Sabtu, 25 November 2017

Review Stranger Things Season 1 and 2

Setelah berhasil merampungkan 13 Reason Why, ternyata serial-serial nya Netflix ini nyandu ya. Aku jadi gelisah, ada perasaan hampa di hati —alah, waktu ga nonton apa-apa setelah namatin 13 Reason Why. Setelah berpikir ulang dan menghapus beberapa kandidat, serial berikutnya yang pengen aku pelototin di laptop jatuh pada Stranger Things


Kenapa serial ini —dan lagi-lagi, bukan Games Of Throne? Pertama, GOT bukan punya Netflix —duh. Kedua, sejak nonton IT aku terpesona dengan nuansa jadul yang diperlihatkan secara apa adanya oleh para aktor-aktor ciliknya. Banyak yang bilang persahabatan The Losers mengingatkan mereka akan persahabatan anak-anak dalam Stranger Things. Apalagi salah satu pemain IT juga main di Stranger Things. Jadilah aku babat habis serial ini dua season sekaligus! Ga mau rugi dong ya —emang konteks nya apa coba? Abaikan.


Stranger Things diawali pada tahun 1983, ketika empat sekawan —Mike Wheeler (Finn Wolfhard —dia yang ikutan main di film IT), Will Byers (Noach Snapp), Dustin Henderson (Gaten Matarazzo), dan Lucas Sinclair (Caleb McLaughlin) sedang asik main games Dungeon & Dragons dan terpaksa berhenti karena disuru pulang sama mama-nya Mike. Hari sudah malam dan mereka uda main selama sepuluh jam. Yah, aku serius —sepuluh jam! Dan mereka ga kerasa. Gilak! Mereka bukan kids jaman now, kalau kumpul mereka ga asik dengan gadget masing-masing. Hanya dengan board game di meja dan pion-pion monster kecil di atas board, mereka udah asik sendiri tanpa sadar udah ngoceh selama 10 jam. Ga heran persahabatan mereka erat banget. Salah satu hal yang menurutku jarang ditemui di era serba digital sekarang.


Will

Dalam perjalanan pulang, Will mendapati ia dibuntuti sesosok makhluk mengerikan. Saat ia berusaha bersembunyi di rumah, makhluk itu berhasil menculiknya. Darimana sosok mengerikan itu? Sepertinya berasal dari sebuah lab yang digambarkan di adegan pembukaan film.


Menghilang-nya Will awalnya cuma dianggap kasus anak hilang biasa. Polisi Jim Hopper (David Harbour) menangani kasus ini sebagai bentuk pemberontakan anak SMP kepada orangtuanya —mungkin dia kabur ke rumah bapak-nya, coba deh cari disana. Tapi ibu Will, Joyce Byers (Winona Ryder, ia bermain sangat apik disini) tidak sependapat dengan Hopper. Ia yakin bahwa Will diculik dan mereka harus menemukan Will secepatnya. Terutama setelah ia mendapat telepon misterius yang Joyce yakini berasal dari Will. Berbekal insting keibuan-nya, Joyce memutuskan mempercayai petunjuk-petunjuk mistis yang ditinggalkan Will kepadanya. Tidak ada yang mau percaya pada-nya, bahkan si anak sulung —Jonathan Byers (Charlie Heaton), kakak Will sempat mengira ibu-nya jadi sinting karena kehilangan adiknya. Tapi benarkah begitu?

Semua berubah jadi lebih serius semenjak teman Nancy Wheeler (Natalia Dyer, kakak Mike) —Barbara Holland (Shanon Purser), ikut menghilang. Tanpa sengaja Jonathan yang memfoto detik-detik keberadaan Barbara sebelum menghilang juga ikut memotret sesosok mahkluk —yang mirip dengan sosok yang ditemui Will sebelum menghilang, berdiri di belakang Barbara. Nancy yang sangat merasa bersalah dengan hilangnya Barbara —karena ia menghilang di saat menemani Nancy pesta di rumah pacarnya Steve (Joe Keery), memutuskan untuk mencari sendiri sahabatnya. Jonathan —yang juga ingin menemukan Will, sepakat untuk bekerjasama. 


Sementara itu, tiga sekawan juga ikut mencari Will. Mereka tidak mempercayai polisi dan ingin menemukan sahabat mereka sendiri. Hanya saja dalam prosesnya mereka bertemu dengan Eleven (Milie Bobby Brown). Sesosok gadis misterius dengan kepala plontos yang memiliki kekuatan super semacam telekinesis dsb. Tiga sekawan penasaran dengan asal usul Eleven. Yang paling penting, Eleven mengaku dia tahu dimana Will berada. Membuang kekhawatiran mereka keluar jendela, tiga sekawan mengandalkan Eleven untuk menemukan Will. Tapi, apakah Eleven ada di pihak yang baik? Atau justru dia lah si monster yang menculik Will?


Fokus season satu ini adalah menemukan Will. Sementara itu, apakah makhluk yang menculik Will —nobody knows. Kalau seandainya makhluk mengerikan tersebut emang nyata, mampukah Will bertahan hidup dari-nya? Kota kecil di Amerika —Hawkins (kota fiktif), yang awalnya tenang mendadak tidak pernah sama lagi. Sesuatu yang jahat sedang mengintai kota itu.

Mari kita sekarang lanjut ke tahun 1984, dimana Stranger Things Season 2 berawal. Setahun setelah setiing waktu di Stranger Things season 1. Okay, bagi yang ga mau kena spoiler —mohon lompati 5 paragraf di bawah. Aku ga mau orang-orang kehilangan keasikan nonton serial ini karena terlanjur tahu ending season 1-nya. Salah satu yang bikin nyandu dari nonton serial ini adalah kemisteriusan-nya. Jadi, untuk kebaikanmu —lompati saja, oke?


Di tahun 1984, empat sekawan merasa keadaan sudah tenang. Mereka semua hidup normal seperti sedia kala. Tapi Will dan Mike tahu benar bahwa keadaan belum kembali normal. Mike dengan ke-galau-annya karena merindukan Eleven dan Will karena ia terus melihat Upside Down World dalam kepalanya. Mereka berdua memutuskan tutup mulut. Lebih baik berpura-pura keadaan baik-baik saja. Daripada mengusik ketenangan orang lain dengan pikiran-pikran mereka.


Sekarang Joyce Byers (ibu Will) sudah bahagia dengan pacar baru-nya —Bob Newby (Sean Astin). Sedangkan kasus Barbara lebih baik ditutup rapat-rapat daripada harus menyakiti hati orang tua-nya. Sama seperti adik-nya, Nancy Wheeler juga tidak tenang dalam hatinya. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Hidup nya telah kembali normal sekarang dengan Steve Harrington kembali menjadi pacar-nya. Life is good, heh? Untuk apa merusak ketenangan ini?


Hampir setahun setelah kejadian itu, trauma Will makin menjadi-jadi. Kadang ia seperti trans —tidak sadarkan diri dan terjebak dalam penglihatan dalam kepalanya. Ibu dan kakak-nya yang sekarang sangat overprotektif kepadanya, tidak membantu keadaan jadi lebih mudah untuk Will. Sementara itu, Dustin —yang sekarang tidak ompong lagi, menemukan peliharaan baru di tong sampah depan rumahnya. Sayangnya, peliharaannya ini ga imut sama sekali. Ia seperti ingus berlendir yang hidup. Meski buruk rupa, Dustin menyayanginya. Ia menmai makhluk itu Dart. Dan berniat memelihara makhluk itu untuk membuat teman baru mereka —Max Mayfield (Sadie Sink), terkesan kepadanya. Owwhh, ada yang lagi falling in love nih. Kayanya si Lucas juga jatuh hati ke Max tuh, wah persaingan sahabat dong?


Sementara itu, tanaman labu —juga tanaman-tanaman lain mendadak layu dengan kecepatan mengerikan di kota Hawkins. Para petani saling mencurigai kolega mereka —menuduh mereka saling meracuni lahan satu sama lain. Polisi Jim Hopper kembali beraksi untuk menyelidiki kasus tersebut. Apakah yang mampu menyebabkan lahan labu yang luas membusuk sekaligus? Racun biasa jelas tidak mampu melakukan hal seperti ini. Lagipula contoh tanah yang akhirnya diteliti menunjukkan keterkaitan dengan dunia Upside Down. Kali ini Hopper tidak mudah menggampangkan keadaan seperti dulu. Ia sadar teror belum berakhir. Terutama sekarang, setelah Will semakin menujukkan gejala mengkhawatirkan dan Hopper sendiri memiliki seseorang yang cukup berarti untuk dijaga dan dilindungi. Siapa kah gerangan?


Gerbang ke dunia Upside Down masih terbuka dan sepertinya kali ini semakin meluas di Hawkins. Para ilmuwan masih belum mampu memperbaiki pintu yang terbuka itu. Lagipula di opening scene season 2 ini, kita diperlihatkan seorang lain yang punya kekuatan super seperti Eleven. Di lengan-nya tertera kode 006. Siapa dia? Apa hubungannya dengan Eleven? Pertanyaan selanjutnya yang butuh dijawab adalah, akankah Will kali ini ikut membantu teman-temannya menghadapi musuh atau ia justru kembali terseret dalam dunia Upside Down? 


Season 2 Stranger Things merupakan sequel yang ga bisa dilewatkan. Everything become darker, greater and unpredictable.

Buat aku pribadi, serial ini punya banyak faktor untuk buat penonton awam tertarik —kemudian terjerumus. Ga seperti 13 Reason Why, aku cuma butuh seminggu buat ngabisin dua season sekaligus (3 hari kalo ga kepotong jam kerja). Yap, serial ini semenarik itu! 

Menonton serial ini, kita seperti dibawa kembali ke tahun 1980-an. Film ini ga tanggung-tanggung dalam menyajikan setting jadul-nya. Rumah yang dijadikan lokasi, pakaian para pemain-nya sampai warna dan tone film-nya pun terkesan lawas. Ditambah dengan pace cerita yang tidak berbelit-belit, on point, padat berisi, juga ketegangan dengan kadar yang cukup, menjadikan pengalaman nonton serial ini sangat mengasyikkan. Aku bukan penggemar film thriller, ataukah sci-fi alien, ataukah horror supranatural, ataukah suspense, tapi melalui serial ini aku membuang ketidaksukaanku akan genre-genre itu keluar jendela.


Cara film ini membuka dirinya pun dalam tempo yang pas, hal ini membuktikan bahwa Duffer bersaudara memang sutradara dan pencipta karya yang jenius. Terbukti dari season 1 dan season 2 yang membawa misi berbeda namun masih dalam visi yang sama. Kita ga pernah dibiarkan kehilangan momentum saat nonton serial ini.

Are you Stacy (Steve-Nancy) shipper?)

Dalam segi cerita, alur, juga plot serial ini over the top. Ga hanya menyorot persahabatan 4 sekawan yang solid (they're cute by the way, scene mereka salah satu yang selalu kutunggu) —dan mencari Will yang hilang, tapi kita juga disuguhi kisah cinta remaja melalui hubungan Nancy, Steve juga Jonathan. Tiga remaja ini jadi bumbu yang segar akibat cinta segitiga diantara mereka. Aku cukup curiga bahwa yang membuat-ku tertarik dengan jalinan cinta mereka sebenarnya adalah para aktornya! Siapa sih yang ga tertarik kalo pemeran-nya semacam Natalia Dyer —doski kurus kerempeng sih tapi cantik dan pintar, Joe Kerry —jambul-nya itu loh aku padamu mas Joe, dan Charlie Heaton —kemisteriusan-nya bikin ga kukuh, emang KECE abis . 

Or Jancy (Jonathan-Nancy) shipper?

Di season satu aku dibuat gemes dengan Jonathan yang diam-diam naksir Nancy tapi ga mau nunjukkin dan harus puas ngeliat Nancy tergila-gila dengan Steve. Di season 2 arus cerita bergolak dan aku mendapati diriku sendiri berbalik gemes ngeliat Steve yang sekarang serupa pengasuh anak-anak ketimbang bad boy famous di sekolah. Itu, ditambah dengan rasa penasaran akan identitas Eleven. Kita ga pernah dibuat istirahat atau merasa bosan dengan cerita Stranger Things. Bahkan untuk nge pause supaya bisa ke kamar mandi untuk pipis aja aku ga rela. Parah kan bagus-nya?

Ga usah tanya skill para aktor aktris-nya, all of them deserved an award! Tidak ada satu karakter pun yang terlihat biasa saja. Ini baru namanya cerita yang bagus dikerjakan oleh artis yang mumpuni. 


David Harbour memerankan Jim Hopper —yang perkembangannya signifikan, dengan baik sekali. Di awal kita akan berpikir dia polisi males yang klewas-klewes, tapi dalam sekejap ia menjadi polisi cerdik yang cepat membaca keadaan. 

Winona Ryder as Joyce Byers

Winona Ryder akting-nya JUARAK! Ketakutan dan kegelisahan-nya saat mencari sang anak dan berusaha menyelamatkan sang anak looks so real. Surely, aktirs satu ini masih belum kehilangan kemampuan-nya berakting dengan baik.

Will, Mike, Dustin and Lucas

Selain itu yang sangat mencuri perhatian-ku adalah akting dari empat sekawan dan Eleven. Finn, Gaten dan Caleb sukses memerankan trio yang likeable dan lucu —yang sedang mencari sahabatnya. Mereka bener-bener mampu berakting seperti anak-anak beneran. Persahabatan mereka pun keliatan tulus dan ga dibuat-buat. Pemeran Will, Noach ga terlalu eksis di season 1 —karena ceritanya dia kan menghilang, tapi kemunculan-nya selalu meninggalkan kesan. Berkat akting-nya kita dibuat peduli, pengen dia tetep hidup dan kembali dengan selamat. Kesukaanku ya si Will ini, rambut batok-nya dan muka imut-nya terlalu susah untuk dilupakan. 


Millie juga menawan sekali menampilkan sosok misterius Eleven —seorang gadis yang rela kepala nya dipelontos hampir habis demi peran. Dia total banget memerankan Eleven, aku selalu suka ekspresi-nya waktu dia menggunakan kekuatan-nya —ga heran tampang Millie yang sedang mimisan langsung jadi trademark dari Stranger Things.

Overall, I think you should watch this series! Dijamin ga akan nyesel. Aku uda lama banget ga ngikutin serial western —terlalu fanatik sama serial drama Korea soalnya LOL. Tapi netflix dan serial-serial nya yang oke punya berhasil membuatku kangen mantengin serial barat seperti kebiasaanku jaman dulu —sebelum kenal oppa-oppa ganteng dari Korea. Aku angkat topi buat The Duffer Brothers —Matt dan Ross, yang mampu memproduksi serial dan membuat cerita se-original ini. Sekarang aku ga sabar untuk nonton season 3-nya, yang katanya bakal release tahun depan hiks —lama :( 

Thanks for reading my amateur review, I'm trying to be a better reviewer next time. See ya :)

Bonus scene:

Girl Power!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...