Jumat, 17 November 2017

Review 13 Reason Why from Netflix


"Hey, it's Hannah, Hannah Baker. That's right. Don't adjust your... whatever device you're listening to this on. It's me, live and in stereo. No return engagements, no encore. And this time absolutely no requests. Get a snack. Settle in. 'Cause I'm about to tell you the story of my life." - Hannah Baker 

13 Reason Why adalah serial Netflix pertama-ku. Okay, I know. I'm SO late. Serial ini uda tayang sejak tanggal 31 Maret 2017 yang lalu, and aku baru aja selesai nonton di bulan... November? Yeah, not happening. Katakanlah, aku bukan kids jaman now yang selalu ikut arus dengan nontonin apa yang lagi happening di internet as soon as possible. I have my own taste —my own time. Ga peduli taste-ku mungkin ga selaras dengan jaman now atau enggak. Contohnya, di saat semua orang uda nonton Game of Thrones —dan membicarakan tentang keren-nya serial itu, aku jadi yang paling ketinggalan sendiri karena sampai detik ini aku BELUM nonton. 

Demikian hal-nya dengan serial 13 Reason Why ini. Aku sejujurnya uda tertarik banget waktu si cantik Selena Gomez upload tentang serial ini di instagram pribadinya. Aku pikir dia akan ikut main atau ngisi soundtrack-nya. Ternyata dia termasuk yang kedua. Sekilas baca sinopsis-nya aku langsung suka sama premis 13 Reason Why. Apalagi setelah tahu serial ini diangkat dari novel dengan judul serupa karangan Jay Asher. I love books, and when book turn into movie or TV series, it must be good enough. So I want to try it


Episode 1 biasanya adalah episode yang menentukan apakah kita bakalan lanjut ke episode berikutnya atau memutuskan untuk udahan aja. "Oke, you're not my type, one episode is enough"that kind of feeling. Episode 1 serial ini, sayangnya, memberikan efek seperti itu ke aku. Aku cukup males melanjutkan episode 2 setelah sukses menyelesaikan episode 1-nya. Serial ini punya pace yang lambat. Saking lambatnya aku merasa ga terikat sama sekali dengan tokoh-tokoh di dalam-nya —termasuk Hannah Baker maupun Clay. Yang aku rasakan hanya perasaan muak —karena dari dulu aku sangat benci dengan bullying, yang membuatku ga ingin tahu dengan 12 alasan lain kenapa si Hannah Baker ini memutuskan bunuh diri. 

Ya, 13 Reason Why ini bercerita tentang Hannah Baker —gadis remaja 17 tahun yang mengakhiri hidupnya setelah meninggalkan 7 kaset yang berisi 13 alasan kenapa ia mengakhiri hidupnya. Seminggu setelah kematiannya, Clay Jensen —salah satu teman almarhumah, menemukan sekotak paket di depan pintu rumahnya. Clay membuka kotak tersebut dan kaget saat menemukan beberapa kaset pita di dalamnya. *Hareee giniiii, di jaman serba digital, masih ada yang punya kaset pita? What the hell?! Apa kabar mp3?* Clay ga ngomong gitu sih, tapi raut wajahnya jelas menunjukkan ekspresi begitu. (HA! Cuma kids jaman now kaya Clay yang kaget liat kaset pita)

"The rules here are pretty simple. There are only two. Rule number one: you listen. Number two: you pass it on. Hopefully, neither one will be easy. It's not supposed to be easy, or I would have emailed you an MP3. When you're done listening to all 13 sides, because there are 13 sides to every story, rewind the tapes, put them back in the box, and pass them on to the next person. "

Setelah Clay bongkar-bongkar gudang sedikit, ia menemukan boombox lawas ayah-nya, dan memutar benda-ketinggalan-jaman itu. Saat itulah dia sadar bahwa hidupnya ga akan pernah sama lagi. Karena kaset pita yang ia putar adalah benda wasiat dari Hannah Baker, teman sekolahnya yang baru saja bunuh diri seminggu yang lalu. 

"And if you’re listening to this tape, you’re one of the reasons why" - Hannah Baker

Bayangkan gimana perasaan Clay, ketika dia baru pulang sekolah lalu menemukan kaset pita di depan pintu rumahnya, dan kaset itu ternyata wasiat yang memberitahunya bahwa dia adalah salah satu alasan Hannah Baker mati bunuh diri. Wow. Your life screwed up. Rite? Begitulah kehidupan Clay setelah mendengar kaset-kaset Hannah. Hidupnya serta merta penuh tekanan batin. Hanya butuh menonton episode 2-nya untuk akhirnya membuatku memutuskan membabat serial ini hingga akhir. 


Ada total 7 kaset dalam kotak tersebut. Ada total 13 orang yang akan diceritakan oleh Hannah Baker. Setiap sisi kaset bertuliskan angka 1 dst dengan cat kuku berwarna biru. Setiap sisi bercerita tentang seseorang yang membuat hidup Hannah sengsara. Urutannya sebagai berikut:

KASET 1 NOMOR 1 : Justin Foley, Ciuman Pertama Hannah
KASET 1 NOMOR 2: Jessica Davis, Sahabat Pertama Hannah
KASET 2 NOMOR 3: Alex Standall, Yang Membuat Daftar Bokong Ter-Sexy / Paling Ga Sexy
KASET 2 NOMOR 4: Tyler Down, Fotografer Buku Tahunan
KASET 3 NOMOR 5: Courtney Crimson, Salah satu Cewek Populer di Sekolah
KASET 3 NOMOR 6: Marcus Cooley, My Dollar Valentine
KASET 4 NOMOR 7: Zach Dempsey, Basketball Player Terbaik
KASET 4 NOMOR 8: Ryan Shaver, Pujangga Angkuh
KASET 5 NOMOR 9: Justin Foley Part 2, Pesta Awal Tahun Ajaran Baru Terburuk
KASET 5 NOMOR 10: Sheri, Good Cheerleader Girl
KASET 6 NOMOR 11: Clay Jensen, Golden Boy
KASET 6 NOMOR 12: Bryce Walker, The shittest Man Alive
KASET 7 NOMOR 13: Mr. Porter, Guru BP Sekolah
KASET 7 NOMOR 14: Blank Space (..and I write your name —oke, salah alamat!)


Karena Clay dan Hannah bersekolah di sekolah yang sama —Liberty High School, otomatis orang-orang yang ada di setiap sisi kaset tersebut adalah teman-teman Clay juga. Clay yang sebenarnya sangat peduli dengan Hannah —lebih dibanding 12 orang lain yang ada di daftar, percaya padaa Hannah. Setiap ia mendengar satu cerita, ia berhenti dan mencoba mengkronfontasi setiap orang yang diceritakan Hannah dalam kaset. Bahkan ia menjadi yang satu-satunya mendatangi setiap lokasi dalam peta yang disertakan Hannah dalam kotak kaset. Karena itu dia jadi yang paling lama menyelesaikan kaset-kaset itu. Poor Clay :(

Karena Clay ada dalam urutan ke-11 maka kesepuluh temannya yang lain sudah selesai mendengar semua kaset-kaset peninggalan Hannah. Mereka semua sepakat untuk menyembunyikan kenyataan. Beberapa dari mereka berbohong bahkan meyakinkan diri bahwa semua pengakuan Hannah bohong. Sikap Clay membuat yang lain gusar. Mereka berusaha dengan segala cara mencegah Clay membongkar isi rekaman Hannah. Tidak ada yang mendukung Clay, hanya Tony —orang kepercayaan Hannah yang bertugas mengedarkan kaset tersebut, yang tulus membantu Clay. Tony sendiri tidak ada dalam daftar, karena itu Hannah memintanya untuk mengedarkan kaset-kaset tersebut.


Tony

Masa SMA yang seharusnya manis dan penuh kenangan sebaliknya adalah mimpi buruk bagi Hannah Baker. Ia sebenernya bukan tipikal gadis kutu buku berkacamata yang buruk rupa, berkawat gigi, berkacamata tebal dan mudah ditindas seperti dalam film Hollywood kebanyakan. Hannah cantik, ia punya selera humor yang bagus, mampu bersosialisasi dengan baik, berbakat, bahkan punya charm yang mampu membuat beberapa cowok populer di sekolahnya jatuh hati padanya. Ia juga punya orangtua yang harmonis dan sangat menyayanginya. Lalu kenapa cewek seperti ini merasa terbully dan memilih bunuh diri? Pada titik inilah serial ini jadi tontotan yang sangat 'nagih' buatku.

Kita ga pernah bener-bener sadar dampak dari setiap kata-kata buruk, kata-kata makian, julukan-julukan tidak senonoh, pelecehan sexual verbal maupun non-verbal, ketidakpedulian prinsip 'cuek is the best' yang tidak pada tempatnya, juga gank-gank'an di sekolah. Hal itu keliatannya biasa aja, tapi tau gak —hal itu mampu menyakiti seseorang. Sayangnya yang begituan sering dianggap becandaan doang. "Just kidding man, don't take it seriously lah". Yeah safe your excuse for yourself dude. Kaya ngomong gitu aja uda cukup, ya kan?

Aku pernah nih diceritain sama temen cowok yang hobi-nya nyari cewek di kelas buat dijadiin lelucon. Dengan bangga-nya dia bilang pernah digampar cewek karena si cewek marah dijadiin bahan ketawaan satu kelas. Bukannya merasa bersalah dan malu, temen ku ini malah sibuk ngomong ke orang-orang bahwa reputasinya hancur habis ditampar cewek gendut, bukannya cewek cantik. Manusia-manusia macam ini bakat jadi bully-er. I hope you realize dude, you are disgusting! Aku senang memutuskan untuk ga berhubungan lagi dengan manusia-manusia macam dia. 

Itulah yang Hannah alami! Temen-temennya ga sadar kelakuan mereka itu menjijikkan. Mereka malah berdalih bahwa Hannah yang berlebihan. Hannah over-sensitive. Begitu susahnya bagi mereka untuk mengakui kesalahan sehingga mereka terus menganggap tindakan mereka ga bermaksud buruk. Mereka melindungi kelemahan mereka sendiri dengan cara menjadikan orang lain sasaran tembak. That's a bullying. And it suck!  


Serial ini banyak menuai protes di luar negri sana karena dianggap mentenarkan bunuh diri untuk anak muda. Gimana enggak kalau pemeran utamanya bunuh diri —yang menurutku jelas adalah kesalahan-nya sendiri. Aku ga akan bisa membenarkan tindakan Hannah itu apapun alasannya. Serial ini juga sepertinya berusaha menyampaikan pesan itu. Bunuh diri ga pernah menyelesaikan masalah.

Terlepas dari kehebohan itu, aku malah suka banget sama serial ini. Mereka menggambarkan tokoh-tokohnya dengan brilian. Sarkasme dan kelakuan brengsek para tokoh ditunjukkan apa adanya. Aku masih bencik tuh sama si Bryce hingga detik ini. Sebagai pembanding aku juga masih sedih dengan nasib yang menerpa Jeff Atkins —satu-satunya yang mungkin berhati malaikat. 


Jeff Atkins

Pelajaran yang bisa dipetik dari serial ini adalah bunuh diri ga menyelesaikan masalah. Menambah masalah baru iya. Bunuh diri ga membuat masalah terlupakan begitu saja. Seandainya Hannah berani menghadapi kesakitannya dan mengkronfontasi orang-orang yang menyakiti-nya, mungkin keadaannya ga akan sesuram 13 Reason Why ini. Bahkan mungkin —ini yang paling menyakitkan buatku, dia bisa bahagia dengan Clay..

Hal itu juga berlaku untuk teman-teman Hannah dalam kaset. Seandainya mereka mau mengakui kesalahan, berani mengakui kelemahan mereka, ga sibuk jaim, ga mati-matian melindungi reputasi diri sendiri, keadaannya pasti berbeda. Ga butuh 13 episode untuk menceritakan kisah hidup Hannah. 

Guys, masalah itu dihadapi. Bukan dibawa lari. Apalagi dibawa mati. Butuh keberanian memang untuk mengakui kesalahan. Butuh kedewasaan untuk mau bertanggung jawab. Mungkin itu juga yang ingin diseberangkan melalui serial ini. Ada fase-fase dalam hidup manusia dimana mereka dihadapkan oleh konsekuensi. Bagi mereka, momen itu adalah masa-masa SMA yang penuh gejolak dan tantangan. Hannah sudah gagal, karena ia terbukti membunuh dirinya sendiri. Tapi ke-13 orang lainnya ga harus gagal seperti Hannah. 

Ada beberapa tokoh dalam serial ini yang berkesan buatku. I have a strong feeling for them, some positive and some negative. Keren-nya serial ini, meskipun aku punya perasaan negative yang kuat untuk beberapa dari mereka, ta ayal mereka lah yang membuat serial ini makin bagus di mataku. Intinya, kalau mereka ga berperan se-bajingan itu serial ini ga akan jadi semenarik ini :p 





Justin Foley. Sometimes, the bad guy is just a weak guy in the heart.. 


Alex Standall. Penyesalan selalu datang terlambat. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.


Zack Dimpsey. Ada kejahatan terselubung. Tapi ada juga kebaikan terselubung. Kebaikan terselubung ga selalu positive kalau ga dibarengi ketulusan dan kejujuran. 





And Clay Jensen, Of course. Dari Clay kita belajar bahwa menyembunyikan perasaan atau bahkan menunda kebaikan padahal kita bisa melakukannya, adalah salah satu bentuk kesalahan. Bentuk dosa. 




Ini bentuk kesalahan yang paling mengerikan karena kita ga sadar sudah melakukan kesalahan. Awalnya Clay juga mikir gitu. Dia merasa: "apa sih dosaku ke kamu? Aku ga pernah ngomong hal-hal yang buruk. Ga pernah melakukan hal yang kurang ajar. Tapi kenapa aku jadi salah satu alasan kamu bunuh diri?" Diam saja saat sebenarnya kita bisa melakukan sesuatu untuk mengubah keadaan, sama jahat-nya dengan kita melakukan kesalahan dengan sengaja. 

So saat kita bisa mengucapkan kata-kata yang mampu menguatkan orang lain, saat kita bisa melakukan kebaikan buat orang lain, saat kita  bisa menyelamatkan orang lain dengan menjadi pendengar yang baik, teman yang baik, do it now! Jangan tunggu keadaan menjadi buruk baru ngomong: Sebenernya aku begini.. sebenernya aku begitu. Too late guys! Jadi yang pertama peduli itu ga ada salahnya kok. Spread kindness. Let's easy to befriends, not a judge :)


Pengambilan gambar untuk serial ini keren. Perpindahan antara masa lalu dan masa kini-nya cakep. Saat Hannah masih hidup tone warna-nya coklat hangat dan cerah. It feels like Hanna was the light. But after she's gone, the tone on the scene is clod blue. Menggambarkan dengan baik sekali perasaan Clay sepeninggal Hannah. Ditambah soundtrack yang menurutku pas dengan scene-scene apik dalam serial ini, bikin serial ini makin susah lepas dari ingatan. 

And cheers for Dylan Minette acting as Clay Jensen. I think he was born to play this role. Aku suka banget style-nya yang sederhana. Gambaran sempurna remaja baik-baik yang kikuk dan jujur. Selain itu aku suka banget jacket-nya dia. Aku sampe belain beli jacket serupa di Uniq-lo waktu mereka lagi diskon-an hahahaha. Katherine Langford as Hannah Baker juga bermain dengan bagus disini. Aku suka banget matanya cewek ini. Katakanlah aku ga terlalu suka bentuk badannya, tapi menurutku dia punya mata yang cantik. Bentuk bibirnya juga bagus. Katherine Langford mampu menampilkan ekspresi yang mampu membuat semua orang bersimpati sama Hannah. Seburuk-buruknya keputusan Hannah, kita ga mungkin ga simpati sama Hannah selama Katherine Langford yang memerankan tokoh ini. 



I hope you enjoy this series like I did. Serial ini banyak sekali menyampaikan pesan moral yang baik di balik penceritaan tentang bunuh diri-nya. Last but not least, stay strong my friends. Bunuh diri GA PERNAH jadi jalan keluar buat masalah kita. Sering kali waktu nonton serial ini aku pengen nyanyi buat Hannah: "Masih ada Tuhan.. Masih ada Kuasa tak terbatas" —Oke, abaikan hahaha. Intinya, saat kita ngerasa ga kuat lagi it's okay untuk minta pertolongan ke orang lain. Kalaupun orang sekeliling kita ga bisa menolong, masih ada Tuhan. No kidding about this part. God cares. God loves you. Always.


Perpindahan tone-nya cantik ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...