan demigod Yunani. Tidak punya pilihan, Annabeth, Jason, Piper dan Percy harus melarikan diri dari Perkemahan Jupiter —kalau tidak mau nyawa Jason melayang karena seseorang dari Romawi berhasil menghantam kepalanya dengan batu bata. Frank dan Hazel yang setia pada Percy memutuskan ikut. 

Belum selesai dengan kejaran Romawi, ketujuh demigod dalam Ramalan yang tidak lain adalah Annabeth, Percy, Jason, Piper, Leo, Frank dan Hazel (apa kubilang, jelas mereka-lah!) harus membetulkan kapal Argo II yang rusak parah akibat serangan balasan dari Romawi. Membetulkan Argo II tidak sesederhana yang mereka kira karena dalam proses-nya mereka juga menemukan petunjuk-petunjuk (beberapa langsung dari Dewa sendiri) mengenai tugas mereka melindungi kota Roma (kota Roma yang asli) dari serangan antek Gaea.

Di sisi lain perjalanan mereka ke Roma membuka sebuah rahasia mengenai sumber perselisihan Perkemahan Yunani dan Romawi. Annabeth sejak awal punya firasat bahwa ia harus menjalankan misi khusus dari sang ibu, Athena (yang belakangan lupa ingatan dan linglung akibat kedua fitrah-nya berebut pengen eksis) yaitu mengikuti Tanda Athena. Sepertinya hanya Tanda Athena inilah kunci untuk menyatukan kedua fitrah Para Dewa-Dewi sehingga kedua perkemahan bisa bersatu. Sayangnya tugas berat ini harus diajalani Annabeth sendirian. Keenam teman-nya, termasuk Percy, dilarang membantu. Padahal tugas ini bukan hanya berat tapi juga mengerikan, konon tidak pernah ada anak Athena yang selamat saat mereka mengikuti Tanda Athena.

Percy —yang jelas ga rela Annabeth pergi sendirian, punya tugas lain untuk diselesaikan dengan yang lain. Salah satu diantaranya adalah menyelamatkan Nico Di Angelo yang diculik oleh Raksasa Kembar. Sementara itu kota Roma dalam bahaya kiamat karena antek Gaea berniat menguasai dunia dengan menunggang balikkan Roma terlebih dahulu. Mereka harus membagi tugas untuk —sekali lagi, menyelamatkan dunia. Yang satu harus mengikuti Tanda Athena, yang lain harus menyelamatkan Nico dan lainnya lagi mencegah kaki tangan Gaea menghancurkan Roma. 

Mampukah ketujuh demigod pilihan ini menyelamatkan dunia dan melakukan misi mereka dengan sukses?


Finally, The Seven Meet Up! I'm so excited with this book because The Seven finally together! Walaupun di awal semua tampak kacau balau karena Leo bertindak "bodoh" tapi itu ga jadi masalah karena aku sudah bisa merasakan keseruan buku ini sejak di halaman pertama. Terutama karena buku ini dibuka dengan narasi dari Annabeth! Dan aku sukaaakkk banget dengan narasi-nya Annabeth. Sedari dulu aku pengen tahu apa yang ada di pikiran cewek pintar satu ini, di buku ini om Rick menjawab rasa penasaranku, and it turns out that I really love her part! Kalau sebelumnya aku merasa Annabeth itu super cool, now I think she's awesome! Aku bisa memenuhi ulasan ini hanya untuk membicarakan si Annabeth, tapi buku ini ga berhenti keren hanya di Annabeth aja. 

There's A LOT of things I would like to discuss. But first, let's talk about her a little..


Obviously, Annabeth is the hero in this book. And I think she really deserve it. Di dua buku sebelumnya kita mungkin ga terlalu banyak melihat aksi-nya. Dia muncul beberapa kali di The Lost Hero dan hanya muncul di pikiran Percy di The Son of Neptune. Maka layak-lah kalau Mark Of Athenathe title it's the clue btw, adalah buku yang mengisahkan aksi kepahlawanan Annabeth. Dan buku ini mengambarkannya dengan sangat memuaskan! Sebagai fans Annabeth sejak seri Percy Jackson, I had the desire to know her more. In this book, Uncle Rick make her shine. She's incredibly smart!

Untuk mengikuti Tanda Athena —selain sendirian, dia juga harus menghadapi ketakutan terbesarnya —not to mention that she must be separated from Percy once again. With uncertainty that she could come back alive or not. Annabeth memang ga punya kekuatan khusus seperti keenam temannya, dia ga bisa bernapas dalam air seperti Percy; memiliki Charmspeak kaya Piper; atau berubah wujud seperti Frank; meluncurkan petir atau terbang sekeren Jason; mengeluarkan api seperti Leo; bahkan ga bisa menghasilkan berlian seperti Hazel. Senjata ampuh-nya selama ini cuma Topi Yankee pemberian ibu-nya —yang bisa membuatnya menghilang, sayangnya benda itu saat ini sedang tidak berfungsi. Otomatis yang tersisa adalah otak encer-nya. Kebijaksanaan seorang anak Athena. And that's enough for Annabeth.

Aku jadi inget sama fandom yang pernah aku baca di internet tentang Annabeth. Seandainya Annabeth bisa milih superhero favorit, dia mungkin akan menyebut Batman. Jason mungkin suka Supermanhe can fly bro! Percy mungkin akan menyebut Aquamanyou know the reason (apalagi setelah aku nonton Justice League, Aquaman ini Percy banget deh, dia bisa ngomong sama ikan! See, he's Percy in Superhero Universe!). Kenapa Batman? Karena Batman ini manusia biasa, tanpa kekuatan super dll. Kelebihan Batman hanyalah keuletan dan kerja keras-nya —he's RICH anyway. Dia menjadi detektif paling hebat dengan ke-manusia-an-nya. That's make him feared

Sama dengan Annabeth, dengan kepintaran-nya dia membuat dirinya ga terkalahkan. Kekuatan pikiran-nya cukup untuk membuatnya menjadi lawan yang tangguh —and she's rich too anyway (Psstt, aku uda baca serial om Rick yang lain, Magnus Chase, darisana aku tahu kalau Annabeth keturunan bangsawan. Aku buatin review-nya kapan-kapan, kalau niat sih). Annabeth is strong. She's deadly —meskipun dia ga punya super power, meskipun dia cewek (cantik dan pirang pula). Annabeth jelas mematahkan stigma kalau semua cewek pirang itu bodoh dan cuma bisa jadi korban doang di film Horror. Mungkin itu yang ingin disampaikan oleh om Rick. Ga semua cewek pirang itu konyol dan bodoh. Ada kok yang pintar dan tangguh —and she's Annabeth.

Reyna, Leo dan Pelatih Hedge adalah beberapa tokoh yang menyadari kelebihan Annabeth. Reyna terutama, dia respek sama Annabeth. Bahkan jealous. Karena dia bisa ngeliat kenapa Percy suka dan sayang banget sama Annabeth. Bahkan Frank, yang selama ini ga terlalu banyak menunjukkan kekaguman dengan orang lain —selain Percy, ikut kagum melihat Annabeth. And I kinda like the fact that Leo really appreciate Annabeth's ability with his machine. Satu-satu-nya orang di Argo II yang mampu membantu Leo memperbaiki kapal adalah Annabeth. Sedang Pelatih Hedge yang ga pernah mau disuruh-suruh atau bahkan diatur oleh siapapun di kapal, akan nurut kalau Annabeth yang minta. 

My God, she's really awesome. Percy, you are a lucky bastard!


Alasan lain yang membuatku betah berlama-lama melototin buku ini adalah pertemuan ketujuh demigod! I've been waiting this reunion. Mereka bisa dibilang terpaksa bekerjasama karena keadaan yang mendesak. Tidak ada cukup waktu untuk mengakrabkan diri secara normal, mereka mau tidak mau harus bekerjasama. Gesekan pasti terjadi, secara mereka bukan sahabat karib di luar misi. Jason dan Percy bisa dibilang sesama Alpha Male dalam tim. Mereka berdua terbiasa memimpin, dan mengingat sejarah orang tua Dewa mereka, aku ga heran kalau cover buku ini menggambarkan keduanya sedang berduel. Yah, dalam buku mereka emang beneran duel sih —untuk membuktikan siapa yang lebih jago membunuh (boys!) but the detail about their fight, why they're fight each other to death? Read it yourself ;)

Di kubu cewek, semuanya berjalan lebih smooth dan adem-ayem. Tidak ada perselisihan berarti di antara mereka —thanks God, because I really want Piper and Hazel to be best friend with Annabeth. Menyisakan Leo sebagai pihak yang paling malang dalam tim. Bayangkan gimana perasaan Leo coba, jadi satu-satunya yang single di antara tiga pasangan yang selalu sibuk memperhatikan pasangan masing-masing? Belum cukup rasa bersalahnya karena sempat mengacau, sekarang dia harus dianggap sebagai "pihak ketiga dan tidak diperhitungkan" oleh seorang Dewi Minor. Aku bener-bener bersimpati dengan keadaan Leo di buku ini. He always alone :( I really hope on the next book he find someone.

Berlawanan dengan beberapa orang yang tersinggung dengan pernyataan Piper di buku ini tentang Percy, aku justru sukak dengan kenyataan bahwa Piper ga menganggap Percy se-keren yang dibicarakan. Aku cukup lelah dengan begitu banyaknya perempuan dalam serial ini —yang terpesona dan berebut pengen macarin Percy. Yeah, Percy is something. Aku sendiri berharap terlahir sebagai Annabeth karena bisa punya pacar kaya Percy —okay, abaikan ini. Tapi hampir semua cewek? Bahkan yang sekelas Reyna? C'mon, this is over-reaction! Makanya begitu Piper menggambarkan Percy cuma tipe cowok trouble maker yang lumayan cakep dan kurang atraktif untuk seleranya, aku senang bukan kepalang. I really appreciate Piper and begin to love her more. I've had enough, okay? Thank a lot Piper



The best thing about this book was Percy and Annabeth reunion! Membuat mereka bersama lagi adalah hal terbaik yang buku ini lakukan. Hubungan mereka adalah alasan utamaku nge fans abis dengan serial Heroes of Olympus. Kesukaanku ini sampai pada titik dimana aku ga peduli lagi cerita-nya akan dibawa kemana sama om Rick asal Percy dan Annabeth ga terpisahkan untuk selamanya. In this series, their relationship became more deeper than ever. Mereka adalah satu-satunya pasangan yang perkembangan-nya sangat konstan dan terus dinamis. Banyak banget cute moment between them di buku ini yang bikin aku tergila-gila. 


Percy dan Annabeth ada dalam tahap hubungan dimana mereka sudah selesai dengan tetek bengek kegalauan ala anak ABG yang baru jadian. Mereka sudah melewati fase insecure yang banyak dirasakan pasangan baru akan satu sama lain. Menghilangnya Percy bikin Annabeth depresi berat, dia ada dalam persimpangan antara kembali dengan Percy atau melanjutkan hidup tanpa Percy lagi. Delapan bulan lamanya dia tersiksa dengan ketidaktahuan apakah Percy masih hidup atau sudah mati meninggalkannya. Dia jadi terbiasa hidup dalam rasa sakit tanpa Percy. Tapi keinginan untuk bertemu Percy juga begitu besarnya sampai terasa menyakitkan. Bersama Percy atau kehilangan Percy sekarang sama-sama menyakitkan untuk Annabeth. Rasa ini dibawa-bawa oleh Annabeth sampai dia memilih untuk memaafkan pacarnya itu karena ia tahu bahwa Percy menolak pendekatan semua wanita lain demi dirinya. It's the sweetest part in this book who make me feels like cutting ton of onion *berabak*. 

Bagi Percy sendiri, perpisahannya dengan Annabeth membawa pemikiran akan masa depan bersama yang selama ini tidak pernah terpikirkan karena mereka terlalu sibuk bertahan hidup sebagai demigod. Percy ingin menebus waktu mereka yang hilang sampai-sampai dia hampir ga peduli Gaea bakal bangkit lagi —asal dia ga berpisah sama Annabeth, itu cukup untuk Percy. Tapi Percy sadar bahwa keegoisan-nya ga akan membawa kebaikan apa-apa. Akhirnya Percy menyadari bagaimana rasanya menjadi Annabeth ketika dirinya menghilang selama 8 bulan, pemahaman ini menguatkan-nya melepaskan kepergian Annabeth. For good. For the sake of their relationship. Mutual understanding and trust. Even separation is unbearable for them. 


This ill-fate as a demigod and their tragic element of relationship, make all their personal issue seems meaningless. What matter is they are together. Semua yang sudah mereka alami mengajarkan bahwa ga ada yang lebih penting dari kebersamaan. Mau nyawa melayang, mau monster ganas menghadang, mau dunia terancam binasa, yang penting mereka bersama-sama menghadapinya. itu sudah cukup. They deserve happy ending thou. That's the conclusion. This book it's turning point for their relationship

Itulah kenapa di akhir buku aku PUAS luar biasa. Buku ini punya akhir paling bangkek dibanding buku om Rick lainnya. Mencengangkan dan bikin ngeri sih tapi kalau ga diakhiri dengan cara itu, buku ini ga akan terasa sempurna. Nah, bangkek banget kan penulis buku satu ini? Menyiksa perasaan pembaca sebegininya! Aku pernah dibikin kegi dengan ending The Battle of The Labyrinth, tapi itu ga ada apa-apanya dibanding ending buku ini. It's so lovely it hurts!! 

The ending had me like..

Pertarungan dengan antek Gaea? Nasib Nico? Pertarungan dengan Kubu Romawi? Petualangan mereka menuju Roma yang diwarnai pertemuan dengan berbagai Dewa Minor sampai monster mengerikan? Aduh, aku uda ga mood nge-review bagian itu. Khas buku Om Rick biasa-nya lah. Seru-seru lucu. Apalagi waktu Percy ngelawak di atas kapal guna menyelamatkan mereka dari bajak laut setengah lumba-kumba, it's so stupid but funny hahaha. Tapi buat ku itu cuma background story semenjak aku terlalu fokus dengan perkembangan hubungan Percy dan Annabeth xixixixi. I'm sure The House of Hades would be so much interesting!! I can't wait to read more about Percy and Annabeth :)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...